Malam yang Nyut nyut

297 23 5
                                    

Ellen mengutak atik handphonenya di sepanjang perjalanan sementara Pak Ravi menyetir. Main instagram. Ellen merasa bersalah pada follower yang komennya mengular di postingannya tadi pagi.

@myunmyuyun mauuu 😍😍 kakak dressnya buat myun ajah yaa.. Cek inbox
@cantique_boutiqueqyu buat saya aja sis kita cod hari ini langsung bayar cash.
@egabyutyy ega udah inbox kak, mana noreknya??

Dan masih banyak komentar lainnya. Ellen jadi tidak enak hati. Apalagi di caption dia menulis begini: kalau gaun ini dijual 500k ada yang minat ga ya? Sayang baju baru gak kepake.

Sayangnya, baju itu sudah tidak lagi baru. Maka Ellen menghapus saja postingannya tadi dan menggantinya dengan postingan baru sambil meminta maaf.

"Duuuh maaf. Bajunya ternyata ga sengaja kepake. Tapi kalau preloved dijual 200k kira kira masih ada yang mau ga, ya?"

Ellen masih berharap baju itu laku. Sambil cemas menunggu komentar, Ellen bisa melihat tak jauh di sana kemacetan terjadi di pelataran parkir sebuah hotel. Pak Ravi ikut antre di barisan mobil itu. Hotel itu memang tepat berada di seberang butik Pak Ravi yang hari ini menggelar grand launching dan parade busana.

Seorang petugas vallet mengenali wajah Pak Ravi yang melambaikan tangan padanya. Petugas itu menghampiri mereka.

"Ellen." Pak Ravi memberi isyarat pada Ellen untuk keluar dari mobil.

Pak Ravi terus menggandeng tangan Ellen saat memasuki lobi hotel. Mereka akan menyeberang melintasi sebuah jembatan balok berisi beberapa merchant perhiasan dan aksesoris yang terhubung langsung dengan butik Pak Ravi di seberang jalan. Jangan jangan, hotel itu juga milik keluarga Pak Ravi. Entahlah.

"Ini supaya kamu nggak canggung terus dan salah paham. Saya akan perkenalkan kamu sebagai kekasih saya."

Ellen mendelik.

"Nah, kan. Aku menghindari sikapmu itu. Dikit dikit kaget. Terbiasalah. Pokoknya apapun yang kukatakan nanti, tugasmu cuma tersenyum. Kalau aku bilang iya kan ellen, kamu harus mengangguk."

Ellen jadi berpikir sedikit nakal.

"Jadi maksudnya saya jadi aktris, nih? Berarti harus ada honornya, dong," goda Ellen.

"Lah, kamu kira voucher salonmu tadi berapa?"

"Lho? Kan itu buat mensukseskan penyamaran?"

"Gaun itu harganya 5 juta. Kamu jual lagi 4 juta juga masih laku. Itu limitted edition. Saya khusus merancang gaun itu sendiri, harusnya sih saya lelang malam ini. Paling kolega saya bakal nawar lebih dari sepuluh juta."

Lagi lagi Ellen mendelik.

"Duh, Len. Jujur saya nggak suka sama matamu yang membelalak selebar itu. Kamu bikin saya deg degan tahu, nggak?"

"Lah! Saya lebih deg degan lagi!" Seru Ellen.

Dia merasa harus segera mengganti harga gaunnya di instagram, harus! Sayangnya mereka berdua sudah sampai di venue acara. Beberapa orang langsung menyerbu Pak Ravi dan menyalaminya. Ellen pun harus sudah mulai berakting, dia nggak akan sempat memegang handphone bila suasananya seriuh ini.

Semua orang seperti biasa saja ketika Pak Ravi memperkenalkan Ellen sebagai kekasihnya. Seolah tidak aneh bila Pak Ravi memiliki kekasih baru, atau tidak aneh bila kekasihnya perempuan dari mana saja, asalkan seleranya terjaga. Ya, semacam itu. Tadinya Ellen berpikir dia akan melayani berbagai pertanyaan, bully, atau hal hal standar yang diucapkan kawan kebanyakan ketika baru tahu temannya punya pacar baru. Nyatanya tidak begitu. Mungkin begitulah cara orang high class bergaul. Entahlah.

There's Something Wrong in the OfficeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang