Chap 3 : Surat Misteri

485 51 16
                                    

Chap 3 : Surat Misteri

"Pas pukul lima pagi." Gumamnya dalam hati setelah melihat jam tangan model army yang melingkar ditangan kanannya. Pagi itu ia tengah bersiap untuk memenuhi janjinya, bertemu dengan teman-teman LRC-nya diperpustakaan sekolah.

"Drrt...drrrt..." Terdengar suara androidnya kini bergetar. Seseorang menelponnya. "Afa ternyata".

"Halo? Assalamu'alaikum?." Sapa Dimas sambil mengucek matanya yang masih perih karena kurang tidur.

"Wa'alaikumsalam, Dim jadikan sekarang beres-beres perpus?." Tanya Afa.

"Loh kok beres-beres sih? Bukannya Cuman mau baca bareng aja sambil piknik?." Sanggah Dimas.

"Yaudah datang aja dulu."

"Hmm...Yaudah oke, bentar ya."

Dimas pun berangkat dengan langkah kaki yang agak malas. Dengan motor bebeknya, dia bergegas menuju sekolah. Jalan yang ia lewati terlihat sangat indah. Matahari pagi yang dihiasi udara sejuk dan kicauan burung itu membuatnya ingin berlama-lama menyusuri jalan menuju sekolah. Ditambah lagi lantunan ayat-ayat suci dari earphone yang ia gunakan sepanjang perjalan, menambah kuat suasana damai dipagi hari itu.

Sesampainya disekolah, dia memarkirkan motornya didepan gerbang masuk utama, dekat dengan pos penjaga sekolah. Berhubung ini hari minggu, tidak banyak kegiatan yang dilakukan di sekolah. Hanya beberapa ekstrakurikuler yang ada. Itupun sembunyi-sembunyi masuk tanpa izin guru ataupun pembimbing masing-masing.

"Pukul enam pagi! Kayaknya aku gak mungkin ngaret deh." Ucapnya bermonolog. Dia bergegas menuju perpustakaan. Dengan langkah yang sedikit cepat. Hanya untuk menghindari tuduhan-tuduhan malas yang mungkin akan diluncurkan kepadanya jika dia terlihat berjalan santai.

"Dimas!" Teriak teh Zulfi memanggilnya.

"Eh iya teh?"

"Bantuin nih, angkatin ke gudang!" Menunjuk tumpukan kardus yang berserakan.

"Yaelah baru juga dateng teh..." Ujar Dimas sambil manggaruki kepalanya.

"Cepetan... biar cepet beres!"

Semua anggota LRC hadir, dan Dimas yang terakhir. Dimas, Afa, Teh Zulfi, Nilam, Imam, Silvy, dan Vania. Semuanya anggota LRC. Setiap sebulan sekali, inilah hal yang paling wajib dilaksanakan setiap anggota. Membersihkan perpustakaan. Namun semua itu hanya teori. Nyatanya sudah 10 tahun perpustakaan ini tidak pernah dibersihkan. Hanya tumpukan bukunya saja yang sedikit diperbaiki. Agar tidak terlihat bahwa kami sebenarnya pemalas.

Buku yang tersimpan di rak buku pelajaran sangat berantakkan. Mungkin karena sering keluar masuk rak. Dan beberapa dari peminjam sangat malas untuk menata kembali buku-buku tersebut. Hingga akhirnya, setiap siswa yang meminjam bukupun malas menatanya. Dengan alasan klasik yang sering terlontar seperti "Awalnya juga berantakkan, ngapain diberesin lagi?"

Sedangkan, jajaran rak novel fiksi dan nonfiksi sangat tertata rapi. Tidak sulit menata rak itu. Sayangnya rak itu bagian anggota perempuan. Dimas diberi tugas menata ulang buku-buku tahunan dan buku siswa tahunan. Bedanya? Bedanya, kalau buku tahunan memuat seluruh data siswa yang sudah menjadi alumni secara keseluruhan. Dan buku siswa tahunan memuat siswa-siswa berprestasi pada tahun yang bersangkutan dikelas 11. Hanya dua orang pertahun. Berantakan.

Keadaannya tidak terlalu berantakan. Tapi, sangat berdebu. Dimas meyempatkan membaca beberapa buku tahunan. Semua buku tahunan sejak angkatan pertama. Hingga angkatan yang baru saja keluar.

Ditengah-tengah kesibukannya, Dimas menemukan sebuah buku tahunan angkatan 2006. Angkatan yang pertama kali lulus dari sekolah ini. Dihalaman kedua terdapat sebuah surat kecil, lebih tepatnya secarik kertas.

Perpustakaan Aurum [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang