Rayhan POV
Gue berjalan memasuki kamar, pikiran gue masih tertuju dengan ucapan Acel tadi. Ucapannya begitu menohok hati gue, dan seolah-olah gue yang salah. Gue emang masih sayang sama Acel, tapi sekarang gue udah punya Khanza.
Acellin Brunella.
Cewe feminim, cantik, pintar, baik, peduli sama siapapun, dan sabar pastinya.Gue sayang banget sama Acel, tapi kejadian 3 hari yang lalu ngebuat gue harus ngambil keputusan ini. Tapi, apa maksud dari ucapannya tadi?
"Akhhhh... apa yang harus gue lakuin sekarang?" gumam gue sambil membanting hp ke atas ranjang.
Gue membenamkan wajah gue diatas bantal, kenangan Acel sedari tadi seperti berputar-putar diotak gue.
"Gue tanya ke Nicla aja paling ya? Mungkin dia tau maksud dari perkataan Acel."
RayhanDinata: Nic, bisa ketemu enggak? Ada yang pengen gue tanyain nih.
Niclabrown: Oke, jamber?
RayhanDinata: 30menit lagi di cafe Z'Bass
Niclabrown: Okay.
Setelah membaca pesan terakhir dari Nicla, gue berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Mungkin dengan mandi juga, sedikit menghilangkan pikiran di otak gue.
15 menit gue mandi, langsung gue bersiap mengganti pakaian. Lagi-lagi perasaan gue mengganjal, pikiran gue kembali tertuju pada Acel. Gue mengambil kunci motor, lalu turun ke bawah.
Dalam perjalanan gue melamun, gue tersadar ketika melihat seorang cewe menyebrang jalan tidak melihat kondisi jalanan, bisa dibilang dia melamun. Gue membunyikan klakson dengan cepat, namun tidak bisa dihindari lagi.
Brakkk...
Suara tabrakan itu terdengar jelas, gue memberhentikan motor. Gue berlari menghampiri cewe yang tadinya gue tabrak, gue lihat dari seragamnya kalo cewe itu masih SMP. Gue membalikkan tubuhnya, menopang kepalanya dengan tangan gue.
"Tuhan, siapapun tolong katakan bahwa ini hanyalah mimpi."
Mata gue memanas, tubuh gue melemas. Perlahan air mata gue jatuh, gue langsung memeluknya.
"ACELLLL." teriakan gue membuat seluruh orang menghampiri gue.
"Rayhan kenapa?" Nicla datang dengan nafas terengah-engah. "Kenapa lo teriak nama Acel? Siapa yang lo tabrak?"
Gue menangis sambil menggeleng. "Acel Nic! Acel." gue melepas pelukan gue pada Acel supaya Nicla dapat melihat Acel.
"RAYHAN!? APA MAKSUD LO!? GAK MUNGKIN RAYHAN." teriakkan Nicla membuat air mata gue semakin deras.
****
Sekarang gue berdiri didepan ICU, ditempat yang sama gue melihat mimom, Keisha, Nicla dan Gintar. Gue berjalan menghampiri mimom yang duduk sambil membengkap mulutnya, air mata nya juga tidak berhenti menetes.
"Mimom.. maafin Rayhan." gue memeluk tubuhnya yang bergetar.
"Minta maaflah pada Acel nak, dia menunggu maafmu. Ini sudah takdir, jangan menyalahkan dirimu." mimom membalas pelukan sambil mengusap pundak gue.
Sifat mimom dan Acel sangatlah mirip, kesabarannya yang membuat semua orang ingin sekali berada didekat mereka. Gue yang salah dari kejadian ini, gue terpukul dengan kenyataan ini. Tapi gue yakin, mimom lebih terpukul mendengar kenyataan ini, bahkan mimom sama sekali nggak menyalahkan gue.
"Acel.. Bangun, gue mohon. Ijinin gue memperbaiki ini semua."
"Rayhan, ikut gue." ajak Nicla sinis.
