du du du dudu du du

339 39 3
                                    

Ellen dan Satya menghabiskan satu jam saling diam. Ellen sibuk merebah di atas meja, sementara Satya sibuk mencoret coret sesuatu di buku kecilnya. Ellen tidak pernah terpikir untuk melakukan itu.

Setiap kali pulang kerja, Ellen seperti bebas dari penjara. Di sepanjang perjalanan pulang, di saat santai di rumah, Ellen lebih suka menghabiskan waktunya untuk berselancar di dunia maya. Ellen mengikuti banyak orang di sana. Ellen membaca setiap cerita kehidupan. Dengan begitu, Ellen merasa hidup. Dia cukup puas menjalani kehidupan dengan berpura pura menjadi orang lain. Di sanalah kehidupan sesungguhnya, karena Ellen bisa menikmati hal hal yang berkembang, tidak konstan seperti kehidupannya yang ia jalani sehari hari. Ellen hanya menghindari satu hal, yaitu status yang berisi ketik amin, like dan sebarkan.

"Sat, antar Ellen ke jalan Galunggung."

Bu Siska menyodorkan setumpuk kertas dalam map. Ellen mengucek mata dan menerimanya.

"Alamat lengkapnya, buk?"

Mendengar tugas luar Satya jadi semangat. Ellen sebaliknya, dia langsung memakai kacamata dan menggoyangkan mouse. Layar monitor menyala.

"Ya, nanti ku sms. Bantu Ellen selesaikan itu dulu. Lalu antar ke kantor cabang galunggung. Print di sana," Bu Siska melenggang pergi.

"Siap!"

Satya menggosok telapak tangan dan melipat lengan baju, lagi.

"Sini kubacain, mbak."

"Sudah selesai"

Satya melotot.

"Sejak ka..."

Ellen mengemasi ranselnya. Map tadi dia masukkan ke dalam tas, juga flashdisk kecil yang tadi menancap di cpu.

"pan..."

Satya melongo melihat Ellen yang langsung berdiri dan keluar dari kantor.

"Lho mbak, mbak. Tunggu!"

Rosi dan Mila juga ikut melongo. Adegan itu seperti manequin challenge di youtube.

Sedetik kemudian Satya segera bergegas mengikuti Ellen setelah kesadarannya kembali berfungsi normal. Ellen terus saja berjalan keluar.

"Bu Siska mau buka kantor cabang?" tanya Ellen.

"Oh? Iya."

Bu Siska heran kenapa Ellen tiba tiba sudah berada di hadapannya, sementara Satya tampak tergopoh gopoh menuruni tangga mengejarnya.

"Sudah kamu kerjakan file tadi?"

Ellen mengangguk sambil menunduk. Bekerja terlalu cepat sebenarnya adalah masalah Ellen. Dia pernah berharap pekerjaannya cepat selesai saat merasa kuwalahan dengan setumpuk pekerjaan yang diberikan bu Siska di awal tahun ia bekerja. Sejak itulah, kecepatan bekerja Ellen menjadi berlipat ganda. Dia bahkan tak dapat mengerem dirinya sendiri untuk urusan itu.

"Alamat sudah ku sms ke Satya. Sudah sana berangkat"

Ellen tidak mendengar bu Siska. Dia membaca kertas kecil di hadapan Bu Siska.

"Baik, Bu."

Ellen bergegas keluar. Satya berjalan di belakangnya.

"Mbak, pakai jaket dulu gih. Galunggung lumayan jauh dari sini. Nanti masuk angin. Helm cadangan punya ga?"

Satya celingukan melihat Ellen yang melenggang tenang di depannya.

"Maaf, aku pergi sendiri aja."

"Lho, mbak. Ini alamatnya di aku. Lagian kan lebih enak bareng. Kenapa sih? Aku najis ya..." Satya pura pura pasang wajah memelas.

Ellen terkejut. Dia tidak ingin menyakiti hati rekan barunya itu. Tapi dia juga tidak ingin akrab dengannya.

There's Something Wrong in the OfficeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang