CHAPTER 7
Jung Yein diam saja. Lidahnya kelu bicara. Ia hanya menatap sosok yang datang itu dengan nanar. Ia terus menatap, tak mengalihkannya sedetik pun. Sementara yang ditatap terlihat menyadari bahwa dirinya—Yein, juga ada di sana.
"Kau sudah siap, Jungkook?" ujar Eunha memecah keheningan. "Tunggu sebentar, aku membenarkan rambutku dulu."
Jungkook tak merespon, hanya mengangguk seraya berjalan mendekat ke kameranya. Beberapa kali ia sibuk melakukan percobaan. Sementara Yein mundur, ia menjauh. Rasanya aneh di ruangan ini hanya ada Jungkook, Eunha, dan dirinya.
"Jung Eunha, bisa kau berdiri di situ sekarang?" Jungkook mengeluarkan suara untuk pertama kalinya, ia menunjuk spot foto yang digunakan.
"Eoh? Tunggu sebentar, aku belum siap, Jungkook," jawab Eunha yang masih sibuk mempercantik poninya dengan sisir roll.
"Tidak, tidak, hanya lima detik saja untuk percobaan," jelas Jungkook.
Eunha mengiyakan tapi tak kunjung bergegas, ia hanya mempercepat kegiatannya, dan agak terburu-buru karena Jungkook menunggunya. Ahh, Yein tahu. Dirinya juga seorang perempuan. Entah itu untuk percobaan atau bukan, kaum gadis seperti mereka harus terlihat sempurna di depan kamera, lebih-lebih kali ini Jungkook-lah fotografernya. Siapa yang tak ingin terlihat cantik di mata Jungkook?
Nampaknya ketidaksegeraan Eunha membuat Jungkook beralih. Ia menoleh pada Yein yang berdiri di belakang. Sontak saja itu membuat Yein tersigap.
"Kalau begitu kau saja!" Suara berat itu dingin terdengar, menyeruak masuk ke telinga begitu saja.
"Apa?!" seru Yein, wajar saja ia terkejut. "Tidak, jangan!"
"Ayolah, ini hanya untuk mengetes pencahayaan saja. Setiap proses pemotretan melakukan ini."
"Lebih baik kau menunggu Eunha sebentar," jawab Yein, masih panik.
Keduanya lalu menoleh ke arah Eunha, di mana yang ditolehi ternyata diam menyaksikan dari tadi.
"Tidak apa-apa, Yein. Aku harus merapikan poniku dulu. Lagipula Jungkook bilang hanya lima detik," respon Eunha, meyakinkan Yein.
Gadis itu, Jung Yein, menghela napas. Ia tidak berpikir akan terjadi hal seperti ini. Canggung rasanya. Ia ingat bahwa Jungkook tidak menjadikan manusia sebagai objeknya. Jika Yein mengiyakan, apakah ini berarti ia akan menjadi objek manusia pertama bagi Jungkook? Heol, yang benar saja!
Dirinya kembali beralih ke Jeon Jungkook. Lagi-lagi tatapan mereka bertemu. Sorot teduh dari laki-laki itu berhasil tertangkap oleh netra Yein, memancarkan kharisma dingin yang membekukan siapapun. Yein tidak tahu lagi bagaimana cara bersembunyi, bagaimana cara menutupi. Mm-hm, rasa gugup itu menyelimuti.
"Baiklah," ucap Yein mengalah.
Langkahnya berjalan perlahan ke spot pemotretan. Dua lampu neon berpenyangga dan berpayung putih menyorot terang ke arahnya. Sementara di depannya berdiri seorang laki-laki yang pesonanya bersinar lebih terang dibandingkan neon tadi. Jari jemarinya mengutak-atik pengaturan kamera hitam yang ia pegang.
Detik pertama, Jungkook mulai mengarahkan kameranya. Ditutupnya satu mata agar terfokus pada apa yang ada. Detik kedua, lensa telah mengarah ke sosok Yein yang berdiri kaku. Tak dapat dipungkiri, Yein salah tingkah dalam menyikapi itu.
'Saat terlarut dalam permainan lensa, aku seperti melihat dunia melalui teropong.'
YOU ARE READING
Let Me Know
Fanfic"Kadang lebih baik diam dan berpura-pura daripada memberitahukan apa yang kita rasakan. Karena akan menyakitkan ketika ia bisa mendengar tapi tak bisa mengartikan. Memperjuangkannya? Tak perlu sampai seperti itu. Belum tentu yang diperjuangkan juga...