Jakarta, 10 September 2014
Beberapa minggu ini aku merasa Revan mulai sering untuk mengajakku berbicara, entah didalam kelas, luar kelas ataupun dichat.
Sebenarnya aku tidak menyukai jika laki-laki mendekati ku secara terang-terangan, tetapi jujur saja. Revan berbeda. Entahlah rasanya insting ku berkata begitu.
Kami sering menceritakan berbagai pengalaman pribadi, misalnya tentang dia dan mantan pacarnya, atau kehidupan keluarganya. Dia sangat asik untuk diajak bercerita.
Karena dia bercerita padaku, aku juga tahu dia mengalami nasib yang cukup buruk. Dia diputusin sama pacarnya pas lagi month anniversary yang kedua, padahal dia sudah mengejar perempuan itu sejak duduk dibangku SMP sudah 3 tahun katanya.
Dia juga bilang PDKTnya cukup lama. Bahkan Revan juga bersabar saat tahu bahwa perempuan itu berpacaran saat Revan sedang PDKT dengannya. Cukup panjang lika-liku hubungan Revan dengan Raline. Tetapi Raline menyianyiakan begitu saja cintanya Revan.
Sebenarnya satu sekolah mungkin sudah tau, kalau Raline merupakan perempuan berwajah bak malaikat sedangkan kelakuannya bak iblis.
Ya selain dengar dari gosip, aku pernah membuktikannya sendiri. Aku pernah berteman dengannya, karena dia menempeliku terus menerus saat teman-teman famousnya menjauhi dia karena mulai malas dengan sikapnya.
Dia akan bersikap baik denganmu, tetapi jika dia butuh bantuan dia akan mendesakmu dengan kebaikan kebaikan yang pernah dilakukan olehnya, jadi semacam timbal balik begitu, sebenarnya tidak begitu masalah, tetapi rasanya menyebalkan saja.
Flashback
"Thena, gue pinjem correction tape lu ya" pinta Raline
Aku hanya mengangguk mengiyakan, sebenarnya aku malas meminjamkannya, karena harganya cukup mahal sekitar 30 rb hanya untuk refillnya. Tapi aku paling tidak bisa menolak permintaan orang.
Lalu dia mengembalikan correction tape ku lalu bilang begini "tenang aja si, ntar gue gantiin dah gue beliin refillnya" ucapnya
Aku hanya diam melihat dia.
Keesokannya dia, memberikan ku correction tape itu "nih na, udah gue beliin"
Sebenarnya aku jengkel banget sama dia, dipikir aku ga mampu apa. Tapi ya namanya rejeki kan aku ga boleh nolak, hehe.
"makasih Ral" jawabku, lalu ia mengangguk.
Keesokan harinya, aku tiba di sekolah jauh lebih cepat, dan Raline juga selalu datang pagi.
"Athenaa!" panggil Raline, aku mengangkat alisku seperti bertanya, 'apa?'
"kan nanti ada uh (re: ulangan harian) ajarin gue matematika ya" pintanya
Sebenarnya aku malas banget, karena aku sendiri belum belajar jadi ya aku jawab apa adanya
"maaf ya ral, bukannya gamau tapi gue juga--" ucapan gue dipotong sama dia,
"loh jadi lu nolak bantuin gue? Kan udah gue kasih refill correction tape" ujarnya sambil senyum kemenangan, sejak saat itu aku mulai menjauhi Raline pelan-pelan.
Flashback endJika mengingat itu, ingin rasanya aku mengembalikkan refill tersebut, tapi ya sudahlah ya.
Raline itu cantik, eh ralat, sangat cantik. Dia blasteran gitu. Kulitnya putih bersih, tingginya beda tipis sih sama aku.
Dia pernah jadi idola kaum laki-laki di Sekolah ku, tetapi yang sudah mengetahui sifat buruknya pasti akan mundur pelan-pelan. Soalnya dia juga sering ngasih harapan palsu ke cowok cowok sih.
Lho kok jadi bahas Raline sih, ganti topik deh. Males bahas dia hehehe.
Revan juga cerita kalau dia tau semua tentang Raline, mulai dari makanan kesukaannya sampai orangtua Raline.
Cukup jauh juga ya Revan bertindak.Sejauh ini, temenan sama Revan itu asik parah. Dia asik banget anaknya. Tapi dia jahil banget. Apalagi setelah tau kalau cowok yang aku taksir tuh jauh lebih pendek dari aku, wihh makin makin dah dia ngeledek aku.
Dia akhirnya juga tau soal aku yang belum moveon dari sahabatku itu-ralat, mantan sahabat tepatnya. Dia jadi sering banget ngeledekin aku kalau cowok itu lewat di depan kelas kayak sekarang misalkan,
"Woi, Athena, cowok lu tadi lewat noh!" ucapnya sedikit keras
Kurang ajar, pikirku dalam hati.
"Apaan sih Rev. Eh Raline lewat" ucapku meledeknya
Dia langsung celinguk-celinguk mencari sosok yang aku katakan tadi. Padahal sebenarnya Raline udah lewat daritadi.
Jadi Sena sama Raline itu satu kelas. Jadi pasti balik ke kelasnya barengan. Biasanya mereka pada abis olahraga.
"Shit, apaan si na" umpatnya
"REVAN KAMU BISA DIAM TIDAK?! NGOMONG SAMA SIAPA PULA KAMU?" tiba-tiba saja Bu Sarah berteriak.
"Lah bu, saya kan ga ngomong sendiri, nih bu, samping saya ngajak ngomong mulu" kata Revan sambil menyalahkan ku. Aku melotot padanya tanda tidak terima.
"Benar begitu Athena? Setau ibu kamu paling rajin dikelas?" Tanya bu Sarah
"Enggak bu. Tadi Revan tiba-tiba ngeledek saya, ya jadinya begitu bu. Maaf ya bu membuat keributan dikelas" ucapku.
Karena aku merupakan murid yang disayang guru, maka dari itu aku pasti terbebas dari hukuman.
"Baiklah Athena, tetapi lain kali jangan ditanggapi ya?" kata Bu Sarah pelan
Aku mengangguk, dan Bu Sarah kembali mengajar.
💘💘💘
Saat bel istirahat berbunyi, kedua sahabatku—Asyera dan Mary, menghampiriku.
Oh iya, tempat duduk ku kini sudah berubah. Aku duduk dengan Revan, Asyera dengan Bagas, dan Mary dengan Adit.
"Widih, Athena sama Revan nih sekarang?" tanya Asyera
"Apaan sih ra, gue mah masih gagal move on. Kan lu tau sendiri." ucapku
"Lah, makanya cari pengganti napa Na, kayak Asyera noh baru juga sebulan udah dapat yang baru lagi aja." kata Mary sambil meledek Asyera
Asyera yang diledek hanya tersenyum kikuk. Lalu aku tertawa kecil.
💘💘💘
A.N.
Hai readers ku tersayangg, makasih yaa yang udah mau jadi readers ku. Aku cukup terharu, sbnrnya cerita ini itu kayak buat curhat hehe. Anyway don't forget to vomment guys!!
(12-12-16)

KAMU SEDANG MEMBACA
Remember When
Teen Fiction[EVERY SUNDAY] (13+) "Friends can break your heart too." Apakah kamu pernah menyukai sahabat mu sendiri? How it feels? Menyukai seseorang yang jelas sedang mengharapkan orang lain. Menunggu pesan darinya yang jelas menunggu pesan dari orang lain. Me...