Part 3

35.7K 2.4K 12
                                    

Max begitu marah hari ini. Diawali dengan Ms.Sheidon yang mengundurkan diri, kemudian Parker yang mencoba menghianati kepercayaan nya. Max tidak mampu lagi menahan amarah nya, dia membutuhkan pelepasan.

Max telah terlanjur melempar ponsel nya ketika pertama kali wanita itu melangkah masuk ke ruangan nya bersama Carl. Max dapat melihat rambut ikal wanita itu seterang tembaga, begitu berani dan seakan menantang max untuk melilitkan jemari nya disana.
Max segera mengusir Carl, dia tidak membutuhkan lelaki itu disini. Saat ini yang dibutuhkannya adalah sebuah hiburan. Max untungnya telah menyempatkan diri membaca CV singkat Ms. Sanders. Wanita ini belum bersuami. Sangat cukup bagi max untuk bisa menyentuh kelembutan nya. Meskipun wanita ini telah bersuami pun, max tetap tidak akan ragu untuk memilikinya.

Max menyeringai melihat emily tanpa malu mengendus endus parfum miliknya. Kebanyakan wanita akan menjaga image dan malu untuk melakukan hal yang dapat membuat max hilang mood.

Biasanya wanita mencoba merebut perhatian nya, bahkan tidak malu untuk menatap matanya, mencoba merayu max. Max sudah bosan dirayu. Max bertekad untuk mendapatkan wanita ini, di bawah tubuhnya, di ranjang nya.

"Kau suka aromaku ya emily" suara max serak setengah bergairah ketika wanita itu akhirnya menengadahkan wajah nya menatap mata max yang biru.

Max dapat melihat warna mata emily yang hijau dan begitu memikat. Max melangkah ke depan dan telah berada sangat dekat dengan Ms.Sanders hingga dapat menyentuh rambut ikal yang merah menyala itu. Tangan kanan max telah menyusup ke dalam rambut itu dan sekilas menghirup aroma shampo dengan wewangian bunga lily dan jasmine.

"Aroma mu sangat enak Ms. Sanders"

"Anda juga Mr. Walter, begitu manis." Emily tanpa sadar telah membalasnya, dengan berani menatap dalam birunya mata max.

"Aku akan mencium mu, emily, aku harap kau juga menikmatinya" Tanpa peringatan, max telah menarik emily ke tubuh kekar nya dan langsung melumat bibir yang penuh dan nerona itu dengan rakus.  Seakan emily adalah sarapan yang siap disantap.

Emily yang selama satu tahun ini mencoba merayu pria merasa ketakutan sendiri karena belum pernah ada pria yang memiliki kekuatan mencium sehebat ini.
Aargghhh. Tanpa sadar emily mengeluarkan erangan nya. Emily begitu menikmati cara pria itu memainkan lidah nya di dalam mulut emily. Begitu seksi dan menuntut lebih.

Max mendengar erangan dari bibir emily, membuat max semakin begairah dan menginginkan lebih dan lebih. Tangan max menggerayangi tubuh emily, pinggang nya lalu naik menuju gundukan yang ada di balik setelan formal wanita itu. Kejantanan max sangat membengkak dan telah menempel erat pas di perut emily. Seakan memberontak untuk  segera dikeluarkan dan dipuaskan.

Tinggi emily hanya sebatas bahu max, meskipun dengan bantuan sepatu heel nya yang 7 cm. Emily menjinjit dan melingkarkan kedua lengan nya ke leher max. Emily ingin lebih menikmati adegan pemanasan ini. Tetapi emily merasakan sesuatu yang menonjol dan keras menekan perutnya.

Oh God. Emily menyadari sesuatu.
Rule no.1. Jangan biarkan pria mendapatkan semua kenikmatan pada pertemuan pertamamu.

Max merasakan kedua tangan emily tiba tiba mendorong keras dada nya hingga mereka berdua terpisah jauh. Shit!!! Max menggeram marah. Mata nya masih berkabut gairah. Max tidak pernah menerima penolakan sebelumnya. Dia tidak menerima penolakan dari wanita manapun.

"Mr.Walter. Anda bahkan belum menerima saya bekerja sir. " emily memberanikan mengeluarkan suara. Meskipun dengan gairah yang masih memenuhi kepalanya, membuat nya kesulitan untuk berpikir jernih. Emily merapikan blazer nya dengan pipi yang masih merona. Dia telah dicium habis habisan tadi.

"Aku suka melihat matamu ketika bergairah, sangat hijau dan memikat." Max malah mengalihkan pembicaraan. Emily merasakan tatapan max yang begitu kuat seakan ingin membawa nya saat itu juga menuju ranjang dan menekan emily dibawah tubuh kencang nya itu.

"I am sorry Mr.Walter. But I am not a bitch. Saya calon sekretaris anda, jika anda mengizinkan. Tolong hormati saya." Entah darimana emily mendapatkan keberanian untuk berbicara tegas seperti itu dengan boss nya yang super seksi. Meskipun dalam hati emily masih ingin merasakan tangan kekar itu menggerayangi tubuhnya dan bibir seksi itu melumat bibir nya hingga mereka berdua sama sama terpuaskan.

Kabut gairah semakin menghilang dari mata max, dia mulai dapat berpikir jernih. "Baiklah jika itu yang kau inginkan Ms. Sanders. Aku akan membuatmu sibuk hari ini dengan jadwal dan pekerjaan yang pastinya akan menyita waktu dan jam makan siangmu."

Emily mengerang pelan, mengingat dia belum sempat untuk sarapan bahkan segelas kopi pun tidak pagi ini. Dia benar benar akan lemas hari ini bukan karena gairah, tetapi karena perutnya yang menuntut untuk diisi.

"Meskipun aku tetap ingin kita menghabiskan waktu dengan bersenang senang dengan menggerayangi rambut merah dan kulitmu yang selembut sutera itu, tetapi mengingat begitu banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan hari ini. Kegiatan tadi akan kita lanjutkan lain waktu. Aku jamin itu. Sekarang duduklah disini, aku akan menjelaskan apa saja yang harus kau lakukan hari ini. " max menambahkan sebelum akhirnya dia merapikan jas nya yang sedikit berantakan oleh adegan tadi dan meminta emily untuk duduk di kursi yang seharusnya emily tempati dari setengah jam yang lalu.

Semoga ada yang bersedia kasih vote ya...biar author semangat ngelanjutin cerita nya....
Terima kasih cantik, 😊

The Billionaire and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang