Part.1

67.1K 2.3K 12
                                    

Emilia Valerie Sanders

Matahari pagi sungguh menyengat, menghangatkan udara di musim dingin yang segera datang.
Suara jam weker memecah kesunyian pagi, Emily mengangkat kepala nya enggan dan melempar weker nya hingga jatuh dan berhenti bersuara.
"Damn!" Umpatnya. "I am free this morning"
Dan dia kembali tertidur pulas diatas kasur nya yang empuk.

Namun belum satu jam, suara dering ponsel telah membangunkan nya kembali. Emily kembali mengumpat sambil meraih ponsel dan melihat nama yang tertera di layar.
Carl Jason.

"Hai Carl"

"Morning babe, kau tidak kerja? " terdengar suara yang lembut penuh perhatian dari seberang sana.

"Noo, aku dipecat, menyebalkan!" Emily merubah posisi nya dari tidur menjadi duduk.

"Bagaimana bisa terjadi sayang, kau kan baru bekerja satu bulan" Carl menanggapi tak percaya.

Emily merapikan rambut ikal nya yang seterang tembaga, dan menguncir nya ke atas. "Aku hanya mencoba mencium nya satu kali, dan dia langsung memecatku detik itu juga"

Seketika suara tawa bahagia terdengar nyaring dari sahabat nya itu. Semakin membuat emily ingin membenamkan wajah nya ke dalam selimutnya yang sudah kusut itu.

"Kau terlalu agresif Emilia Valerie Sanders. Pria itu belum pernah bersama wanita, dan kau main serang aja." Dia tertawa lagi.

"Aku tidak punya banyak waktu Carl, aku membutuhkan banyak uang. Aku harus mencari pria kaya untuk membayar sewa apartemen ku, belum lagi biaya tunggakan pengobatan nenek, aku bahkan kesulitan untuk makan" emily terdengar putus asa.

"Aku memang tidak mampu untuk membayar semua tunggakanmu itu, tapi aku bisa mentraktirmu makan hari ini. Ayolah aku tunggu di tempat biasa satu jam lagi"

"You are my best Carl"

Kemudian emily menutup ponsel nya lalu menuju kamar mandi dan bersiap.

Maximillan Gregory Walter

Di sudut kota yang sama, di dalam kamar president suite sebuah hotel mewah, seorang pria tampan tengah mengacak acak rambut cokelat pekat nya. Max telah memakai tuxedo super mahal nya lengkap dengan dasi dan sepatu rancangan desainer ternama.
Max mengambil ponsel dan melakukan panggilan dengan seseorang di seberang sana.

"Miss Sheidon. Aku ingin kau mengecek semua jadwal meeting ku hari ini, tidak boleh ada satu pun hal yang penting terlewatkan olehmu, kau mengerti!" Suara Max yang serak dan keras ternyata telah menakutkan penerima telepon disana.

Dengan suara nyaris bergetar, perempuan itu akhirnya memberanikan diri untuk mengeluarkan suaranya. "Maaf Mr. Walter. Sepertinya anda akan menerima surat pengunduran diri saya secepatnya. Terima kasih" Lalu panggilan telepon pun terputus.

Damn you Ms.Sheidon. Max menggeram marah dan segera melakukan panggilan ke nomor kontak yang lainnya.

"Carl Jason. Aku ingin kau segera mencarikan sekretaris baru untukku. Ms.sheidon telah mengundurkan diri. Dia meninggalkanku disaat situasi genting saat ini, aku tidak akan pernah memaafkan nya. Aku membutuhkan asisten untuk mengurus semuanya. Kantor cabang kita akan segera dibuka. Ingat, aku butuh segera dan secepatnya. Kau mengerti!"

Hmmm bikin penasaran gak ya?
Author amatiran nihhh xixixixi....
Gimana kelanjutan Max dan Emily, tunggu kelanjutan ceritanya ya cantik...
Thank you for reading....

The Billionaire and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang