Chap 7 : Rantai

278 32 2
                                    

Semua peserta rapat sudah duduk dengan rapi. Semuanya berwajah tegang. Sebagian orang tidak tahu rapat apa ini. Yang jelas, ini bukan rapat kenaikan kelas. Ataupun rapat kenaikan gaji yang biasanya diharapkan oleh semua guru yang ada.

"Baiklah, kita mulai rapat ini." Ucap kepala sekolah kepada semua peserta rapat rahasia.

"Tunggu pak!" Andi berteriak. Berdiri dan menatap ke arah kepala sekolah.

"Kenapa? Ada masalah?" Kepala sekolah menanggapinya dingin.

"Kenapa bapak melibatkan Afa dalam rapat ini? Apakah bapak tidak percaya kepada klub misteri yang dibantu kepolisian? Sebenarnya saya ingin menanyakan ini dari rapat pertama." Andi menyampaikaan protesnya. Rupanya ketua klub misteri ini merasa tidak dihargai dengan dilibatkannya Afa, sosok jenius yang serba bisa itu.

"Kamu mau tahu apa alasan bapak membawanya?"

"Tentu pak."

"Pertama, Afa memiliki IQ diatas kalian, bahkan jauh. Kedua, kemampuan deduktifnya dalam menyimpulkan sebuah rantai kejadian sudah teruji oleh kepolisian sekalipun. Ketiga, saya lebih suka orang yang tidak banyak bicara." Kepala sekolah menjelaskannya dengan nada tinggi. Sepertinya beliau marah.

Andi mulai terdiam.

Rapat ini diadakan atas dasar teror kepada guru-guru dan kematian pak Arif yang tidak wajar. Pihak sekolah takut, jika akan ada korban lagi. Mereka pun melibatkan polisi. Yang dibantu oleh klub misteri dan Afa. Keberadaan Afa mungkin tidak terlalu menggenakan anggota klub misteri. Mereka merasa dinilai tidak mampu memecahkan kasus ini.

"Kalau begitu, saya akan memecahkan kasus ini dibantu oleh Dimas pak, permisi." Afa meninggalkan ruang rapat tanpa banyak basa-basi. Semua peserta rapat hanya terdiam memperhatikan langkah kaki Afa yang semakin jauh, hingga lenyap dari pandangan mereka.

Semuanya memperhatikan langkah Afa yang keluar tanpa banyak bicara.

Semua mata tertuju tajam ke arah Andi.

"Mau tidak mau. Dengan ataupun tanpa Afa rapat ini harus dilanjutkan. Huuuh..." Ujar kepala sekolah sembari menghela nafas panjang. Andi kini merasa bersalah. Namun dalam hatinya yang lain ia merasa puas.

.........

Dimas baru saja keluar dari forum IRM. Berbenah menggunakan sepatunya. Berusaha menggunakannya senyaman mungkin. Tanpa tahu sudah ada yang menunggunya sedari tadi.

Afa.

"Tepat pukul 3 sore, alhamdulillah aku masih bisa bernafas." Gumam Dimas dalam hati setelah menyelesaikan tugasnya mengisi materi di IRM. Ketika keluar dari masjid seseorang menepuk bahunya. Dimas masih belum menyadari dibelakangnya sudah ada Afa yang menunggunya.

"Udah selesai ceramahnya?." sambil menepuk pundak Dimas.

"Udah, sejak kapan kamu disitu?." Tanya Dimas menyembunyikan kekagetannya.

"Dari awal kamu ceramah ngisi forum IRM... Silvy masih belum masuk juga ya?."

"Belum, rencananya aku sama anak-anak LRC, IRM mau jenguk dia. Kamu ikut?."

"Boleh, tapi sepulang dari sana aku punya urusan penting sama kamu Dim." Bisik Afa

"Penting banget ya? Yaudah gimana nanti aja."

"Kantin dulu yu!." Sambung Dimas mengajak Afa

"Boleh."

.........

Perpustakaan Aurum [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang