10.

233 21 1
                                        

Pasti pada lupa ini chapter si jikook abis ngapain. Abis wikook kelamaan libur ya?  Ya maaf deh

Chapter 10

Matahari menyeruak masuk ke dalam kilap kaca jendela yang terbuka tanpa korden, memaksaku untuk membuka mata perlahan.
Aku mulai ingat peristiwa itu, dan itu benar-benar sangat panas. Dia masih memelukku dengan erat, seakan susah untuk melepaskanku barang sedetik.

"Jikook.. Aku akan bangun."

"Urghh" Hanya lenguhan yang aku dapat tanpa bisa melepas pelukannya.

"Sabar sedikit, ini jarang kita akan seperti ini jika Naera pulang."

"Kita tidak akan melakukannya lagi." Kataku kesal
____
Pertahananku lemah. Aku selalu terikat pesona menantuku, Jikook. Semakin ingin aku mengehentikannya semakin keras gejolak hasrat ini.

Sampai pada minggu pertama, dimana Naera akan pulang ke rumah.

***
"Mama aku pulang!"

"Naera datang!" kataku panik

"Kau mengunci pintunya kan?"

"Iya tapi lepaskan dulu tanganmu."

"Biarkan dia menunggunya beberapa menit, di luar cuacanya bagus, jadi kau tidak perlu khawatir."

"Jikook!!"

"Baiklah, aku mengalah."

***
Jikook pov-

"Aku pulang!"

"Kenapa kau tidak menelfonku?"

"Aku pikir kakak sibuk dan tidak bisa di ganggu, jadi temanku yang mengantarnya."

"Kau sudah pulang?"

"Sudah ma."

Naera pulang. Dia tidak pernah mau merepotkan siapa pun. Untung saja aktivitas kami sudah selesai.

"Kak, ibu mau kita pergi ke Jepang untuk bulan madu, menurutmu bagaimana?"

Perkataannya berhasil membuat aku menegang. Bulan madu? Tapi bagaimana aku bisa melakukannya dengan bocah ini?

"Bagus! Itu memang seharusnya di lakukan suami istri." Kenapa wanita ini aneh? Bukankah aku sudah pernah bilang, aku tidak mencintai anaknya.

"baiklah ma, besok adalah jadwal keberangkatan kami. Kak? Kau mau kan?"

"Iya. Aku mengikuti permainanmu saja." Kataku ketus meninggalkan dua wanita itu.

Dia menyusulku ke kamar. Dia bercerita panjang lebar tentang kemauan ibuku. Ibu mengatakan lebih baik cuti kerja dan kuliah Naera ketimbang harus menunggu cucu lebih lama lagi.

Kami memutuskan untuk berangkat. Kami mendapatkan penerbangan menuju Jepang pada pagi hari, semua sudah disiapkan rapi tanpa tertinggal olrh Naera.
"Kak, hotel kita ada di pinggir pantai. Bagus ya?"

"Hmm.."

"Kak?" Naera memelukku dari belakang, dia sangat manja saat ini. Aku bingung apa yang harus aku lakukan dengannya nanti.

"Kak? Jawab aku, apa kau mau melakukannya sekarang? Aku siapa. Kata temanku jika di tunda karena rasa ketakutan itu akan semakin berlarut-larut. "

"Kau percaya pada ibuku?"

"Tentu saja, dia juga ibuku, kak."

Aku membalikan arah tubuhku menghadapnya, jujur ada perasaan bersalah tapi ini semua bukan kemauanku, tapi hatiku.

"Kak? Kenapa? Kau selalu berpadangan kosong jika bertatapan denganku."

"Bukan apa-apa, aku hanya memikirkan bagaimana cara memulainya."

"Jadi kakak mau melakukannya bersamaku?"

"Tentu saja." Jawabku dengan senyuman

"Terima kasih kak" Dia memelukku dan ini yang pertama kalinya dia yang memelukku duluan.

Perlahan pelukannya pada tangan kanannya lepas berganti aktivitas dengan membuka setiap kancing kemaja yang menghalangi tubuh bagian atasku. Aku perespon dan ku pikir ini adalah hasrat semata.

Kancingku terlepas. Aku menggendongnya menuju arah king size kami yang di sediakan hotel. "Kak?"

"Hmm.." Jawabku mulai terengah-engah dan tidak henti menelusuri leher putihnya.
"Aku mencintaimu!" Pernyataannya lantang membuat aktivitasku terhenti. "Kenapa? Apa ada yang menghalangimu?" Tanyanya serak.

"Tidak. Kita lanjutkan saja."

Aku menelusuri setiap inci tubuhnya merasakan aroma wanita yang baru meranjak dewasa.

"Arrghhh... Ahhh"

"Apa kau sudah siap?" Dia menjawabnya dengan anggukan kecil

"Aa..." Naera merintih dan sepertinya aku menyakitinya. "Kamu tidak apa-apa?"

"Hmm.. Lanjutkan dan cium aku. Kurasa itu bisa mengurangi rasa sakitnya"

"Cium?"

"Iya. Kumohon lakukan." Aku memang kepalang tanggung jika menyudahi semuanya, tubuh Naera mampu menguasaiku.

Aku menuruti keinginannya, aku mencium bibirnya. Perlahan pergerakan kami membuat sesuatu di bawah sana menyatu dengan sempurna, erangan bahkan rintihan Naera tertahan karena bibirku yang menutup rapat bibirnya.

"Ahh... Kak.."

"Arghh.. Naera!"

***

"Kak, aku buatkan sesuatu ya? Kakak suka apa?"

"Ramyun saja bagaimana?"

"Ramyun siap"

Entah melakukan sex dengan Naera, aku seperti melakukannya dengan hati-hati, melakukannya atas dasar agar wanita itu tidak kesakitan bahkan di permainan kami aku hanya dapat orgasme sekali. Aku melakukannya dengan penuh pertimbangan dan bertanya tentang kenyamanannya.

Jujur aku bukan pria seperti itu, selama ini permainanku dengan wanita akan penuh dengan nafsu, kebrutalan tidak jarang aku akan melakukannya tanpa memikirkan wanitaku, tapi dengan Naera ada yang berbeda. Aku yakin itu bukan cinta hanya rasa kasihan, ya aku yakin sekali.

***
"Kak, jika aku hamil saat kita sudah melakukan itu, apa aku bisa mempertahannya?"

"Mempertahankan apa?"

"Bayi.  Bayi kita, aku khawatir jika bayi kita kenapa napa"

"Lakukan yang terbaik dan dia akan bertahan di dalam sana" Kataku meyakinkan Naera. Kenapa dia ingin sekali hamil?

Yahh udah nunggu pendek pula lagi ni chapter

Yahh tp vote aja ya? Mudah2an memuaskan.. Malam minggu NC dikit ya gpp dong

Maaf selama ini menghilang karena ospek berkepanjangan urus ini urus itu di kampus. Maba baru ini letih 😪😪 tp demi pendidikan I harus berjuang

Figthing buat semua aktivitas kalian..

Love in Compulsion [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang