Extra Part 2

3.3K 121 17
                                    

Setelah pertemuan dengan om David tadi, pikiran gue berputar-putar hingga sekarang waktu menunjukkan bergantian hari gue belum juga tidur. Gue udah nyakitin Gintar, dan sekarang ini apa waktunya gue memperbaiki semuanya?

Jawabannya; tidak.

Perasaan gue masih terjerumus pada sosok Rayhan. Gue udah janji bakal jaga kepercayaan yang Rayhan kasih ke gue, gue juga percaya akan ada saatnya gue dan Rayhan bertemu lagi. Sekarang gue udah dapet keputusannya, gue bakal tetep sama Rayhan apapun keadaannya. Untuk Gintar, he is just my bestfriend no more.

****

Hari ini tepat tiga bulan gue tinggal bersama daddy dan Gintar. Tidak bisa gue pungkiri, gue rindu Indonesia dan juga beberapa orang yang masih setia nemenin gue lewat chat dan video call. Gue udah rencana buat pulang ke Indonesia minggu depan, karena tepat liburan semester gue dan juga ulang tahun Rayhan. Setelah memikirkan itu semua, mata gue terahlihkan pada tas jinjing berwarna biru di kursi samping gue-kado untuk Rayhan.

AcellinBrunella: Pagi sayang.

RayhanDinata: Pagi, gimana kamu disana? Bahagia sama Gintar?

AcellinBrunella: Maksud km apa? Udah aku jelasin kan kalo aku sm Gintar gaada apa apa.

RayhanDinata: Ehm, iya. Papa gimana? Baik?

AcellinBrunella: Aku kirain km masih mikir yang aneh aneh tentang aku sm Gintar. Baik semua.

RayhanDinata: Meskipun nantinya km gasama aku, baik baik aja ya Cel. Jaga kesehatan.

AcellinBrunella: What u say Ray? Aku gapaham sm sekali.

RayhanDinata: Km jauh mangkanya jaga kesehatan. Yauda aku sekolah dulu

AcellinBrunella: Okay, ilysm sayang.

Meskipun Rayhan bersikap aneh akhir-akhir ini lewat kata di chat, tapi gue masih mikir itu karena capek mikirin tugas. Hal ini makin bikin gue gak sabar buat pulang ke Indonesia. Gue langsung berdiri dari kursi cafe sambil menjinjing tas biru tadi, lalu keluar cafe fatagon. Kali ini gue merasakan salju sebenernya di luar negeri, benar-benar menyenangkan apalagi ini adalah salju pertama.

"Acel."

Langkah gue berhenti, menengok kebelakang. Gintar melambaikan tangan sambil menunjukkan giginya, terlihat ia menggendong tas gitar. Pasti Gintar selesai mengikuti kelas musiknya, tapi tidak biasanya selesai pukul segini. Kini kami berjalan seiringan dengan sesekali Gintar menjahilinya, shit! Semenjak kapan gue senyaman ini jalan sama Gintar.

"Belajar sana di rumah, keluyuran mulu gue bilangin mimom lo!" suruhnya.

"Enak aja kalo ngomong, gue habis nyari kado buat Rayhan." jawab gue tidak terima.

Raut wajah Gintar mendadak masam, "Oh, bagus deh."

"Lo mau pulang apa ikut gue nih?"

"Kemana?"

"Mancing."

Gintar menghentikan langkahnya, "Seriusan lo?"

Secret Love √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang