Sinyal

1.1K 70 4
                                    

Masih jam 11. Itu artinya masih ada 6 jam tersisa untuk Ellen. Dan dia harus menghabiskannya dengan duduk manis di depan laptop sampai jam berdentang lima kali. Bunyi yang setiap hari selalu ia tunggu, saat dia bisa menatap matahari barang sebentar dan melambaikan tangan.

Jam 11. Setidaknya sebentar lagi jam dua belas, dan Ellen bisa keluar kantor, merebah barang sejenak sambil nyeruput kopi atau melahap tamie capcay, menu makan siang favoritnya yang sangat banyak di warung sebelah.

Tapi biasanya jarum panjang selalu berputar malas di saat penantian seperti itu. Menuju jam 12 seperti perjalanan ke barat mencari kitab suci. Harus bertemu dan melawan puluhan siluman yang menggoda hati. Di saat seperti ini, browsing atau main medsos tentu sangat menyenangkan. Sayangnya...

"Aaaarrrggghhhh!!! Kenapa aku harus bekerja di kantor tanpa wifi!!!"
Ellen menggaruk sudut meja.

Sayangnya, pekerjaan di belantara kota bagaikan secuil duri ikan bagi sepuluh kucing garong. Kamu harus mampu berebut dan kuat mental mempertahankannya. Ellen sudah tiga tahun berusaha bertahan di kantornya itu. Setidaknya dia tidak mau ibunya kecewa karena itulah satu satunya kantor yang menerima Ellen sebagai karyawan setelah 8 bulan dia diwisuda. Tapi, manusia modern mana yang kuat bertahan bekerja di titik blank spot?

"Ellen, sudah kamu buka email saya tadi?"

Lamunan Ellen dibuyarkan begitu saja dengan kehadiran Bu Siska. Apa yang bisa kamu bayangkan dengan nama itu? Dalam cerita ini sih, Bu Siska adalah perempuan seksi berambut panjang yang hobi mengecat kukunya dengan motif monokrom. Rambutnya hitam legam. Bingkai kacamata juga. Rok, bahkan sepatu dan mobilnya juga hitam legam. Mungkin karena dia ingin mencoba memberi kesan misterius.

"Email?" Ellen melongo. Memangnya apa yang bisa dia harapkan dari kantor tanpa sinyal seperti ini? Pekerjaan secepat tukang sayur notal belanjaan? Bullshit.

"Iya! Tadi aku kirim email sejak jam 9!" Bu Siska berteriak dengan nada cempreng. Hilang sudah fondasi image misterius yang dia bangun.

"Ya maap. Kan ibu tahu sendiri kantor kita ini ga ada sinyal internet"

Bu Siska menurunkan kacamatanya dengan dua jari demi mendengar jawaban polos Ellen.

"Aku ga mau tahu, ya. Kalau gitu sekarang kamu bikin jadwal! Tiap jam sembilan, kamu nebeng sinyal ke kantor sebelah. Lagian jadi pegawai kok malas banget cari sinyal"

Bu Siska melengos pergi sambil menenteng tas kulit berwarna hitam legam.

Ellen hanya bisa diam sambil mengelus dada. Dia tahu tidak ada gunanya melawan Bu Siska, pemilik butik tempat Ellen bekerja ini. Dia saja tidak tahu mengapa harus mendapatkan jatah 8 jam kerja bila tugasnya hanya merekap penjualan dan pesanan pelanggan. Yang dia ingat cuma satu, "pokoknya kamu harus kerja 8 jam sesuai undang undang, mau tidur tiduran juga gapapa pokoknya kamu harus duduk di depan laptop itu sampai jam 5. Sanggup?" dan entah kenapa saat itu Ellen bisa menjawabnya dengan anggukan mantap.

"Tapi bukan begini yang aku bayangkan. Kalau ada sinyal kan, aku bisa facebookan!" gerutu Ellen sambil memangku laptopnya di kursi tunggu kantor sebelah. Keadaan yang memalukan. Ellen bahkan sampai hafal sandi wifi kantor sebelah karena seringnya dia nebeng online. Bu Siska bersikukuh tidak mau memasang wifi untuk penghematan keuangan butik. Sementara tidak ada satu provider pun yang sinyalnya bisa menembus lapisan beton butik mereka. Entahlah, mungkin kantor itu sudah kena kutukan siluman sinyal.

"Ng... Len, sori. Kata Pak Bos, kamu ga boleh duduk sini kecuali mau servis." Hamdan, satpam service center handphone tempat Ellen nebeng online, mencolek pundak Ellen dengan wajah melas.
Ellen melongo. "Ah, iya iya, Dan. Gapapa. Sori sori." Ellen langsung menutup laptopnya dan kabur balik ke butik. Dalam hati dia mengutuk mobil Bu Siska yang parkir manis di depan pintu.
"Udah, Len?" tanya Bu Siska dari balik meja kasir.
"Udah, buk" Ellen lari naik ke atas kantor.
"Duh, aku berharap semoga ada karyawan baru di kantor ini dan dia bisa mengubah segalanya!"
Ellen berjalan sambil berdoa sampai kesandung sandung.

Bersambung

There's Something Wrong in the OfficeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang