"Oppa, bagaimana kabar anakmu?" Tanya Je Ah ketika mereka melewati sebuah koridor panjang yang tengah memperlihatkan kesibukan para karyawan.
"Masih nakal sepertimu." Je Ah langsung tertawa mendengarnya.
"Aku benar-benar berharap putraku tumbuh menjadi manusia yang berguna. Tidak sepertiku."
"Memangnya kau kenapa?"
"Aku ini hanya seorang sopir, kau kan tahu itu."
"Lalu? Apa yang salah?"
"Aish. Apa kau ingin anakmu menjadi seorang sopir juga?!" Menepuk kepala Je Ah pelan.
"Bukan begitu.. Maksudku. Tidak ada yang perlu kau risaukan. Terutama mengenai pekerjaanmu. Yang penting uang yang kau hasilkan dari cara yang baik. Dan juga anakmu. Kau hanya perlu menuntunnya agar nantinya bisa menjadi orang besar seperti Hajoon."
"Tak biasanya kau berkata seperti ini. Sesaat aku baru teringat bahwa kau ini seorang penulis."
Mereka tiba di sebuah kantin yang begitu sepi--karena saat ini jam kerja masih berlangsung. Walau disebut kantin, tapi yang terlihat adalah kafe elite sesuai selera Hajoon.
"Kau mau kopi?"
Je Ah mengangguk seraya ikut duduk di samping Yongsup. Di sebuah sofa empuk yang berada di sudut kantin dengan dinding kaca yang terpampang lebar di sampingnya. "Bibi, 2 kopi seperti biasa!" Teriak Yongsup ke wanita setengah baya yang berdiri di belakang meja kasir.
"Oke!" Sahut wanita itu.
"Apa Dae Ho tidak ada menghubungimu?"
"Tidak ada." Je Ah menghembuskan nafas dengan kesal.
"Sudahlah. Masih ada Hajoon." Goda Yongsup yang malah membuat Je Ah tertawa geli.
"Aaa, apa model itu tidak pernah menghampirinya lagi?"
Mengingat tadinya Hajoon tidak menjawab pertanyaannya. Yongsup menggeleng menandakan tidak.
"Apa wanita itu sudah menemukan lelaki yang lebih kaya?"
"Sepertinya begitu."
"Kupikir dia sangat menginginkan Hajoon. Akhirnya Hajoon merasakan seperti apa rasanya ditolak." Je Ah tertawa senang.
"Apa maksudmu? Ditolak apanya?" Yongsup merasa ada kesalahpahaman.
"Bukankah model itu menolaknya?" Tanya Je Ah disisa tawanya.
Yong Suk menatap Je Ah keheranan. "Hajoon yang menolaknya!" Bentaknya geram. Masih tak habis pikir mengapa wanita ini bisa menjadi sahabat tuannya.
"Heeee???" Mata Je Ah membesar melebihi batasnya. "Yang benar saja?!! Hajoon menolak model itu? Model seksi super panas itu?"
"Kecilkan suaramu." Itu suara Hajoon.
Je Ah dan Yongsup langsung menoleh secara bersamaan. Mereka mendapatkan Hajoon yang sudah duduk di sofa di seberang mereka. Lelaki itu membalas tatapan mereka datar. Tapi dibalik wajah datarnya, mereka menyadari itu. Hajoon tengah berusaha meredam amarahnya.
"Selama pagi Direktur. Ini masih sangat pagi dan anda sudah disini."
Sapa bibi penjaga kantin yang baru menyadari lirikkan gelisah dari Je Ah dan Yongsup untuknya. Ia diam sejenak mengamati mulut Je Ah dan Yongsup yang mulai meracau tanpa suara, tentu kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE ROMANCE
Romance"Perkenalkan. Namanya Kim Je Ah. Sahabat terbaikku dan juga calon istriku." Kalimat itu berhasil membuat Je Ah tercengang. Hajoon mengatakan kalimat itu dengan sangat mudahnya. Entah kaget atau memang bodoh, dirinya hanya terdiam di hadapan rek...