Ternyata Pak Ravi itu ...

219 22 6
                                    


"Ellen!"
.
.
.
.
.
.

Suara Pak Ravi membelah keramaian. Musik berdentuman seiring dengan lenggak lenggok model yang mondar mandir di atas stage berbentuk T. Ellen masih belum bisa mengupdate postingannya di instagram, dia hanya bisa melihat bahwa lagi lagi komentar mauuu sudah ribuan.

"Ellen, kamu dari mana saja?" Pak Ravi mencengkeram lengan Ellen begitu kuat lalu menariknya menuju barisan kursi paling depan.

"Aduh, tapi... Pak... " Ellen sibuk memencet layar handphonenya.

"Ellen, you can do it later!" Pak Ravi membentaknya, lalu merebut ponsel itu. Wajah ganteng mempesonanya hilang bila sedang marah seperti itu.

"Lho... Jangan... "

Ellen cuma bisa diam setelah melihat Pak Ravi mematikan ponselnya. Otaknya bicara sendiri: duuuuh rugi rugi rugi.

Pak Ravi terus menarik lengan Ellen dan mencengkeramnya kuat-kuat sambil berjalan. Mau tak mau Ellen harus mengikuti kemauannya. Mungkin sifat inilah yang membuat Bu Siska tidak berkutik. Kakaknya ini bila sudah ada maunya akan memaksa, bila tidak dengan cara lembut maka pasti dengan kekerasan. Seperti sekarang. Tapi asyik juga punya kekasih seperti Pak Ravi. Pasti dia akan mengejar orang yang dicintainya sampai dapat. Ahhh...  Apa jadinya kalau Pak Ravi akhirnya jatuh cinta dan mengejar Ellen? Pasti menyenangkan. Tidak ada yang tidak mungkin kan dalam sebuah cerita? Apalagi pada cerita bergenre paranormal seperti ini. Ellen terus melamun. Bahkan saat Pak Ravi memindahkan cengkeraman di lengannya menjadi gandengan tangan.

Lamunan Ellen harus buyar saat Pak Ravi meminta Ellen duduk di samping bu Siska dan nenek. Saat itu Ellen bisa melihat sendiri bahwa bu Siska sangat jengah dengan kehadirannya. Sementara Pak Ravi merasa menang dan puas melihat wajah cemberut bu Siska.

They are bother and sister, tapi sepertinya dalam jenis yang tidak rukun. Ellen bersyukur dia tidak punya adik, atau kakak. Walau selama ini dia merasa sangat kesepian. Setidaknya dia tidak perlu bertengkar dengan darahnya sendiri.

Nenek mulai batuk batuk. Dan seorang perempuan berpakaian rapi mendorong kursi rodanya ke belakang. Pak Ravi dan Bu Siska hanya melambaikan tangan pada nenek. Oh, mereka bahkan tidak ada yang mencium tangan neneknya.

Malam ini begitu mewah, namun begitu kering bagi Ellen. Di rumah dia selalu menemukan kasih sayang keluarga. Walau di luar begitu terasing, namun Ellen bersyukur saat bersama keluarga dia merasa nyaman dan hangat. Dia bisa melihat aroma persaingan yang begitu ketat antara Pak Ravi dan Bu Siska. Entah apa yang membuat mereka begitu jauh dalam jarak sedekat itu. Apakah urusan harta? Bukankah mereka berdua sama sama kayanya? Mungkin saja urusan harta. Bisa jadi, nenek adalah pemilik seluruh kekayaan keluarga mereka. Lalu Pak Ravi dan Bu Siska berebut menjadi pewaris tunggal. Tapi Ellen yakin, tidak ada satu pun dari mereka akan menang. Seperti di drama Korea, seorang gadis sopan akan dipilih nenek untuk mewarisi seluruh kekayaannya. Dan bisa jadi, gadis itu adalah Ellen. Ah, iya. Kenapa tak pernah Ellen pikirkan sebelumnya? Mungkin Pak Ravi memperkenalkan Ellen sebagai kekasihnya untuk mengelabuhi neneknya itu. Dan Bu Siska cemberut karena dia akan kalah dari kakaknya. Oh ya ampun... Ellen buru buru menghapus semua khayalannya yang mulai melebar ke mana mana.

Saat asyik mencoba menjadi detektif warisan keluarga seperti itu, Pak Ravi tiba tiba sudah mencondongkan wajahnya pada Ellen. Tentu saja itu membuat Ellen terkesiap.

"Pak... " Ellen mencoba mengembalikan kesadaran Pak Ravi.

Pak Ravi justru malah mendekatkan bibirnya ke telinga Ellen.

"Maaf, ya. Tapi ini harus kulakukan."

Ellen mulai melotot, dia membayangkan yang tidak tidak. Oh, jangan sampai dia mendapatkan ciuman pertama saat sedang dalam penyamaran. Tidak!

There's Something Wrong in the OfficeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang