Gravitasi

315 37 5
                                    

Apa yang kamu pikirkan bila ada seorang lelaki berjalan sendirian di tengah butik yang penuh dengan gaun pesta?

Dia berjalan dengan langkah tanpa suara dan mata terpejam. Pria dengan setelan yang disetrika licin dan sisiran rambut yang rapi di antara gaun gaun mengkilap dan glamor. Ujung jarinya menyentuh helai helai kain yang dipajang. Cuping hidungnya menikmati aroma benang.

"Pak Ravi, ini laporannya"

Set set set... Brak!

Baru membuka tiga halaman lelaki itu sudah membuang satu map kertas licin yang barusan keluar dari mulut printer. Membuat pegawai wanita di hadapannya terkejut luar biasa.

"Kerjakan lagi"

Dengan wajah datar lelaki itu melenggang pergi, sambil ujung jemarinya membelai kain kain yang berjuntaian.

"Tapi, Pak. Saya sudah memeriksanya dengan superrr teliti" pegawai itu berusaha meyakinkan. Tangannya terkepal.

Lelaki itu segera berhenti.

"LALU KENAPA ADA HURUF KAPITAL DI TENGAH KALIMAT?!"

Lelaki itu mengarahkan telunjuknya tepat pada sang pegawai. Matanya merah. Bara api tampak menjilat jilat di sekujur tubuhnya. Rambutnya yang tadi klimis berubah berdiri. Setelannya yang tadi rapi jadi sobek sobek.

Pegawai perempuan di hadapannya tiarap sambil memohon ampun. Dia membuka buka lagi lembaran yang tadi diperiksa bosnya. Ah, benar saja. Dia mengetik baju Atasan dengan huruf A kapital. Benar benar kesalahan kecil yang tak perlu sebenarnya. Tetapi apa boleh buat, bosnya memang orang yang super perfeksionis.

"Bbbbbb baik, Pak. Segera direvisi" si pegawai menyembah nyembah. Seketika api di sekujur tubuh bosnya mereda. Pakaiannya kembali licin, rambutnya kembali klimis. Hihi.

***

"Nama lengkapnya Gravitasi. Keren, kan, Nay?"

"Namanya sih keren, Sis. Tapi aku keder ah sama sifatnya yang perfeksionis itu"

"Duh, Nay. Justru enak kamu kalau punya pasangan perfeksionis gitu. Apa apa kamu tinggal terima beres"

"Kalau gitu jodohin aja kakakmu itu sama si Ellen"

Ellen langsung melotot. Bu Siska dan sahabatnya, Naya, tertawa cekikikan.

"Anak buahmu itu kalau disuruh ya bu ya bu mulu, ga pernah nolak. Ya kan, Len? Cocok tuh sama mas Ravi. Serius deh, Sis"

Bu Siska makin cekikikan. Butiran kristal hijau dihadapannya sampai bergetar getar.

Ellen berdiri dari duduknya. Seketika Satya memegang tangannya.

"Duduk, mbak"

Ellen menoleh. Lalu melepas pegangan tangan Satya. Satya memegang tangannya lagi.

"Duduk lah. Nggak baik ribut sama bos. Jaman sekarang cari kerjaan susah," bisik Satya.

Ellen menarik napas panjang.

"Tapi aku mau pipis"

Satya mendelik, lalu buru-buru melepas pegangan tangannya. Sekarang giliran Mila dan Rosi yang cekikikan.

Bersambung

There's Something Wrong in the OfficeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang