Vote ya baru baca. Sesudah baca komen, ada typo gak? (banyak😝)
"Aku ingin kau mengatarku ke dokter satu minggu lagi"
"Untuk?"
"Ibu yang menyuruhku"
"Baiklah."
Chapter 12
=Naera pov=
Jikook menepati janjinya mengantarku ke dokter. Diperjalanan dia hanya diam tanpa berpikir untuk menguluarkan suasana ini dari kecanggung.
Kami sampai, dimana dokter yang ibu anjurkan padaku. Semoga berhasil.
"Selamat pagi nyonya, ada yang bisa saya bantu?"
"Begini dok, saya ingin memprogram bayi, kami baru melakukannya sekali memang, tapi bisa saya coba memastikannya?"
"Tentu, anda bisa duduk disana nyonya." aku menuruti kata dokter itu, bergerak menuju tempat tidur dimana disampingnya terdapat alat besar.
"Mari kita lihat bersama-sama"
Aku tidak bisa melihat dengan jelas arah monitornya, karena arah tersebut cenderung mengarah ke Jikook.
"Bagaimana dok?" tanyaku penasaran.
"Sebenernya ini sering terjadi, kalian baru melakukannya sekali, kan?" aku hanya dapat mengangguk, menyetujui dokter itu.
"Jadi kemungkinan fase yang kalian buat belum benar. Lakukan pada masa subur, hitung dengan rentan waktu dua belas sampai enam belas hari sebelum haid kembali. Mudah-mudahan anda mendapatkannya segera."
"Hari ini saya fase haid saya tidak rutin, dok"
"Jangan banyak berpikir. Itu kuncinya." kata dokter itu tersenyum ramah.
Jikook tidak mau bertanya tentang apa mungkin? Dari tadi dia hanya diam.
***
Aku mutuskan untuk pulang dan berpikir agar pikiranku tetap positif, tapi sifat dingin dan berubah-ubah Jikook membuatku sedikit frustasi."Kau mau kemana?"
"Aku akan keluar sebentar, membeli sesuatu yang bisa membuat pikiranku tenang," jawabku enteng pada Jikook.
"Baiklah. Butuh teman?"
"Aku ingin sendiri."
"Telepon aku jika kau membutuhkan.sesuatu," katanya tersenyum.
Apa aku bilang, dia bisa dingin dan bisa juga menjadi sedikit hangat. Dasar menyebalkan.
***
Author pov-"Dia sudah keluar?"
"Sepertinya begitu."
"Aku sangat merindukanmu Jikook," kata Mary berlari memeluk Jikook.
Mary memagut lembut bibir Jikook, menuangkan rasa ke hampaannya selama ini karena ada Naera disini.
"Kau mau melakukan sesuatu?" tanya Jikook.
"Tentu, apapun keinginau tuan."
Mereka berdua hanya terkekeh dengan gurauan kecil sebelum pada acara berikutnya.
"Jikook, lakukan dengan perlahan.."
"Ini benar-benar gila."
"Kita memang sudah.. ahh.. gila."
Drap..
Terdengar langkahan kaki di rumah mereka, sibuk dengan nafsu masing-masing membuat mereka tidak menyadari ke hadiran orang yang mereka kenal dan sangat Jikook cintai.
"Aku terlalu lambat mengetahui tingkah kalian."
"..."
"Kau hanya salah paham."
"Terlebih karena kesalahan yang kedua kali?"
"Kau memang tidak akan pernah berubah, merebut suami orang, mungkin itu kelebihanmu. Permisi."
"Tungu!!" cegat Jikook memanggil.
"Jikook, aku–"
"Aku harus menyusulnya."
"Hati-hati." tatapan Mary frustasi, semua kejadian ini seperti dejavu baginya. Dia gila, dan benar merebut suami orang sudah semacam keahlian baginya.
***
Jikook sampai pada rumah Jimin. Berlari seperti orang kesetanan dan bingung."Ayah, ibu di–"
"Dimana Naera?" tanya Jimin datar
"Ayah aku–"
"Katakan anak kurang ajar! Dimana putriku!"
Bugh.
"Ayah aku mencari ibu, aku harus mencarinya." Jikook menatap lirih ayahnya, tidak peduli pada sudut bibirnya yang berdarah.
"Aku tanya dimana menantuku!"
"Aku–aku tidak tahu ayah."
"Ayo kita cari bersama-sama, Jiimin."
"Ayo."
"Ibu.."
Jimin dan Hyemi lari dengan tergesa-gesa, berharap penantunya bisa di temukan.
"Aku tidak menyangka kakakku jauh lebih buruk dariku. Sikapmu benar-benar jauh dari ekspektasi yang selalu kau tunjukan padaku. Mengatakan priaku seperti ini lah seperti itu lah, ternyata kakakku sendiri–"
"Minji."
"Kau tidak lebih dari seorang pria yang memuakkan kakakku sayang. Kau terlalu melukai temanku, dan aku mulai pasti membencimu tanpa ragu sedikit pun."
Minji berlari ke arah luar rumah mereka. Minji berpikir harus membantu kedua orang tuanya menemukan Naera.
"Semua berantakan."
"Semua jadi berantakan."
Jikook pulang ke rumahnya, dia harus berpikir tenang untuk saat ini. Dia melajukan mobil dengan sangat hati-hati, sesekali pemikirannya tertuju pada ekspresi Naera pada dokter tadi pagi.
"Kau pulang Jikook? Bagaimana sekarang?" tanya Mary.
"Aku mau istirahat. Kau bisa istirhat juga."
"Tapi–"
"Aku harus meredam masalah ini. Ini semua salahku," kata Jikook melangkah pasti ke arah kamarnya.
Hiks.
Hiks.
"Maafkan mama Naera."
***
"Naera!""Ibu?"
"Naera sayang, kamu tinggal bersama ibu ya?"
Hiks.
"Ibu kenapa datang-datang menangis dan ayah? Ada apa?" tanya Naera melirik ke arah Jimin, Hyemi bergantian.
"Suamimu. Anakku–"
"Suamimu tidak tahu diri, berselingkuh dengan mertuanya dan itu sangat menjijikkan," kata Minji yang tiba-tiba mencul di hadapan mereka.
"Kau masih punya kita untuk tinggal. Tinggalkan rumah itu Naera, rumah itu terlalu banyak orang biadab."
Naera hanya membeku mendengar penuturan sahabatnya. Selama ini mamanya menipunya? Tapi kenapa?..
"Aku belum tahu aku bisa atau tidak. Berikan aku kesempatan untuk menyelesaikannya sendiri. Aku dan Jikook, ini hidup kami.
TBC
Udah lama gak nongol terakhir post 10 november ya? Lama juga 😂😂 maaf ya. Sibuk kuliah bikin gabut otak. Belum lagi kegiatan yunitas yang hasemeleh hasemeleh wow wow..
Semoga kalian gak lupa sama ceritanya dan semoga masih ada yang naruh di librarynya. 😁😁

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Compulsion [slow update]
Fanfiction[Sequel my wife is slut] akan di publish ulang Sementara di nonaktifkan updatenya!! Maaf Hampa, itu yang aku rasakan jika bersamamu Naera, kau tidak lebih seperti orang asing yang menjelma menjadi seorang istri di kehidupanku. Kebanyakan konten dewa...