Part 14

28.2K 1.3K 2
                                    

Emily telah membereskan semua pakaian barunya ke dalam koper. Termasuk beberapa gaun yang dipihkan fitz untuknya untuk acara keluarga yang akan berlangsung malam ini di kediaman orang tua fitz. Emily belum pernah bertemu dengan Mr.Carlton, daddy fitz dan max. Herannya, keduanya tidak mirip satu sama lain. Max dan fitz tampak berbeda. Emily menebak mereka bukanlah saudara kandung. Setahu emily, kedua orang tua max sudah tiada.

Rumah kediaman Carlton sangat besar dan megah. Emily khawatir jika kehadirannya sulit diterima di dalam keluarga terpandang itu.

"Fitz...aku tidak pantas berada disini." Emily terdengar putus asa ketika max menyambut emily keluar dari mobil Lexus putih milik fitz.

"Tidak akan yang berani merendahkanmu disini, aku sendiri yang akan turun tangan membelamu." Fitz menggandeng tangan emily meyakinkan wanita pujaan nya itu. "Kau diijinkan pergi dari sini jika keluargaku bersikap buruk padamu."

Kedua pipi emily di belai dengan penuh kelembutan. Emily memejamkan matanya sesaat terlena akan sentuhan fitz di wajahnya. "Lihatlah dirimu sayang, kau sangat cantik malam ini."

Fitz benar. Emily terlihat sangat cantik dengan gaun hitam melilit tubuhnya bak dewi yunani. Kulitnya yang putih kian terpancar oleh gaun emily yang berwarna gelap.

"Kaulah dewi aphrodite ku." Fitz merengkuh emily kedalam pelukannya. Tangan fitz meraba setiap jengkal kulit emily yang tidak tertutup gaun. Bibir fitz tiba tiba sudah turun di bibir emily, mencumbuinya.

Dari kejauhan emily menangkap sosok max yang tengah memelototinya, emily tahu jika max terbakar cemburu melihat tubuh indah wanita itu disentuh oleh yang bukan tangan nya.

"Max..." Emily mundur dari fitz dan melihat max sudah tidak ada di tempatnya berdiri tadi.

Fitz merapikan rambut emily yang sudah diacak acak fitz ketika mereka berciuman tadi. "Dia tidak datang hari ini, val."

Tapi aku yakin itu dia. Aku belum gila sampai berhalusinasi melihat max disini.

"Ayo kita masuk, diluar sudah mulai dingin." Fitz merangkul pinggang emily dan nengiringnya masuk ke dalam rumah.

Keluarga besar Carlton rupanya telah berkumpul di meja makan yang sangatlah panjang. Gelas gelas mereka telah terisi minuman anggur yang sangat lezat. Diiringi gelak tawa dan obrolan santai disana.

Fitz memeluk hangat seorang pria yang masih tampan di usianya yang tidak muda lagi. "Dad, perkenalkan ini Emilia Valerie Sanders, kekasihku." Pria itu memeluk emily sehangat dia memeluk putera nya tadi.

"Selamat datang di kediaman Carlton, my dear."

"Terima kasih, Mr. Carlton. Senang bertemu dengan anda." Emily begitu lega diterima dengan hangat di keluarga ini.

Fitz berdiri dan berdeham meminta perhatian kerabatnya yang lain. "Di kesempatan yang berbahagia kali ini, aku Fitz Carlton ingin mengumumkan pertunanganku dengan kekasihku, Emilia Valerie Sanders." Tepuk tangan dan sorak sorai bahagia menggema di sekeliling ruangan itu ketika fitz mengumumkan pertunangannya. Emily merona bahagia ketika fitz menyematkan sebuah cincin bermata berlian di jari manisnya. "Rencana pernikahan kami akan dibahas setelah pertunangan ini, aku pastikan secepatnya." Lalu fitz mencium emily. Senyum emily terpancar menambah cantik parasnya malam ini.

Fitz mulai memperkenalkan kerabatnya satu persatu kepada emily. Emily benar, keluarga fitz sangat hangat dan ramah. Ketakutan emily perlahan pudar. Emily dengan anggun mulai terbawa suasana dan membaur dengan keluarga fitz yang lain.

