(yang lupa sama ceritanya, boleh kok baca ulang dari awal hehe)
Bel pulang yang berdentang barusan langsung saja menjadi alasan mengapa seluruh siswa berbondong-bondong meninggalkan kelas. Jung Yein yang masih sibuk dengan lembaran kertas 'misi khusus'nya tiba-tiba terkejut oleh bunyi LINE masuk yang nyaring terdengar di tengah ruang kelas yang hampir kosong ini. Rupa-rupanya Sang Ketua dari tim penerbit majalah tahunan, Kim Mingyu-lah dalang pengirim pesan LINE tersebut.
"Rapat produksi akan dimulai lima menit lagi," gumam Yein menyerukan isi pesan yang didapatnya.
Gadis itu menghela napas berat. Tengah bertebaran lembaran kertas yang berasa tak ada habis muncul di hadapan. Para guru seolah sudah 'memanfaatkannya' terlalu jauh, dan sialnya, ia tetap saja mematuhi semua misi khusus yang diberikan.
Yein pun kemudian terpaksa mengemasi lembaran kertas sebelum semua sempat kelar. Bergegaslah gadis itu ke ruang rapat setelahnya, menyeret tungkai dengan lemah, mengendap seorang diri di tengah lorong yang mulai gelap.
Pintu ruangan terbuka setelah Yein mengerahkan dorongan, sontak membuat manusia-manusia yang ada di dalam mengalihkan pandangan pada gadis itu.
"Apa aku terlambat?" tanya Yein malu-malu.
"Setidaknya tak lewat dari lima menit," jawab ketua Mingyu. "Duduklah!"
Glek. Yein menelan ludah saat dirinya yang melintas di muka ruang menjadi pusat perhatian. Sedikit gugup, matanya yang indah memandang apa yang ada di hadapan, mencari tempat duduk untuknya sediri, tentu saja.
'Ahh, di sana ada sat-' gumaman hati Yein terhenti, bersamaan dengan manik hitam di netranya yang terpaku menangkap sosok mengagumkan di seberang kursi kosong yang ia dapat. Sekejap ia membeku. Entah atas alasan apa, mungkin saja karena dinginnya sosok itu. Karenanya Yein membeku.
Ini pertemuan tim penerbit, kenapa ia di sini? gumam Yein lagi. Ya, 'ia' yang dimaksud di sini tak lain dan tak bukan adalah Jungkook. Gadis itu tetap berjalan menutupi kegugupan. Bagaimanapun, tempat duduk kosong hanya tersisa di seberang Jungkook.
"Karena Yein yang terakhir datang, ia harus memberi usulan tentang pokok bahasan majalah kita. Bagaimana?" ujar Kim Mingyu yang memimpin rapat.
"Apa?"
"Setuju!" pekik Lee Seokmin yang kerap kali dipanggil Dokyeom sebagai nickmane populernya.
"Aku sependapat!" sahut Ryu Sujeong yang disusul anggota lain.
Yein gelagapan, ia baru datang dan tak tahu apa-apa tapi semua orang menyudutkannya seperti ini. Matanya lalu melotot ke arah Mingyu, seolah berbicara 'kurang ajar kau!', kemudian ia beralih ke Jungkook di seberang kanannya. Dan... sama saja, laki-laki itu diam tak bereaksi, bahkan tak ikut-ikutan saat semua orang menunjuk Yein.
"Umm, aku..." mulai gadis bermarga Jung itu. "Pokok bahasan?" Ia menarik napas dalam. "Mungkin kita bisa menyesuaikan dengan tema. Karena model sampul kita Jung Eunha yang selalu mendapat juara satu di sekolah, bagaimana kalau membicarakan soal prestasi?"
"Mm-hm, lanjutkan!" sambung Mingyu santai.
"Saat ini setiap orang berlomba-lomba menjadi nomor satu. Mereka akan berusaha meraih prestasi dengan cara apapun, baik akademis maupun bidang lainnya. Tidak peduli apakah ia memiliki bakat alami atau tidak, yang terpenting adalah upaya sekuat tenaga. Jika terus berupaya pantang menyerah, maka hasil takkan mengkhianati," Yein mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan. "Agar bisa memperoleh kesuksesan, tentu saja harus ada prestasi, bukan? Bagi mayoritas orang, berbagai cara akan ditempuh untuk sukses. Jadi dengan mengumpulkan prestasi kita dapat mencapai kesuksesan itu."

YOU ARE READING
Let Me Know
Fanfiction"Kadang lebih baik diam dan berpura-pura daripada memberitahukan apa yang kita rasakan. Karena akan menyakitkan ketika ia bisa mendengar tapi tak bisa mengartikan. Memperjuangkannya? Tak perlu sampai seperti itu. Belum tentu yang diperjuangkan juga...