Hari yang akan sangat melelahkan sudah tiba. Dan yang pasti akan sangat merasakan lelah adalah OSIS, organisasi yang mengurus semua persiapan penerimaan siswa baru. Sudah dimulai seminggu lalu. Dan inilah hari terakhir. Dimana semua ekskul dan klub akan menampilkan penampilan terbaiknya. Demi menarik perhatian para siswa baru untuk bergabung dengan organisasi mereka.
Entah kebetulan atau apa. LRC mendapat giliran pertama untuk melakasanakan demonya. Dan ada permintaan yang aneh dari teh Zulfi. Mungkin dia iseng atau apa. Tapi dia meminta Afa yang akan meresensi novel dengan bertelanjang dada, dan hanya meggunakan celana panjang untuk olahraga. Afa yang cuek menurutinya. Menyampaikan resensi terbaiknya dengan pembawaan yang santai. Semua calon siswa baru perempuan meneriaki Afa. Mereka terpesona dengan wajah tampannya dan tubuh atletisnya.
Dibalik panggung Dimas tidak mau tampil setelahnya. Dia malu sendiri melihat kelakuan temannya. Sementara sang ketua hanya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Afa yang sepertinya sangat cuek.
Dan setelah resensinya selesai dibacakan, si pembawa acara mengambil alih mikrofon dari Afa. "Nah, itu tadi adalah salah satu contoh resensi terbaik dari kang Afa, apakah ada yang mau ditanyakan?."
Seseorang dari barisan siswa laki-laki mengangkat tangannya. "Saya! Kang bagaimana cara membentuk tubuh seperti itu?." Semuanya terdiam menatap aneh anak itu.
Mendengar pertanyaan konyol itu Dimas menepuk keningnya. "Jadi ini maksudnya... dasar ketua."
"Nah bagaimana kang Afa?." Tanya pembawa acara menantikan jawabannya.
"Oh, maaf mungkin waktu klub kami disini sudah habis, jadi untuk yang ingin bertanya bisa setelah demo selesai saja. kami ada di ruangan tepat dibelakang kalian." Semuanya menoleh ke belakang. Afa menutup demonya dan membiarkan Dimas dan teh Zulfi naik ke atas panggung. Hanya untuk sekedar memperkenalkan diri.
.........
Seorang gadis melayu dari barisan tak hentinya memandangi seorang pengurus LRC di panggung. Bukan Afa yang dia lihat. Melainkan Dimas yang tak sedikitpun dilirik oleh calon siswa yang lain.
"Rase-rasenye, aku pernah lah tengok die." (Rasanya aku pernah melihatnya). Begitulah dia bergumam dalam hatinya. Mata gadis ini sangatlah teduh. Berwajah tenang. Namun mudah sekali gugup dan menangis. Sempat menjadi idola di kalangannya sesama calon siswa. Namun dia tetap santai. Bukan jual mahal, tapi dia sendiri tak mengerti.
Seorang teman disebelahnya menepuk pudaknya. "Silvy? Kamu ngelamun?." Dia tak menyadari bahwa dia sudah lama melamun sejak Dimas naik ke atas panggung. Dan kini sudah penampilan klub yang ke tiga.
"Ehh, minte maaf lah. Agaknye tadi aku terkantuk-kantuk." (Ehh, maaf. Sepertinya aku tadi mengantuk.
"Oh ya udah kamu tidur aja. Gak akan ada yang lihat kok." Balas temannya sambil menepuk pahanya sendiri seakan berkata tidur aja disini. Silvy mengangguk dan tertidur seketika. Lebih tepatnya dia pura-pura tertidur.
.........
Kini bagian IRM (Ikatan Remaja Masjid) yang diketuai oleh Dimas akan melakukan demonya. Dibuka dengan bacaan ayat suci Al-Qur'an yang dibaca langsung oleh Dimas tanpa menggunakan mushaf. Mengingat dia adalah sorang Haffiz Qur'an, jadi dia menampilkan kebolehannya.
"Itu akang yang tadi di LRC kan? Kang Dimas gitu? Lupa namanya." Ucap teman Silvy yang dia tiduri pahanya itu. Sontak Silvy yang penasaran langsung terbangun tanpa memperlihatkan kantuk sisa tidur sedikitpun. "Loh bukannya kamu ngantuk berat Sil?."
Dia tak menjawabnya, asyik mendengarkan bacaan Dimas yang sangat merdu. Matanya memejam, mengepal kedua tangan di dadanya. Terlihat begitu jelas dia menikmati bacaan ayat suci itu dengan sangat mendalam. Beberapa orang disekitarnya melihat tingkah Silvy, lalu menirunya. Dan semua calon siswa yang muslim melakukan hal yang sama setelah hal yang dilakukan Silvy merambat satu sama lain.
Menyadari hal ini sang pembawa acara membisiki Dimas agar memanjangkan bacaannya untuk sepuluh menit ke depan. Terlihat semua orang sangat menikmati suara merdu Dimas ketika melantunkan ayat ayat Allah ﷻ.
.........
Semua yang ingin mendaftar klub LRC sudah terkumpul di ruangannya. Ada sekitar duapuluh orang yang daftar. Namun tak semuanya serius ingin bergabung. Setelah Afa memberi sebuah tes mental kepada mereka.
"Sebelum kalian akan mendaftarkan nama dan memperkenalkan diri. Akang akan memberitau sesuatu." Semuanya begitu serius mendengarkan Afa berbicara. Begitu juga dengan Dimas dan teh Zulfi yang tidak tau dengan apa yang dilakukan oleh Afa.
Setelah memastikan semuanya tenang. Afa melanjutkan pembicaraannya. "Dalam klub ini tidak ada hal yang akan membuat kalian senang. Dan selalu serius. Untuk kalian yang serius ingin masuk klub ini, tetaplah disini. Dan yang tidak serius boleh keluar. Akang tidak akan marah. Namun jika dikemudian hari kalian menyesal, tidak ada kesempatan kedua untuk masuk klub ini. " Dan semuanya keluar kecuali seorang laki-laki dan tiga orang perempuan.
"Yah... segini sudah lebih dari cukup. Mendengar kalimat tidak ada hal yang akan membuat kalian senang membuat mereka berasumsi bahwa tidak ada yang menyenangkan. Tapi mereka salah besar, setelah kata senang masih ada kalimat sangat senang. Dan nanti mereka akan menyesal." Ucap Afa kepada semua yang tersisa. Mendengar penjelasan Afa, mereka terkagum-kagum. Hanya Silvy yang tetap dingin menanggapinya.
"Dasar Afa." Gumam Dimas, sedikit tersenyum.
"Baiklah, sekarang waktunya kalian memperkenalkan diri. dan minggun depan kita mulai kegiatan kita langsung. Mulai dari membaca satu buku selama satu minggu di hutan dekat sekolah, sambil piknik ya jangan lupa bawa makanan. Meresensi buku, dan yang terakhir bersih-bersih perpustakaan." Tiba-tiba teh Zulfi mengambil alih kelas.
Semuanya menjawab dengan kompak. "Baik!!!."
-Perpustakaan Aurum-
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpustakaan Aurum [SUDAH TERBIT]
Mystery / ThrillerAlhamdulillah karya pertama Ay sudah dibukukan. Bisa cek di tokopedia, blibli, bukalapak, ya. Cari aja Perpustakaan Aurum. Nanti ada tuh bukunya. Penerbitnya guepedia.com Sankyuu all 😊