"Kayaknya aku hari ini gak masuk sekolah dulu... tapi, ulangan matematika kan sekarang ya? Yaudah deh mudah-mudahan kuat. Lahaula wala quwwata illa billah..."
Tak ada sebab dia menjadi sakit seperti ini. Dimas yang biasanya kuat walaupun seringkali memaksakan badannya, kali ini meriang tak seperti Dimas yang biasanya. Hanya karena telepon misterius itu. Dalam kondisinya yang sangat buruk ini dia mungkin tak perlu memaksakan dirinya untuk berangkat ke sekolah. Namun apa daya, di rumahnya tak ada siapapun untuk mengantarkan surat sakit ke sekolah. Ditambah hari ini dia harus mengikuti ujian matematika. Jika dia ikut ujian susulan, dia tidak akan bisa mengerjakannya. Kalian lebih mengerti.
Hari itu dia sengaja tak membawa sepeda motor. Sepertinya dia tak sanggup mengemudikannya dengan keadannya yang seperti itu. Untung saja rumahnya tak terlalu jauh dari pangkalan ojek. Dengan melambaikan tangannya, salah satu tukang ojekpun menghampirinya. Dia bersedia mengantarkan Dimas dengan biaya sepuluh ribu rupiah. Setelah nego yang tak terlalu memakan waktu.
Dia tak pernah habis memikirkan telepon misterius itu. Apa yang salah dengannya. Apa masalah yang dibuat olehnya. Semuanya tak masuk akal. Sejak apa yang membuat Afa penasaran mereka coba untuk menjejaki. Ya, sejak mereka penasaran dengan siapa itu Aurum, semua kejadian anehpun terjadi.
"Sebetulnya untuk apa sih kita tau Aurum? Padahal gak penting juga deh kayaknya..." Gumam Dimas selama diperjalanan. Dia tak henti-hentinya memikirkan alasan kenapa dia harus ikut-ikutan hal yang tak terlalu penting untuknya itu. Namun, dia pun tak enak hati jika harus membiarkan Afa dan yang lainnya, sedangkan dia dengan enaknya bersantai.
"Ikuti sajalah, gimana nanti kayaknya." Ujar Dimas setelah berpikir lama.
"Iya de?." Tanya tukang ojek, mengira Dimasa berbicara kepadanya.
"Oh enggak pak, itu udah deket sekolahnya." Jawab Dimas berkelit.
"Oke de."
.........
Setibanya Dimas di kelas, semua temannya langsung mengrubunginya. Mereka antusias sekali. Tak seperti biasanya. Dia yang tak terlalu bergairah hari ini hanya bisa menundukan kepala dimejanya, diatas silangan tangannya.
"Gak nyangka sama kamu Dim." Ucap Via sambil menepuk bahu Dimas. Teman perempuan sekelasnya.
"Hah? Aku salah apa?." Dimas terperanjat kaget. Mengira bahwa dia melakukan sebuah kesalahan.
"Hahaha belaga bego nih anak." Sahut Kania sambil meninju bahunya. Seorang wanita tomboy di kelasnya. "Gak nyangka kamu bisa lebih hebat dari Afa Dim."
Tiba-tiba Pak Amim, walikelasnya masuk sebelum jam pelajaran dimulai. Dia meminta semua siswa dikelasnya masuk lebih dulu. Ternyata dia hendak mengucapkan selamat kepada Dimas dengan prestasinya.
"Selamat kepada Dimas dan Afa yang bisa masuk buku siswa tahunan dengan prestasinya masing-masing. Ini pertama kalinya dari sekolah kita buku siswa tahunan berasal dari kelas yang sama, dan pertama kalinya pula dapat menembus buku siswa tahunan terbaik ke tingkat kabupaten. Insya Allah, rencananya bupati akan merujuk buku ini sampai ke tingkat provinsi hingga akhirnya ke tingkat nasional. Dan bapak sangat optimis dengan itu melihat prestasi kalian yang tak biasa."
Mendengar hal itu Afa hanya tersenyum dingin. Sementara Dimas sangat senang. Dia ceria seperti biasanya. Melompat ke atas meja lalu melakukan sujud syukur. Namun, tak lama kemudian dia terjatuh dari mejanya. Beruntung Afa teman sebangkunya cukup cekatan menahan tubuh Dimas yang terkulai lemas, dia pingsan. Seisi kelas berteriak ketika melihat Dimas hampir terjatuh jika saja tak ada Afa.
"Pak! Boleh saya bawa ke UKS? Tubuhnya panas." Ucap Afa dengan dinginnya.
"Cepat bawa!." Jawab pak Amim dengan cemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpustakaan Aurum [SUDAH TERBIT]
Tajemnica / ThrillerAlhamdulillah karya pertama Ay sudah dibukukan. Bisa cek di tokopedia, blibli, bukalapak, ya. Cari aja Perpustakaan Aurum. Nanti ada tuh bukunya. Penerbitnya guepedia.com Sankyuu all 😊