Malam pukul 19.00 (setelah kematian Astoria)
Seluruh siswa diharuskan untuk sudah berada di ruang rekreasi masing-masing pada pukul 20.00 malam.
Harry, Ron, Hermione, dan Ginny sedang berbincang di rumah Hagrid, mereka duduk disebuah meja bundar dengan setumpuk buku ditengah meja.
Mereka semua sibuk membaca untuk mencari tahu bagaimana cara membunuh Wozx. Kecuali Ron yang sedari tadi mengunyah makanan kemasan sambil sesekali menjilat jari jarinya.
"Tak bisakah kau membantu, Ron!!" Celetuk Hermione marah
"Ya.. kau ini bisanya makan saja!!" Tambah Ginny. Tapi Ron menghiraukan mereka, membuat Hermione menggeram.
"Lagipula bagaimana kau bisa mendapat kripik rumput laut itu? itukan rumput laut danau hitam..." ucap Harry tanpa mengalihkan pandang dari buku ditangannya.
"Luna yang memberikanku ini, enakkk sekaliii.... dia bilang saat ayahnya ingin mewawancarai duyung-duyung mengerikan danau hitam, tak sengaja ayahnya melihat rumput laut ini...." jelas ron dengan mulut penuh keripik.
Hermione membelalakkan mata.
"Ha? Jadi benar itu keripik rumput laut danau hitam??? Wahhh... beruntung sekali kau Ron" ujar Hagrid yang sedang memoles cangkang siput emas.
Hermione hanya menggelengkan kepalanya.
"Ha! Ini dia" kejut Ginny.
"Apa!! Bagaimana?! Cepat" ujar Hermione gelagapan.
"Buku ini menyatakan, kita tidak bisa membunuh Wozx. Kita tidak bisa menyelamatkan korban, kita hanya bisa bisa menggantikan korban, kalau ingin menggantikan korban, kita harus berunding dengan Wozx. " Jelas Ginny. Hermione terkaget
"Bagaimana ini.. draco..." gumamnya.
"Mana ada yang mau menggantikan Draco. Suruh saja dia kembali ke hutan Trox dan mati" celetuk Ron.
"Dasar bekicot bodoh!" Celetuk Hermione kesal.
Harry terdiam merenung.
"Berunding bagaimana? Saat Wozx mendekat pada manusia, manusia sudah kehilangan energinya, bahkan waktu itu aku merasa hampir mati" ucap Harry.
Tiba tiba Hagrid mengagetkan mereka.
"Hampir pukul delapan nak!!"
"Baiklah Hagrid terimakasih untuk coklat hangatnya" ucap Harry sambil memakai mantel.
" Ya Hagrid, mungkin esok kami akan kembali" tambah Hermione.
Mereka semua memakai mantel masing masing, dan membawa buku masing masing.
"Lain kali bawakan aku keripik itu Roooonnnn!!!!" Kata Hagrid dengan suara agak keras saat keempat anak itu mulai menjauh,
Ron menunjukkan dua jempolnya seakan mengatakan oke
************
Wajah Draco memucat, sudah lama ia tak makan.
"Makanlah sesuatu Draco.." ucap Sang ibu khawatir, tapi Draco tidak menjawab.
Tatapan matanya kosong, bibirnya terlihat kering, kantung matanya semakin terlihat.
"Sebaiknya kau kembali keruanganmu, Draco. Agar kau bisa berbincang dengan banyak orang" ucap Lucius. Draco diam
"Jangan bersikap idiot Draco, keluar dan lupakan!" Lucius meninggikan nada ucapannya, sementara sang istri terus menerus menepuk pundaknya.
Sejak kematian Astoria, Draco mengurung diri disebuah ruangan kosong, tidak berbicara, tidak merespon apapun.
Seorang Draco telah berubah.
************
20.30
Hermione melamun, ia bingung apakah dia bisa berhadapan dengan Draco atau menyerah saja, toh dirinya tidak bisa menggantikan posisi Astoria.
Mungkin aku bisa Pikirnya
Ah tidak! Lebih baik menyerah saja Pikirnya lagi.
Atau.. atau.. aaarrrgggh
Beribu ribu kali ia berpikir...
Ini gila, aku tak waras... (untuk kali ini terpaksa ia melanggar jam malam)
Dan pada akhirnya ia menuruti kata hatinya.
Sebuah pintu coklat ia pandang lekat dan sebuah mantra akhirnya ia rapalkan.
"Alohomora" Hermione membuka pintu diam-diam, tangannya gemetar dan dahinyapun berkeringat.
dilihatnya sang pangeran slytherin yang selalu membuat jantungnya berdetak lebih kencang tengah termenung.
Hermione berusaha bersikap serius, ia tidak ingin terlihat gugup.
" Hmmmmmmm...." Hermione menghela nafas panjang.
"Maaf aku lancang masuk, tapi.. tapi..." ucap Hermione berhenti.
Draco hanya terdiam...
"Mengapa dia datang?" Pikir Draco.
"Aku hanya ingin menyelamatkanmu... " ucap Hermione lagi.
"Aku sudah tahu caranya" cetus Draco singkat.
Sudah lama ia tidak bicara, baru kali ini ia mau membuka suara.
"Bergabunglah bersama kami.... kami akan membantumu...." jelas Hermione.
Draco menghela nafas panjang...
" hmmm....."
ia berdiri menghampiri Hermione, satu tangannya menepuk pundak Hermione membuat Hermione merinding.
"Kau ini seperti Astoria saja yang selalu ingin membantuku" ucap Draco... dia tersenyum.... ya dia tersenyum pada Hermione.
Sebenarnya perkataan itu "pahit" untuk Hermione karena ia tak ingin disamakan dengan Astoria.
"Dia sudah tidak merasa sakit lagi.." ucap Hermione halus.
"Kuharap begitu" balas Draco.
Kemudian sunyi, tak ada yang berbicara.
"Jangan masuk ke ruangan ini tanpa izin mud blood!" Kata Draco tiba-tiba.
"Eh.. iya mm..maaf. aku kira kau takkan membukakan"
"Lain kali akan ku bukakan"
Sunyi lagi,
Mereka melihat ke luar jendela yang terbuka lebar, tampak bintang bersinar terang malam ini."Aku akan menyusul Astoria.." ucap Draco memecah keheningan.
"APA?? jangan seperti itu" Sela Hermione, sakit sekali mendengar ucapan itu.
"Aku tidak ingin siapapun berkorban untukku" jelas Draco.
Tak terasa air mata menggenang dimata Hermione .... Air mata mulai menetes satu persatu...
Draco memandang Hermione,
Kenapa? Kenapa harus dia?
Dia musuhku, orang yang paling menyebalkan, orang yang selalu aku ingin permalukan di depan umum.
Kenapa aku sekarang?
Aku benar-benar merasa idiot sekarang.Kemudian menghapus air mata Hermione.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOZX : Dramione (END)
FanficBagaimana jika orang yang kau sayang di ambang kematian? Dan orang-orang di sekitarmu menyetujui bahkan ingin mempercepat kematiannya? Draco Malfoy berada di titik terlemahnya saat ini, ia sudah tidak perduli akan gengsinya dan sisi lainnya pun munc...