"Buat apa aku masih mencintainya kalau ternyata dia tidak mencintaiku? Salahku juga, sih. Harusnya dari awal aku sadar kalau aku berjuang sendiri. Dan harusnya aku bisa berhenti ketika aku bisa memulai," jelas Luna.
"Aku yakin kalau orang yang kau cintai itu tahu kau seperti itu, ia akan menyesal seumur hidup karena menyakiti orang sepertimu."
"Ya, kuharap," kata Luna sambil tersenyum. Senyum yang tak akan bisa Jimin sadari kalau ia lah yang menyakiti.
Tap tap tap
Terdengar suara langkah kaki yang semakin lama semakin terdengar jelas oleh Jimin dan Luna yang sedari tadi diam tanpa suara. Sedari tadi mereka berdua terdiam tanpa pembicaraan apapun setelah pembahasan terakhir tadi. Luna yang sedang tidak bisa lagi berbicara apapun untuk saat ini. Dan Jimin yang diam menanti seseorang yang diharapkannya datang. Yoongi.
Jimin menyukai kejutan. Dan Jimin lebih suka memberi kejutan daripada menerimanya. Ia ingin ketika Yoongi datang nanti, Yoongi melihatnya dengan ekspresi kaget khas Yoongi yang kalau Jimin bayangkan bisa membuatnya ingin mencubitinya habis. Lalu, berjalan perlahan menghampirinya. Dan kemudian, Yoongi datang memeluk Jimin dengan wajah malu-malunya. Astaga, berkhayal saja cukup membuat hatinya berdebar. Jimin tersenyum sendiri seperti orang bodoh. Senyum bahagia yang mengundang sebuah pertanyaan dari Luna.
"Kau-" ucapan tertahan Luna membuat Jimin tersadar, kemudian memalingkan wajahnya ke arah perempuan itu dan menunggunya melanjutkan kalimat. Namun, Luna malah menggelengkan kepalanya menandakan ia tidak jadi bertanya.
Luna hanya mampu bertanya dalam hati,
'Kau, sebahagia itukah ketika ingin bertemu Yoongi?'
Suara kaki seseorang itu semakin dekat. Dan ternyata itu adalah suara kaki seseorang yang bisa dibilang menghancurkan ekspektasi Jimin yang kalau dipikir sudah terlampau berlebihan. Namun, ternyata dia bukan Yoongi seperti yang dibayangkan. Bah.
"Mana Suga?" tanya Jimin.
Henry berjalan mendekati sofa, kemudian duduk."Dia tidak ada di kamar," jawab Henry yang membuat kedua sudut bibir Jimin melengkung ke bawah.
"Bukankah tadi Amber bilang kalau Yoongi sedang ada urusan di luar?" kata Luna menarik perhatian Jimin dan Henry.
Betul juga. Kenapa tidak terpikirkan oleh mereka. Kenapa Jimin baru sadar kalau tadi Amber mengatakannya. Dan kenapa Henry membuang tenaganya untuk naik turun tangga mencari Yoongi di kamar. Juga kenapa Luna baru mengatakannya sekarang. Tabok tidak, ya. Hm.
Keadaan hening sesaat. Luna dengan pikirannya tentang Jimin dan Yoongi. Ia hanya masih tidak menyangka kalau Jimin dan Yoongi sudah mengenal. Bahkan lebih dari saling mengenal. Padahal, Luna yang sampai berpuluh tahun mencari Jimin saja belum cukup untuk mendapatkan balasan perasaan dari Jimin. Tapi, Yoongi yang hanya bertemu beberapa hari bisa langsung mendapatkannya. Namun, dalam hati ia senang, karena Yoongi benar-benar mengikuti ucapannya.
"Aku heran, ck," gumam Henry tiba-tiba. "Memang Yoongi punya urusan apa di negara orang ini? Padahal aku yakin, dia tahu jalan disini saja tidak," lanjutnya.
***
Sejak tadi, mereka berdua sudah berbicara cukup banyak. Ya walaupun kadang Yoongi tidak mengerti dan masih susah untuk membalas ucapan Amber menggunakan bahasa Inggris. Aplikasi terjemahan sudah siap di handphone nya, jadi si Yoongi sans ae. Dan akhirnya si Amber mengajak Yoongi ke rumahnya.
"Ayo, Suga, masuk saja," ajak Amber yang sudah berjalan mendahului Yoongi.
Jarang loh, seorang Amber mengundang seseorang ke rumahnya. Soalnya, tiap waktu Amber itu sibuk sama PSPnya. Orang-orang di dekatnya tahu, kalau ada yang berani mengetuk pintu ketika ia sedang bersama PSP kesayangannya, saat itu juga induk dari peranakan banteng dan singa akan mengamuk. Malaikat maut juga sudah berjaga di depan pintu rumahnya. Jadi, siap-siap saja untuk memilih rumah sakit atau kuburan J
KAMU SEDANG MEMBACA
California [Minyoon BTS]
Genç Kız EdebiyatıKisah Jimin dan Suga di California.. ©syuxtrqn