(Hehe kalau lupa bisa baca part sebelumnya)
***
CHAPTER 11
Yein menautkan jari-jarinya, menunduk dalam kekhusyukan. Hatinya tak henti membisikkan doa. Ia duduk sendirian di deret bangku tunggu dalam sunyinya lorong. Dirinya sudah mencoba menenangkan diri, namun tetap khawatirnya menguasai. Setengah jam gadis itu di sana, berdoa seperti orang berputus asa.
Suara pintu terbuka membuat Yein bangkit terlonjak. Ia berdiri dengan segera demi menyaksikan wajah seorang yang namanya ia sebut dalam doa.
"..."
Tak ada kata apapun yang diucapkan. Dua pasang manik hitam hanya saling memandang, berkelut dengan pikiran masing-masing.
"Bagaimana?" tanya Yein lirih.
"Bagaimana apanya?"
"Dirimu."
"Aku baik-baik saja."
Uluran tangan lembut terangkat di depan tubuh tinggi Jeon Jungkook. Laki-laki itu mengamatinya sendu, kemudian memaksakan tersenyum hanya untuk menyakinkan gadis di hadapannya bahwa ia benar baik-baik saja.
Tangan Yein masih setia terulur, menunggu untuk diraih. "Aku tidak bermaksud apapun, hanya..."
"Lakukanlah! Kau bisa menggandengku."
"Eh?" Yein tersentak.
"Untuk sekedar menuntunku, kan? Aku bisa melihat dengan baik untuk saat ini, tapi tak apa-apa untukmu melakukannya."
Gadis itu diam saja tak mampu menjawab. Sampai pada akhirnya ia terpaku ketika telapak tangannya merasakan suatu kehangatan, berada dalam genggaman seseorang.
***
"Apa yang dokter katakan?" Yein memberanikan diri bertanya ketika sepasang langkahnya dan Jungkook menapaki trotoar kota.
"Tidak ada," jawab yang ditanya singkat.
"Apa kau akan dioperasi?"
Jungkook menoleh ke arah yang bicara, menatapnya sebentar, kemudian beralih ke jari-jari tangannya yang bertaut erat pada milik gadis di sebelahnya. Sepertinya Yein lupa bahwa mereka masih bergandengan sejak dari rumah sakit.
"Tidak," lalu laki-laki itu memberikan jawaban, masih singkat.
"Tidak? Bukankah lebih baik kau melakukannya?"
"Persentase kegagalan lima puluh persen. Aku lebih baik seperti ini."
"Jungkook-a," panggil Yein lirih seraya menghentikan langkah, yang tentu hal itu membuat Jungkook turut berhenti. "Apa kau takut tak bisa melihat duniamu lagi?"
"Ssh, dibandingkan takut, aku lebih merasa kesal. Kurasa itu tidak adil."
"Tapi-"
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Terapi sinar laser secara intensif akan membuatku kembali seperti sedia kala. Aku bisa melihat dengan baik saat ini," jelasnya.
Ia menarik tangan yang ia genggam, bermaksud mengajaknya berjalan lagi. Yein pun kemudian sadar bahwa kehangatan masih melekat di telapak tangannya, diselimuti oleh tautan jemari yang lebih besar dari miliknya. Alih-alih ikut melangkahkan kaki, gadis itu justru balik menarik tangannya.
"Sampai kapan?"
Jungkook berbalik heran, tatapan elangnya menusuk tajam. Dahinya mengernyit.
"Apa kau bisa menjamin sampai kapan kau baik-baik saja?"

YOU ARE READING
Let Me Know
Fanfiction"Kadang lebih baik diam dan berpura-pura daripada memberitahukan apa yang kita rasakan. Karena akan menyakitkan ketika ia bisa mendengar tapi tak bisa mengartikan. Memperjuangkannya? Tak perlu sampai seperti itu. Belum tentu yang diperjuangkan juga...