Kemunculanku di tim penyelidik memang tak terlalu banyak pihak yang tau. Namun, aku hadir atas perintah Afa. Maksudku tuan Afa.
Tuan Afa selalu meminta bantuanku jika sedang terdesak. Dan ini artinya dia sedang terdesak. Kasus Aurum memang yang pertama kali terjadi di sekolah. Kasus ini sebetulnya tak masuk akal jika terjadi di sekolah. Dan sekilas, jika pelakunya siswa mungkin akan dengan mudah didapatkan petunjuknya. Namun dia sangat cerdas dan rapi seperti tuan Afa ketika mengerjakan sesuatu.
Sebelum itu, aku ingin kalian tau tentang siapa aku dan siapa tuan Afa bagiku.
Aku terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Dulu. Jauh sebelum sekarang ini aku adalah anak dari teman ayahnya tuan Afa. Kami sangat dekat layaknya keluarga. Aku dan tuan Afa pun sangat akrab, selalu bermain bersama.
Ayah kami sama-sama seorang peneliti. Dan kami anaknya. Mereka berdua sangat dekat, kenal semenjak bekerja sama disebuah institusi.
Awalnya tuan Afa tidak seperti sekarang. Dia sangat bodoh dalam segala hal. Dan akulah orang yang harus membetulkan segalanya jika dia berbuat kesalahan. Bahkan dia pernah tinggal kelas. Akupun turut tinggal kelas demi menemaninya. Dia tak pernah kekurangan teman seperti sekarang. Mengasyikan bermain dengannya.
Hingga kedua orangtuanya meninggal, bersama orangtuaku juga. Sebelum orangtuaku meninggal, mereka tau apa yang dilakukan tuan Afa setelah menjadi yatim piatu. Dan aku wajib menjaganya. Menuankan dia. Dan aku budaknya. Itulah perintah orangtuaku.
Selama ini aku tak pernah merasa keberatan menjadi budaknya. Karena dia tak pernah menganggapku bawahannya. Hanya saja, dia menjadi lebih dingin dibandigkan dulu ketika masih kecil. Dia lebih menutup diri dan tak ingin menyusahkanku lagi.
Sebetulnya, orangtua kami belum meninggal.
.........
"Jamil, aku ada masalah serius. Sepertinya aku butuh bantuanmu lagi. Bisa kan?" Tuan Afa sepertinya dalam masalah. Dia menemuiku di belakang gedung sekolah yang paling belakang.
"Seperti biasanya tuan, aku selalu siap." Aku menundukan kepalaku.
"Berhentilah memanggilku tuan, setidaknya selama di sekolah." Tuan Afa menegurku sinis.
"Tapi..."
"Ini perintah. Jika kau suka panggilan itu, lakukan saja ketika kita jauh dari keramaian." Tuan Afa meninggalkanku. Tanpa sepatah kata tambahan ataupun mengucapkan "Dah!" padaku.
Itulah sikap tuan Afa yang ingin ku ubah. Dia bukan orang yang seperti ini sebelumnya. Ingin sekali aku mengulang masa kecil dimana dia sangat asyik untuk berteman. Tidak sesinis dan sedingin ini layaknya pedang yang tertancap di kutub utara selama berabad-abad.
Sejak itu aku memata-matai anak kepala sekolah. Dia sangat cerdas. Pengakuannya hanya memiliki IQ 167. Padahal itu sebuah kebohongan besar. IQ yang dia miliki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan milik tuan Afa dan aku sekalipun. Sebenarnya IQ Imam mencapai 192. Otak jenius yang pasti menyimpan banyak perpustakaan bertingkat dalam setiap sel otaknya. Aku punya kemampuan mengukur IQ seseorang.
Selain itu, Imam juga memiliki kepribadian ganda. Hal ini langka ditemukan pada orang ekstrovert seperti dia. Biasanya orang introvert yang memiliki kepribadian ganda. Tapi dia beda. Sebab itulah dia tidak bisa mengerjakan semua hal sendirian. Dan inilah pengamatanku yang aku berikan pada tuan Afa untuk menjatuhkannya. Dan itu berhasil.
Hal yang paling lemah dari Imam adalah sikapnya yang tak pernah introspeksi diri. dia tak mengetahui kelemahannya dan cenderung meremehkan kami. Harus ku akui bahwa dia lebih cerdas dalam segala hal daripada tuan Afa. Namun, mental dan nyalinya kecil ketika bertemu hal yang berbau mistis. Itulah orang ekstrovert. Dan dia butuh teman.
Alasan Vania yang dia rekrut sangat simple, sebelumya dia satu tim dengan Vania. Dan sudah pasti mereka sangat akrab dan mengetahui satu sama lain. Mereka sudah saling mengerti. Akan sulit bagi Imam jika dia harus bekerja sama dengan orang yang bekum dia kenal.
Dan informasi terakhir yang kudapat, Imam adalah seorang buangan dari pecinan. Dia bermarga Sing. Tapi aku tak tau siapa nama depannya. Marganya pernah berkonflik dengan marga besar di pecinan itu. Dan semua anggota keluarganya dibantai habis. Hanya tersisa Imam yang menyimpan dendam sampai sekarang. Aku masih tak tau apakah kepala sekolah ayah kandungnya atau bukan. Setahuku dia adalah anggota terakhir dari marga itu.
Mau, marga besar yang diwarisi oleh Dimas. Namun, walaupun marga kang Dimas Mau, cara pembacaannya beda. Mau yang ada di pecinan dibaca natural "Ma-u". sedangkan marga Dimas dibaca "Maw". Perbedaan ini tak bisa ditulis dalam aksara kita. Namun akan terlihat jika diulis dalam huruf setempat di Tiongkok.
Selain itu, marga Dimas terkenal dengan penganut agama Islam yang sangat taat. Sedangkan, marga Mau yang ada di pecinan menganut agama Budha. Dan mereka memang tak sama. Semua ini kesalahpahaman. Kesimpulannya, dia ingin membunuh Dimas. Walaupun tak jelas alasannya membunuh tiga orang sebelumnya.
Sepertinya aku harus melaporkan semua ini pada tuan Afa. Agar semua petunjuk ini tersusun rapi.
-Perpustakaan Aurum-
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpustakaan Aurum [SUDAH TERBIT]
Mystery / ThrillerAlhamdulillah karya pertama Ay sudah dibukukan. Bisa cek di tokopedia, blibli, bukalapak, ya. Cari aja Perpustakaan Aurum. Nanti ada tuh bukunya. Penerbitnya guepedia.com Sankyuu all 😊