"Kakak ipar, aku senang akhirnya fitz menemukanmu, kau sangat cantik. Kami sangat khawatir ketika dulu dia memutuskan untuk tidak menikah." Seorang wanita muda berambut pirang datang menghampiri emily. Dia adalah adik kandung satu satunya fitz, Sarah Carlton.

"Aku juga senang dapat mengenal kalian, aku belum pernah bertemu keluarga yang sehangat kalian semua. Aku sangat senang berada disini." Emily menggenggam tangan sarah dan mereka terus mengobrol hingga akhirnya fitz datang dan memisahkan mereka berdua.

"Sudah cukup sarah, valerie butuh istirahat. Ayo aku antar ke kamar sekarang sayang." Sarah tersenyum lebar memahami maksud kakak nya dan membuat pipi emily semakin merona menahan malu.

Fitz masih merangkul pundak emily ketika dering ponsel nya terdengar dan fitz langsung menjawabnya. Emily melihat fitz tampak marah dan membentak seseorang dibalik ponsel nya. "Val, maafkan aku tidak bisa mengantarmu ke kamar. Ada pekerjaan yang sangat mendesak. Ambil jalan lurus ke depan, nanti kau menemukan pintu nomor 7, di situlah kamarnya. Barang barang mu sudah di rapikan di sana. Aku segera kembali."

Emily mengangguk pelan namun fitz telah jauh dari pandangan. Emily belum ingin kembali ke kamar, karena itu dia memutuskan untuk berkeliling melihat lihat isi rumah ini. Fitz belum sempat mengajaknya berkeliling.

Rumah ini seperti hotel, setiap pintu kamar memiliki angka. Lorong nya pun cukup besar hingga bisa dilalui oleh sebuah mobil. Dinding rumah ini berwana sama di setiap tempat, beige. Semua lantainya dilapisi karpet tebal berwana merah. Emily terus menyusuri hingga menemukan pintu ganda yang setengah terbuka. Emily mengintip ke dalamnya dan rupanya sebuah perpustakaan.

Emily masuk perlahan dan takjub melihat perpustakaan yang sangat luas dan nyaman. Rak rak menjulang tinggi dipenuhi buku buku, meja dan kursi di susun sedemikian rupa hingga membuat nyaman bagi siapa saja yang mengunjungi dan membaca di perpustakaan. Terdapat beberapa kursi sofa dan meja bundar yang sepertinya digunakan untuk sekedar bersantai sambil minum kopi.

Emily mengambil sebuah buku yang sudah terbuka di atas meja, namun tidak nampak pemiliknya. Economic of Industries. Emily membaca sampulnya.

"Apa kau tersesat?"

Emily menjatuhkan bukunya. Dan berbalik mendapati max telah berdiri dekat di hadapan nya. Emily tidak menyadari suara kedatangan max, pasti karena karpet yang meredamnya.

"Max. Kenapa tadi tidak muncul di depan keluargamu." Emily gugup melihat max menatapnya intens.

"Kau sungguh cantik malam ini." Max menelusuri pundak emily dengan jarinya. Max mengecupnya ringan.

Emily mundur menjauh dari max. "Aku sudah bertunangan dengan kakak mu."

"Dia bukan kakakku."

"Aku tahu max, aku sudah tahu semua tentang keluargamu dan masa lalumu."

"Omong kosong emily, kau tidak tahu apa apa."

Emily mulai menceritakan semua kejadian yang pernah diceritakan oleh ayahnya kepada max. Termasuk kebohongan besar Evander kepada semua keluarga besarnya.

"Itu semua tidak benar! You are a liar." max mulai membentak emily. Max tidak ingin mempercayai semua yang wanita itu katakan kepadanya. "Evander tidak mungkin sejahat itu." Max tidak mudah menerima apa yang telah menjadi tujuan hidupnya selama ini, yaitu membalas dendam.

"Ketika kembali ke New York, aku akan membawa berkas berkas nya. Semuanya tertulis jelas disana. Termasuk surat kepemilikan harta kakek buyutmu. Aku menitipkan nya pada nenek ku."

"Aku akan mencari tahu sendiri." Jawab max dingin. Max berjalan keluar dan meninggalkan emily.

The Billionaire and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang