4.

247 28 2
                                        

Jikook POV-

Sejak saat itu aku vonis bahwa wanita ini nekat. Kejadian itu tidak membuatnya banyak bicara, di perjalanan pulang dia hanya diam seribu bahasa. Ngomong-ngmong jika dipikir ulang, gampang juga menaklukan ahjussi tadi, cuma dengan uang.

"Aku pulang!!"

"Kau tidak jadi ke kantor?"

"Metting batal!" Kataku sedingin mungkin dengan ibu.

"Kenapa?" Ibu bertanya tapi aku malas menjawab jadi aku tunjukan saja orang yang membuat aku batal metting.

"Ohh.. Naera? Bagaimana sekolah pertamamu?"

"Menyenangkan di hari pertama bu."

"Mamamu sudah memberi tahu ibu jika dia akan menitipkan mu disini."

"Maaf merepotkan." Kata Naera menunduk pada ibu.

"Kemana sih mamanya? Mengurus anak saja tidak becus."

"Jikook!!"

Jika aku merasa menang akan belaan ibu dirumah ini maka itu tidak akan berlaku jika ada kutu kecil ini disini.
Sebaiknya aku ke kamar saja.

"Kapan kamu lulus? 2 bulan lagi kamu akan menjadi mahasiswa kan?" Kata ibu aku masih tetap berjalan ke arah tangga.

"Ne.."

"Kalau begitu ibu harus segera mempersiapkan pernikahan kalian?" Kata sakral itu membuatku takut, apa itu pernikahanku? Apa bagaimana?

"Bu, siapa yang akan menikah?" Kataku dari atas tangga.

"Kau dan Naera."

"Ibu sudah gila." Kataku malas sekali.

"Jikook sopan sedikit. Dan satu lagi, tidak ada penolakan."

"Ibu?! Agrhhh.."

Naera POV-

"Sudah tidak usah di hiraukan. Tidak apa kan jika pernikahan kalian diselenggarakan tanpa mamamu? Katanya dia punya urusan yang mendesak."

"Terserah kalian saja."

"Hmm... Kau yang semangat ya?" Kata-kata yeoja yang membuat aku lama menunggu.

"Ya!!! Dari mana saja kau? Aku kebingungan tidak tau harus kemana, aku hampir di jual oleh ajusshi aneh dan bau."

"Ya!! Seharusnya aku yang marah aku sudah mencarimu ke sekolah tapi kau tidak ada ketika aku ingin menelfon, telfonmu tidak aktif!! Jadi siapa yang harusmya teriak?"

"Ohh jadi ceritanya seperti itu." Kataku mereda."

"Sial! Untung kau sahabatku jika tidak akan ku patahkan kakimu Naera.. Aishh!!"

"Mianhae, sudah jangan marah-marah nanti kau akan keriput." Mengelus pundaknya lembut.

"Naera!!"

"Kenapa Minji?" Kataku berhenti memegang pudaknya

"Aishh!!!" Kenapa sih dia? Dari tadi dia marah-marah. Apa jangan-jangan?

"Eomma sebaiknya aku pulang ya?"

"Kan kau takut jika dirumah sendirian."

"Tapi aku meninggalkan baju untukku pakai besok."

"Tenang, kan ada Jikook. Jikook!!"

Love in Compulsion [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang