CHAPTER 6
Jalanan sepi. Tibalah saat keduanya melenyapkan segala jarak yang tersisa, berpapas di pertengahan jalan. Lempar pandang tepat di bola mata. Keduanya hanya saling melewati, bersikap tak saling mengenali. Dan itulah yang terjadi dari papasan singkat ini.
Hati Yein terus memberontak. Ia benar-benar kacau, pikiran sehatnya terus meracau.
SET!
Tanpa persiapan apapun tubuh gadis itu berbalik dengan sendirinya, tepat ketika genggaman tangan seseorang melingkar kuat dipergelangannya. Secepat kilat tanpa dugaan, membuat gadis itu terlonjak.
Deg... Deg...
Dua pasang bola mata legam itu kembali saling mengunci, begitu mematikan bagai tatapan rajawali.
"A... Apa yang kaulakukan?" ucap Yein terbata, tersadar dari keheningan yang melanda.
"Kita ini teman sekelas, kan? Aku sendiri bingung kenapa dua orang yang saling mengenal tak bertegur sapa saat berpapasan," jawab lelaki itu, Jeon Jungkook, sembari melepaskan cengkeraman tangannya pada pergelangan Yein.
"Mmm..."
Jungkook hanya meringis kebingungan mendengar 'mmm' dari mulut Yein. "Kenapa terasa formal begini? Aku jadi tidak nyaman. Lagipula kita sudah sempat mengobrol di kelas malam ini."
"Ahh, ya." Yein mengiyakan saja, otaknya sedang berputar keras untuk menyerukan kata-kata. Sedangkan tatapannya tak kuasa berhadapan dengan sepasang milik lelaki itu, jadi ia mengalihkannya ke jalanan.
"Kenapa masih belum pulang?" tanya Jungkook, seolah ia bisa membaca pikiran Yein yang buntu.
"Ohh, aku justru sedang dalam perjalanan menuju ke rumah."
"Kalau begitu pulanglah, sampai bertemu besok!"
Sontak Yein gelagapan, ia tak ingin pembicaraannya dengan Jungkook sampai sebatas ini saja, mengingat beberapa jam lalu ia memiliki kemajuan pesat dengan bercakap bersama Jungkook di kelas.
"Kau sudah bertemu dengan seseorang?" Jungkook yang hampir saja beranjak seketika kembali ke posisi, seusai gadis di depannya itu melontarkan sesuatu seperti hendak menahannya.
"Apa?"
"Kau sudah bertemu dengan seseorang?" ulang pertanyaan yang sama.
"Siapa?"
"Orang yang kautunggu, yang tadi meneleponmu untuk bertemu."
"Ohh," jawab Jungkook datar, berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain. "Ya, sudah."
"Baiklah."
"Sudah cukup?"
"Apanya?"
"Pertanyaannya."
Sang Gadis mengerjapkan matanya. Yein, lakukanlah sesuatu, ujarnya dalam hati.
"Mm-hm," ia mengangguk.
"Yasudah, pulanglah!"
"Tidak, kurasa aku masih harus melakukan sesuatu."
"Semalam ini?" tanya Jungkook. "Bukan apa-apa, tapi kau kan perempuan, apa tidak bisa melakukannya esok atau-"
"Bisa, tapi sekarang adalah waktu yang tepat." Jung Yein memandang sekitar, berpikir apa yang barusan ia katakan.
***
Sepasang pelajar yang masih berseragam terlihat melintasi jalanan kota yang tengah senyap. Bangunan pencakar langit menjulang tinggi baik di kanan-kiri jalan, memberi kesan megah dan elite perkotaan. Rupa-rupanya pemandangan malam berbalut cahaya bohlam itu merupakan salah satu dunia tersendiri bagi laki-laki bernama Jeon Jungkook.

YOU ARE READING
Let Me Know
Fiksyen Peminat"Kadang lebih baik diam dan berpura-pura daripada memberitahukan apa yang kita rasakan. Karena akan menyakitkan ketika ia bisa mendengar tapi tak bisa mengartikan. Memperjuangkannya? Tak perlu sampai seperti itu. Belum tentu yang diperjuangkan juga...