Part 3. Bibir Sialan

1.4K 58 17
                                    

Entah bagaimana bisa tuhan menciptakan pria gila itu di bumi ini?! Dia mengacaukan hidupku! Semuanya!!

_______________

Follow ig: lindhaningrum29

Vany POV.

Aku mengerjapkan mata ku beberapa kali dan bingung ketika merasakan cahaya yang menyelinap masuk memalui celah gorden kamar ku. Hemm...cahaya? Berarti...sudah siang. Hahh siang!!

Secepat kilat aku beringsut bangun dan menatap ke arah jam di atas nakas, sialnya jarum pendek itu sudah menunjuk ke angka 7, itu tandanya 30 menit lagi aku akan terlambat. Oh tidak! Secepat kilat aku berlari menuju kamar mandi.

Persetan! Tidak peelu lagi ritual mandi atau sebagainya. Aku hanya mencuci muka ku, gosok gigi dan mengganti baju tidurku dengan pakaian yang sekiranya tepat untuk di kenakan.

Ya tuhan... Bagaimana bisa aku bangun terlambat?!!!

Tidak perduli bagaimana penampilan ku sekarang, aku kenakan heels ku lalu menggamit tas dan berlari ke arah bagasi mobil yang ada di apartment ini.

Eh, tunggu! Emm...sepertinya aku melupakan sesuatu?

Astaga! Semua dokumenku masih tertinggal di dalam kamar. Bodohnya kau Vany!

Dengan penuh rasa kesal aku kembali ke kamar dan merutuki kecerobohanku sendiri.

Setelah kembali aku langsung memasuki mobilku dan menancap gas menuju kantor. Yah, lebih spesifik nya, mobil ini adalah salah satu fasilitas kantor yang bisa aku gunakan selama menjadi direktur di perusahaan.

Yahhh.....
Kadang aku menyesali keputusanku ketika menolak rumah pemberian paman Andrew saat itu. Ya, beliau pernah menawarkanku sebuah rumah mewah untuk aku tempati. Namun saat itu aku menolaknya, alasannya adalah...karena aku tidak ingin di nilai memanfaatkan jabatan yang aku pegang sekarang.

Oh, jangan pernah sebut aku naif atau sebagainya, karena kalian sendiri tidak tau bagaimana rasanya menjadi diriku.

Cukup dengan membayangkan akibatnya saja sudah membuat aku bergidik ngeri. Aku yakin, para staf di kantor akan membunuh ku dengan tatapan mematikan mereka jika sampai aku menerima tawaran itu. Dan aku tidak ingin menambah masalah lagi sekarang.

Yahh... Walau tetap saja, orang seperti paman Andrew ternyata sangat keras kepala. Besoknya beliau langsung mencarikanku sebuah penthouse yang jaraknya lumayan dekat dengan kantor.

Awalnya beliau ingin langsung membelinya untuk ku, tapi dengan susah payah, akhirnya aku bisa meyakinkan paman Andrew bahwa aku bisa membayar biaya bulanan tempat itu.

Dan yang membuat aku kaget, saat itu juga beliau membayarkan biaya sewa ku untuk 2 tahun ke depan. Oh tuhan! Aku jadi merasa seperti tahanan sekarang.

Beliau mengancam akan membeli langsung penthouse itu jika aku tidak menyetujui keputusannya itu. Jadilah aku mengalah.

Ya tuhan, beliau benar-benar baik hati. Itulah yang membuat ku berharap tidak akan pernah mengecewakannya. Semoga saja. Dan aku akan berusaha.

_____

Tin! Tin! Tin!!!

Ah sial!!! Bunyi klakson saling bersahut-sahutan itu semakin membuat ku jengkel.

5 menit lagi aku terlambat, dan jalanan saat ini malah macet parah. Aku semakin frustrasi sekarang. Padahal jaraknya sudah dekat, tapi untuk sejengkal memajukan mobil saja membutuhkan waktu bertahu -tahun rasanya.

Kubuka kaca mobil ku, melepaskan seatbelt lalu bersusah payah berdiri dengan kepala keluar jendela untuk dapat melihat kemacetan di depan sana. Oh astaga, panjang sekali kemacetannya.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang