Bab 8

1.1K 114 12
                                    

Langkah kaki semakin dekat ke arah kami.

Aku harus menemukan cara untuk melawannya.

"Di sini ada pemadam api."

"Kita semprot dia pake itu."

Benar juga.

Tepat saat pembunuh itu membuka lemari...

Michael menyemprotkan gas ke mata pembunuh itu.

Sontak dia menutup matanya dan berteriak kesakitan.

Kami keluar dari laboratorium.

Lantai dua.

***

Di sini banyak ruangan.

Setiap ruangan dibatasi oleh tembok-tembok kokoh.

Kebanyakan dipenuhi ruang kelas sepuluh.

Kami mengitari lantai dua dengan mengecek setiap ruang kelas.

Ruang kelas yang pertama kali terpikir olehku adalah ruang kelas sepuluh-satu.

Pintu tak terkunci menandakan kami bisa masuk ke dalamnya.

Kriet.

Pintu kayu terbuka lebar.

Menampakkan kegelapan.

Aku menyalakan lampu.

Michael menutup pintu.

Kami mengecek setiap benda yang ada.

Aku membuka laci guru.

Kertas?

Lagi?

Isinya begini :

"Majikan ibuku sangat baik."

"Ia kadang memberikan kami pakaian layak pakai."

"Aku sangat suka dengan pakaian yang diberikan."

"Pakaian itu adalah pakaian lama dari anak majikan ibuku."

"Sekali waktu, aku melihat anak tersebut."

"Aku sangat iri padanya."

"Wajah cantik yang menampakan kedua iris mata yang berbeda warna membuatku terkesima karenanya."

"Rambut berwarna cokelat gelap yang bergelombang menambah kecantikannya itu."

"Timbul lah niat untuk menggantikan posisinya itu."

Orang ini mengerikan juga.

Dia ingin menggantikan posisi anak majikannya?

"Gue nemuin kunci lagi nih di dalam loker siswa."

Kami bergegas meninggalkan ruangan kelas itu.

Ketika sampai di depan ruang kelas...

Christie?

Kenapa dia?

"Tolong gue! Ada pembunuh ngejar gue!"

"Kita ngumpet aja di ruang OSIS."

Kami berlari menuju ruang OSIS.

Michael membuka pintu.

***

Kami sudah berada di dalam.

Michael mengunci pintu.

Dia berbalik ke arah aku dan Christie.


Aku membuka suara.

"By the way, lu tadi di mana?"

"Di perpustakaan."

Hah?

"Pas gue keluar, ada orang bawa kapak."

"Dia lihat gue. Spontan gue lari."

Masuk akal.

Aku melihat Michael dan Christie bertatap-tatapan.

Sial.

Aku seperti nyamuk saja.

Dari pada aku menjadi 'pengganggu' mereka...

"Eh, gue ke kamar mandi dulu ya."

Mereka berdua mengangguk tanpa melepaskan tatapan mereka.

Di dalam kamar mandi, aku merenung.

Mereka sepertinya masih saling cinta.

Sirna sudah harapanku untuk membuat Michael suka padaku.

Aku keluar dari kamar mandi.

Aku melihat mereka masih bertatapan.

Hatiku seperti ditusuk dengan belati.

Berkali-kali.

"E-hem..."

"Kita masih harus cek setiap ruangan di dalam sekolah ini."

"Ayo."

Tatapan mereka akhirnya berpisah.

Kami keluar dari ruang OSIS.

Christie mengeluarkan makanan dari tasnya.

"Nih, makan dulu."

Kami makan bersama-sama.

Perutku full.

Mataku begitu berat.

Aku tertidur.

The Meaning of Life [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang