Part 5

35.1K 1.8K 5
                                    

"Damn Shit, she is virgin!!"
Maximillan mengumpat dalam hati sebelum akhirnya meloncat dari ranjang nya. Dia meraih boxer dan mengenakannya lalu berdiri pada sebuah pintu terbuka yang memiliki balkon luas dibaliknya. Max adalah seorang pria dengan tanpa komitmen. Dia tidak ingin terikat oleh wanita manapun, karena itulah max selalu berhati hati dengan kegiatan seksual nya bersama para wanita, dia tidak ingin terjebak. Max selalu memastikan wanita yang menjadi teman tidurnya bukanlah seorang perawan sehingga dia tidak perlu direpotkan dengan wanita yang bisa memanfaatkan dirinya atau kekuasaan nya untuk kepentingan tertentu. Dia hanya membutuhkan sex dan tidak lebih dari itu. Jika wanita menginginkan imbalan untuk itu, max sangat lah royal kepada para wanita nya.

Tetapi wanita ini dengan pesona nya telah memperdaya diriku, aku tidak mampu berpikir jernih setiap kali berada dekat dengan nya.

Emily dapat merasakan aura berbeda ketika mata max berkilat tajam menatap nya. Emily memahami kecanggungan yang ada dan segera beranjak dari tempat tidur itu dan meraih pakaian nya seraya mencoba menata nya kembali. Namun kemeja emily telah robek sehingga emilymemutuskan untuk tidak menggunakan nya, dia mengancingkan rapat blazer seadanya untuk menutupi dada nya yang hanya mengenakan bra.

"Jangan menatapku seperti itu." Ujar emily seraya berusaha merapikan rok nya yang kusut. "Apa aku melakukan kesalahan. Seingatku anda yang telah menculikku kemari, sir"

"Dan menurut pendengaranku setengah jam yang lalu, kau lah yang memintaku untuk bercinta denganmu emily". Max berbalik menatap emily yang tengah gugup dihadapan nya. Wajah emily begitu merona menahan malu.

"Kalau begitu anggap saja ini sebuah kesalahan. Aku berjanji semua ini tidak akan terulang lagi." Emily telah melangkah pergi ketika suara lantang max menghentikan langkahnya.

"Berhenti emily. Ini perintah!"

Emily sangat ingin menjerat boss nya ini, tapi emily tidak ingin terkesan terlalu murahan. Emily sangat lega ketika akhirnya pria itu mencoba menghentikan dia pergi.

"Apa anda butuh sesuatu sir?" Emily berbalik dan berbalik menatap max. Emily tidak merasakan ketakutan, malah emily seakan begitu merindukan pria itu lagi di dekapan nya, di tubuhnya.

Max merasakan gairah emily yang telah bangkit kembali. Dengan langkah cepat max telah berada di hadapan emily melumat bibir wanita itu dan menarik emily ke dalam pelukannya.

Bibir max begitu manis di mulut emily. Emily membalas max dengan menggigiti bibir bawah pria itu. Max mengerang mendambakan lebih.
"Kau sepertinya akan membutuhkan setelan baru emily" Emily mendengar max berkata lirih, dan tepat ketika max akan mengoyakkan kancing kancing blazernya, emily menghentikannya.

Max begitu terkejut ketika emily telah mundur jauh dari pelukan nya. "Aku tidak akan bisa pulang ke rumahku dengan nyaman jika anda merusak semua pakaian ku sir...dan blazer ini adalah salah satu favoritku, aku membayar penjahitnya dengan susah payah." Aku emily.

Max mengacak acak rambut nya yang menurut emily membuat pria itu kelihatan sangat tampan. Rambutnya coklat keemasan, tertata rapi mencerminkan seorang Eksekutif muda yang sangat berselera tinggi. Emily telah mendengar sekilas predikat sang CEO, playboy yang sangat kejam. Max selalu menyingkirkan musuh yang dapat mengganggu kehidupan nya, apalagi dari para wanita. Max berganti ganti teman kencan bahkan hingga setiap minggunya.

Max tidak menyukai komitmen, dan tidak suka terikat. Dia adalah pria yang bebas. Begitu juga dengan emily. Emily merasa sudah sangat tepat jika dirinya dan max saling memanfaatkan keadaan ini. Max membutuhkan sex, dan emily membutuhkan penghiburan. Tidak ada yang akan dirugikan, benar begitu emily. Batin emily. Aku tidak akan jatuh cinta, apalagi kepadamu  dasar srigala tampan.

"Sudah seharusnya aku kembali ke kantor sir, bisa saja banyak orang yang berusaha mencariku atau anda."

Max meraih tangan emily dan meletakkan sebuah kartu di telapak tangannya. "Belilah pakaian baru. Gunakan kartu ini semaumu, kartu ini no limit, kau bisa menggunakannya dimana saja, kau mengerti emily. Ini permintaan maafku karena telah merusak pakaianmu."

Emily teringat akan tagihan pengobatan nenek yang belum terselesaikan hingga saat ini. "Apakah aku bisa menggunakan nya di RS juga sir?"

Max menyipitkan mata mencoba memahami maksud pertanyaan emily. Emily berkata lagi. "Andaikan kartu ini bisa untuk membayar tagihan pengobatan nenek di RS, pasti akan sangat menyenangkan hati."

"Jika aku mengatakan dimana saja, itu artinya dimana saja tempat yang memiliki kerjasama dengan bank yang tertera di kartumu. Kau bahkan bisa membawa kartu itu ke mesin ATM dan menarik sejumlah uang. Sekarang kau hanya perlu mendatangi RS dan mengecek nya untuk memastikan semua."

Emily merona bahagia mendengar max menjelaskan kepadanya. Sekarang emily sudah seperti seorang wanita bayaran. Parahnya, emily bukan merasa malu malah meminta fasilitas lebih kepada kekasih simpanan nya itu. Emily berlari kecil dan merangkul leher max, lalu mengecup pipinya. Emily belum pernah merasa bahagia selama satu bulan ini seperti hari ini.

"Terima kasih anda sungguh perhatian" ucap emily masih didalam dekapan sang boss yang sedang tersenyum memikat di hadapan nya.

"Aku akan mengantarmu pulang, sebaiknya kau segera menyelsaikan semua tagihanmu emily. Mulai besok aku ingin kau tinggal bersamaku disini."

Apa...max menginginkan nya disini. Emily tidak dapat menolak max jika dia tidak ingin kehilangan kesempatan emasnya. Ini satu satunya jalan keluar bagi emily. Carl pasti akan sangat marah padaku. Emily seketika membayangkan carl dan teringat janjinya untuk makan siang bersama. Carl pasti telah menunggu nya lama.

"Ya ampun ini sudah jam berapa, carl pasti sudah menungguku." Emily tiba tiba melepaskan pelukan max dan berjalan cepat ke arah pantry dan menemukan tas nya disana di sofa tempat emily terlelap siang tadi.

Max meraih lengan emily dan menyentakkan tubuh emily agar berhadapan dengan nya. Emily terkejut melihat max yang tiba tiba berubah menjadi bak monster yang ingin menyerangnya.
"Aku tidak suka berbagi emily, jauhi carl jika kau masih ingin kartu itu tetap berada di tanganmu." "Aku sangat posesif jika berhubungan dengan wanitaku"

"Aku mengerti" emily tak sanggup menolak. Ponsel nya tidak aktif, seseorang pasti telah menonaktifkan nya. Sudah pasti max pelaku nya. Batin emily. "Tapi dia sahabatku, dia yang memberi aku makan kemarin ketika aku kesulitan...dan....Kau apakan ponselku."

"Baiklah, komunikasi sedikit tidak masalah. Tapi jika aku memintamu untuk datang maka kau harus datang." Max berbicara sangat mengintimidasi, seakan semua orang pasti harus mematuhi perintahnya.

Emily sebal namun akhirnya berkata. "Baiklah max, kita sepakat. Tapi jangan usik ponselku ya."

"Aku tidak bisa janji untuk itu. Ayo kutemani kau pulang mengemasi pakaianmu."

The Billionaire and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang