Balasan Surat Cinta?

92 2 5
                                    

Gadis berhijab itu berjalan pelan dengan kedua temannya menuju lapangan serbaguna yang masih di pakai sebagai lahan parkir siswa dan siswi. Langkah gadis itu melambat, mata hitamnya menatap lurus ke arah motor sport yang berada di kiri lapangan.

Si gadis tersenyum kecut, sudah beberapa hari ia hanya melihat motor sport merah itu saja bukan pemiliknya. Padahal ia ingin sekali bertemu dengan pemilik motor itu. Bukan, bukan karena ia ingin meminjam motor keluaran baru yang kini sedang ramai diinginkan oleh siswa dan siswi sekolah, tapi hatinya merasakan hal yang sungguh aneh jika ia tak menemukan pemuda jangkung berambut jabrik yang selalu memakai jaket hitam itu.

“Kami pulang duluan yaa! Bye!”

Suara cempreng dari temannya yang suka sekali memakan malkist membuyarkan lamunannya tentang si pemilik motor sport itu. Gadis itu tersenyum dan segera melambaikan tangan kepada teman sekelasnya.

“Huuuh, apa yang kupikirkan?” si gadis bergumam pada dirinya sendiri. Kaki kecilnya melangkah berbelok menuju motor mattic miliknya.

Beberapa kali langkahnya terhambat oleh siswa maupun siswi yang kesetanan ingin segera mengambil kendaraan mereka dan pulang ke rumahnya masing-masing. Ia hanya bisa menggelengkan kepala dan mengusap dadanya jika ia tersenggol atau tertabrak bahkan ia hampir saja tersungkur oleh siswa dan siswi yang kesetanan itu.

Setelah beberapa motor dan siswa siswi dilewati, ia mampu mencapai motor matticnya dengan selamat. Tangan porselennya merogoh saku jaket ungu pudar yang ia gunakan, mengambil sebuah kunci bergantungan kelinci kesukaannya. Di dekatkan kunci itu pada lubang kunci bagasi, memutarnya kemudian membukannya guna mengambil helm yang ia simpan di dalam bagasi.

‘Pluk'

“Eh” Ucapnya reflect. Segera ia melihat apa yang terjatuh di bawah kakinya. Mata hitam kelam miliknya menangkap benda putih di samping kakinya.

“Kertas? Sial! Siapa yang membuang sampah di motorku?” gumamnya asal. Dengan malas ia mengambil benda itu. Dahinya mengernyit, ‘ini sepertinya bukan sampah, lipatannya sungguh rapi.’ Dengan asal ia membuka lipatan pada kertas itu. Kemudian menemukan sebuah tulisan.

Untuk adik kelas kurang ajarku

Mata hitam kelam itu membulat, sialan! Siapa yang berani mengatainya kurang ajar? Dahinya berkerut bingung. Tunggu, sepertinya ia mengenali tulisan itu, Ah iya, itu tulisan kakak kelasnya yang selalu memakai jaket hitam. Eh? Kakak kelas berjaket hitam?

Kau sok tahu!
Aku bukan Zeus karena aku tak setampan dirinya
Aku tidak bersinar! Kau pikir aku lampu?
Aku bukan pusat galaxy! Aku ini manusia

Kau sok tahu!
Kau bukan Aphrodite, tapi kau memang menjadi rebutan para lelaki
Kau tidak bersinar! Kau manusia
Dan kau memang adik kelasku

Don't MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang