Tatkala zaman berganti, slogan semakin basi. Dahulu para pahlawan katakan bahwa Nusantara ini memegang "Bhinneka Tunggal Ika", yang berarti walau berbeda-beda namun tetap satu.
Di zaman yang kian edan ini, nampaknya kata-kata itu sudah menjadi embusan suara. Sebuah golongan membusungkan dada, sedang yang lainnya membungkam mulutnya.
Dan lahirlah sebuah cerita dimana Indonesia merubah slogan.
Rasanya, keadilan sudah mati. Tuhan yang ada juga kini sudah diinjak-injak. Kafir sudah bertebar di mana-mana, bahkan kini merayakan hari raya juga dibubarkan.
Seperti neraca, bukankah kedua belah timbangan harus sama massa? Tapi apakah ini? Apakah ada zaman di masa datang yang akan melarang mereka untuk menyembah Tuhan-nya?
Mungkin selantasnya kita berpikir bahwa dunia bukan milik kakek buyut kita.
xxx
No harm.
Hanya menuangkan sebuah cerita.
-Fala-
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusantara Menangis
PoesíaSebuah tumpahan pikiran perihal Nusantara, Bumi Pertiwi, Indonesia. Tentang Nusantara yang seharusnya menangis.