Keadaan taman yang sunyi, hanya suara air mancur yang menyejukkan hati. Mungkin karena ini malam hari, jadi tidak begitu ramai orang keluar dari kamar rawat.
"Nic, maafin gue." gue memulai untuk memecah keheningan.
"Guuee.. gak mau lihat Acel gitu Ray, Acel orang yang ngertiin gue selama ini. Gue gak sanggup kalo liat Acel kenapa-napa."
"Gue salah Nic." gue mendongakkan kepala keatas menahan air mata supaya tidak menetes.
"Lo tau, Acel sayang banget sama lo Ray. Lo gak tau dia hancur banget, waktu lo bilang lo sama Acel bukan apa-apa."
"Gintar?" tanya gue pelan.
"Lo salah, Gintar sama Acel gak ada apa-apa." Nicla mulai meneteskan airmatanya lagi.
Gue menceritakan perkataan Acel tadi sore sewaktu ditaman.
Nicla mengusap air mata nya dengan tissue, Nicla menggeleng. "Acel kenal sama Gintar itu pertama kali waktu les, dan Gintar itu satu-satunya sahabat cowonya Acel Ray. Dan waktu lo nembak Acel, besoknya Gintar nyatain perasaannya sama Acel. Dengan berat hati, Acel bilang kalo dia sayang banget sama lo. Gintar sahabat lo, dia gak punya niatan nikung lo. Gintar relain perasaannya demi lo, dan keadaan yang selalu bikin Acel merasa bersalah. Dan sekarang lo ninggalin dia gitu aja, bahkan lo sekarang balikan sama mantan lo." Nicla mengusap lagi airmatanya dengan tissue. "Lo gak tau gimana hancurnya Acel."
Gue berdiri lalu memukul pohon yang ada disamping bangku taman, gue memukul pohon tersebut hingga tangan gue mati rasa. Lumuran darah ada ditangan gue, namun rasa sakit dihati ini lebih parah daripada rasa sakit ditangan gue.
"BODO!? GUE BODO!?" teriak gue berkali-kali.
Gintar datang lalu mendorong badan gue hingga gue tersungkur diatas tanah, badan gue lemah hingga tidak bisa berdiri untuk menghajar Gintar. Bisa-bisanya Gintar membuat gue layaknya orang bodoh, dia tidak memberitahu gue apa yang sebenarnya terjadi, hingga sekarang gue melakukan kesalahan yang sangat fatal.
"Perbaikin kesalahan lo! Jangan menambah kesalahan dengan menyakiti diri lo sendiri!" ucap Gintar datar.
****
Gue berlari sekuat tenaga menyusuri koridor rumah sakit, diikuti Gintar dan Nicla yang melakukan hal sama seperti gue.
Sesampainya gue didepan ruang ICU, gue membuka gagang pintu perlahan. Suara pendektesi jantung yang berbunyi nyaring, layar monitor memperlihatkan garis lurus. Gue berjalan mendekat ke ranjang, seorang berbaring dengan wajah tersenyum. Kulitnya yang pucat tidak mengurangi kecantikannya, namun kenapa dia cantik dalam keadaan seperti ini.
"Enggak Cel, lo gak boleh gini. Bangun ya bangun, jangan bikin kita semua tersiksa lihat lo gini. Please bangun Cel." gue menggoyangkan badannya.
"ACEL BANGUNN!? LO GAK BOLEH TINGGALIN GUE.."
Suara pintu terbuka, dokter dan suster menyuruh kami keluar. Agar Acel dapat diperiksa kembali.
!!PART INI SUDAH DIREVISI!!
VOTE, COMMENT AND STAY READING SAMPE AKHIR.-Awangle
110117
![](https://img.wattpad.com/cover/72622315-288-k859934.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love √
Jugendliteratur[COMPLETE] Hanya cowo bodoh yang ninggalin cewe sesempurna lo! Dan didunia cewe kaya lo itu langka - Gintar Bramastya Gue ditinggalin dia, dan dia memilih yang lain. alasannya cuma satu, gue belum jadi yang terbaik dimata dia- Acellin Brunella Gue n...