Keduapuluhsatu

5K 204 1
                                    

Author pov

Lanjut lagi dari sisi Syafa dan Andra.

Sejak sesampainya Syafa di apartementnya, dia terus memandangi layar televisi yang sedang menyala. Tetapi matanya seakan tersirat tatapan yang kosong.

Sudah cukup lama dia disini. Dia terus berpikir apa yang terjadi, benarkah semua ini kenyataan.

Benarkah ini yang menyebabkan suaminya gelisah. Semua pertanyaan itu seakan-akan datang menghujani Syafa.

Dia hanya terus berpikir tanpa mengeluarkan air mata. Terakhir dia menangis disaat melihat kejadian yang membuatnya seakan dijatuhi meteor terus-menerus sampai sekarang.

Syafa memang gadis yang bijak, dari dulu sampai sekarang dia memang tak pernah menangisi kejadian yang terjadi kepadanya secara berlibahan.

Menurutnya masih ada peristiwa penting lainnya yang akan terjadi. Dan lagi, menurutnya tak ada masalah yang tidak mungkin bisa diselesaikan. Jika bisa selesai dengan baik kenapa harus ada air mata, yahh begitulah Syafa. Hemat dalam segala hal.
Tapi dia takkan pernah hemat dalam hal kebaikkan.

Sekali lagi dia berfikir apa yang akan terjadi nanti jika suaminya sudah pulang, bisa kah dia menghadapinya. Atau malah dia akan terus jatuh seperti ini.

"Assalamualaikum"

Syafa kaget saat ada yang mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam" jawabnya.

Dia tidak tahu siapa yang datang, tapi saat pintu apartementnya terbuka. Ternyata itu Andra suaminya.

Ketika dia tahu siapa yang datang. Dia baru menyadarinya, saat Andra menghampirinya. Tanpa berkata apapun dia langsung mencium tangan suaminya.

Dia begegas masuk kedalam kamar untuk menyiapkan air hangat dan juga baju tidur Andra.

"Udah disiapin air hangatnya, sekarang Syafa siapin makan malam dulu" katanya saat melihat Andra masuk kedalam kamar. Lalu dia keluar menuju dapur untuk memanaskan makanan yang tadi sudah dia masak.

Sebenarnya Andra tahu apa yang sedang terjadi pada istrinya sekarang. Dimas sudah menceritakan kejadian yang terjadi di kantornya tadi, yaitu tentang istrinya.

Dimaspun sudah memarahi Andra habis-habisan. Tak lupa juga si Velic itu.

Flashback on

Tiba-tiba Dimas masuk tanpa mengetuk pintu ruangan Andra.

Dia membanting keras pintu ruangan itu.

Emosinya semangkin memuncak ketika Dimas melihat apa yang terjadi.

"Apa-apain kalian ini" ucap Dimas dengan suara tinggi.

"Dimas" ucap Andra.

"Ngapain lo kak sama dia. Dan lo ngapain duduk dipangkuan Kak Andra"ucap Dimas sambil menunjuk-nunjuk Velic.

"Ngapain lo disini Dimas" sekaramg Velic yang angkat bicara.

"Aturannya gue yang nanya sama lo, ngapain lo kesini. Mau minta beliin baju, kosmetik atau mobil ke kak Andra haa"

"Dimas, mulutt lo.."

"Diam lo kak" kata Dimas tegas, memotong pembicaraan Andra.

"Eehh lo gue belum selesai yah ngomog sama lo. Bediri gak lo dari situ" kata Dimas sambil menghampiri dan meraih tangan Velic untuk menariknya agar berdiri dari pangkuan Andra.

Velic berusa memberontak pegangan tangan Dimas yang begitu erat yang membuat tangannya berasa sakit.

Dan secara spontan Dimas menghempaskan tubuh Velic ke sofa.

You And Confidence MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang