Suasana sepi, sudah mulai menipis. Perlahan, tergantikan oleh ramainya suara siswa yang asyik berbicara. Waktu tak bisa dihentikan. Setiap detiknya memunculkan banyak peristiwa. Peristiwa suka, maupun duka. Semua itu, tak bisa kita minta. Tak bisa kita ubah. Hanya bisa kita nikmati. Bukan bagaimana cara kita menyikapinya. Tapi, bagaimana cara kita mengambil hikmahnya.
Tepat pukul 8 pagi. Semua yang menjadi ataupun yang pernah menjadi anggota LRC diharuskan berkumpul di mimbar. Atas perintah Afa.
Ketika semuanya terkumpul. Hanya satu orang yang tidak bisa kumpul. Ya, Silvy. Kabarnya dia akan pindah ke Aceh untuk menenangkan dirinya. Begitu juga dengan neneknya yang mengalami trauma setelah kejadian yang menyeramkan itu menimpa dirinya. Entah untuk berapa lama dia akan pergi.
Dimas pun membagikan secarik kertas berukuran 5x5 cm, dengan pulpen khusus yang nantinya akan digilir.
"Sekarang, tulis identitas kalian, mulai dari nama, tempat tanggal lahir, nama orang tua, hobi, agama, dan motto hidup. Ingat, tidak boleh ada yang menggunakan pulpen selain pulpen yang diberi kang Dimas." Ucap Afa menjelaskan tatacaranya.
Mereka pun memulainya. Setiap anggota yang sudah selesai menuliskan identitasnya, boleh pulang ke kelas. Waktu itu pula pulpen harus digilir. Untuk saat ini, tidak ada yang mencurigakan. Namun berbeda dengan Dimas, dia melihat salah satu anggota yang lumayan dekat dengannya dengan tatapan yang penuh rasa curiga.
Setelah semuanya selesai. Dan hanya tersisa Afa dan Dimas. Dimas menceritakan semuanya kepada Afa tentang kecurigaannya pada salah seorang anggota LRC yang dia perhatikan. Tapi Afa bersikeras tidak ingin mempercayainya sebelum ada bukti.
.........
Tak terasa jam pelajaran pun sudah selesai. Ini saatnya bagi Afa dan Dimas menyelidiki siapa itu Aurum. Mereka memutuskan untuk pergi ke rumah No.17 itu lagi. Namun, ketika melewati ruang TU, Dimas bertemu dengan Silvy.
"Kang Dimas!." Panggil Silvy.
"Eh Silvy, mau kemana?." Tanya Dimas
"Ini kang, ngurus kepindahan."
"Oh iya, beneran kamu mau pindah?." Tanya Dimas.
"Betul lah kang..." Jawab Silvy sedih. Diapun menunduk. "Kang, maaf bila Silvy lancang."
"Lancang apaan?." Dimas keheranan.
"Sebetulnya, Silvy suka sama akang. Silvy juga mau jadi pacar akang." Ucap Silvy menundukan kepalanya. Sementara itu, Dimas hanya terpaku mendengar pengakuan Silvy.
"Silvy, dalam islam itu gak boleh pacaran loh, kamu tau kan arti ayat yang melarang kita mendekati zina?." Tanya Dimas
"Yaudah kita pacaran islami aja kang." Silvy berusaha membujuknya.
"Gak boleh juga Silvy, wa laa talbisul haqqa bil baathil , dan janganlah kamu mencampur adukkan antara yang haq (benar) dan yang bathil (salah). Sebaiknya, Silvy di Aceh nanti jaga kehormatan Silvy, insya Allah akang juga bakalan nungguin Silvy. Toh akang juga belum pernah jatuh cinta." Jawab Dimas menenangkan Silvy.
"Sekarang udah cinta belum sama Silvy?." Tanya Silvy kikuk.
"Jawab jangan?." Silvy mengangguk. "Belum tuh, hehe."
"Bakalan cinta gak kang?."
"Wallahu 'alam Silvy." Jawab Dimas dengan tatapan yang dalam.
"Yaudah kang. Silvy nanti pulang lagi ke Bandung kan. Akang jangan pacaran ya? ya? ya?." Sahut Silvy.
"Insya Allah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpustakaan Aurum [SUDAH TERBIT]
Детектив / ТриллерAlhamdulillah karya pertama Ay sudah dibukukan. Bisa cek di tokopedia, blibli, bukalapak, ya. Cari aja Perpustakaan Aurum. Nanti ada tuh bukunya. Penerbitnya guepedia.com Sankyuu all 😊