Part 11

26.7K 1.5K 7
                                    

Emily tengah duduk di ruang tunggu bandara. Emily pagi sekali sudah check out hotel dan berangkat menuju bandara. Dia hanya cemas max akan menemukan dan menyakitinya lagi. Sampai keadaan lebih tenang, pasti dia akan mencoba menjelaskan semua kenyataan yang sebenarnya. Saat ini emily hanya bisa diam mengalah, karena max memiliki kekuasaan yang besar di New York, dan sudah tentu pria itu tidak akan mau mendengarkan emily.

Ingatan Emily melayang mundur ketika semalam dia memberitahu fitz mengenai keberangkatan nya ke London.

"Fitz, besok aku akan pergi ke London"

"Benarkah val? Kau berasal dari London?"

"Bukan, aku hanya merasa sedih jika terlalu lama berada disini. Hanya ingin suasana baru saja"

"Menghindari mantan kekasihmu?"

"Begitulah, sepertinya susah move on kalau masih disini"

"Pria itu orang terkenal ya, siapa namanya"

"Aku tidak mau mendengar namanya lagi disebut disini fitz"

"Tentu saja" fitz seketika merangkul emily. "Begitu semua urusan selesai di New York, aku akan pulang ke London menemuimu."

"Kau akan ke London juga?"

"Disanalah rumahku val sayang. Keluarga besarku berasal dari London." Fitz masih merangkul emily, fitz merasa menemukan kenyamanan ketika kepala emily bersandar di dada nya. Jemari fitz memainkan rambut emily, menyibakkan rambut itu kesamping lalu memijat lembut leher emily. Emily mengerang pelan karena pijatan lembut fitz pada otot leher nya yang lelah. Fitz membalikan posisi emily hingga punggung emily menempel dengan dada fitz.

Tangan fitz berpindah ke bagian depan tubuh emily dan jemarinya mencoba membuka ikatan tali jubah emily.

"Fitz, sebaiknya aku kembali ke kamar." Emily memprotes lirih.

"Sssttt....." Fitz menahan emily untuk tetap di dekapan nya. "Aku belum pernah menyentuh rambut seindah ini. Aku ingin merasakan manismu val, ijinkan aku." Fitz membenamkan wajahnya ke leher emily dan menghirup aromanya. Sedangkan tangan fitz membebaskan jubah tidur itu dari tubuh emily.

"Val...kau wanita tercantik yang pernah aku temui, kau bidadariku, dewi pujaan ku."

Dan emily telah merasakan bibir fitz menguasai bibirnya. Pria itu mencium dengan lembut dan tidak memaksa, bibir fitz merayu bibir emily agar membuka, dan ketika emily membuka bibirnya, lidah fitz terasa manis melumat lidah dan bibir emily. Mulut fitz berasa peppermint, manis dan hangat di bibir emily.

Emily melingkarkan lengan nya di leher fitz. Tangan fitz tidak buru buru menggerayangi tubuh emily, tidak seperti max yang selalu bercinta keras dan tanpa basa basi. Jari fitz di bahu emily memainkan tali gaun tidurnya, membelai membujuk dan menurunkannya dengan perlahan. Fitz mengecup bahu emily dan terus memberi kecupan kecil hingga ke dada emily yang tidak mengenakan bra. Fitz mengerang keras sebelum akhirnya mengulum kedua bukit kembar emily yang telah siap dan mengeras.

Emily mendesah tidak karuan. "Aaahhh fitz, oh god..."

Fitz berlama lama melakukan foreplay hingga emily mendesah kencang dan menjerit nikmat. Fitz ingin membuat percintaan yang intens dan romantis. Dia tidak ingin percintaan yang sambil lalu. Fitz ingin wanita itu selalu terbayang akan cara fitz menyentuh dan menggodanya selama fitz tidak berada di London.

"Val, aku ingin kau berjanji, jangan bawa pria lain ke ranjangmu selama aku berada disini." Fitz telah menanggalkan semua pakaian nya, dan menegaskan emily sedetik sebelum fitz akhirnya memasuki emily dengan lembut hingga semua bagian alat reproduksi fitz memenuhi bagian emily.

Emily terkesiap pelan, emily merasa basah dan siap bercinta. Mereka bercinta dengan penuh kelembutan. Fitz melakukannya seraya memberi pujian pujian mesra untuk emily. Emily merasa dicintai dan nyaman berada di dalam fitz.

Oh my god damn CEO. Mereka selalu mendapatkan apa yang mereka mau!!!.

Emily kembali ke kamarnya dalam diam, dia bergerak pelan agar tidak membangunkan pria yang sedang tidur lelap di ranjang itu.

Percintaan mereka semalam memang lembut dan manis, tetapi tetap saja fitz membuat emily kurang tidur semalam.

Emily membereskan semua barang ke dalam koper nya lalu beranjak ke lobi hotel untuk melakukan check out.

***

Suara dering ponsel membuyarkan lamunan emily. "Ya haloo"

"Val, kau sudah dibandara?? Aku melihatmu sudah tidak ada di sampingku, menurutmu apa yang ada dipikiranku."

"Fitz. Aku minta maaf tidak membangunkanmu. Pesawatku jam 7 pagi, aku hanya khawatir ketinggalan pesawat."

"Pesawat jet pribadiku bisa mengantarmu val."

"Maaf fitz, aku hanya sedikit bimbang...dengan apa yang semalam terjadi diantara kita. Aku baru saja putus dan...aku sekarang jatuh di tempat tidurmu."

"Val....aku yang membuatmu jatuh." Fitz mengakui lirih. Dialah yang telah menggoda wanita itu hingga jatuh ke tempat tidurnya.  "Jangan memikirkan apapun val, dua minggu lagi aku kembali ke London, sekarang nikmati saja perjalananmu ya."

"Baiklah, fitz. Semoga sukses dengan pekerjaan di New York ya. Bye..."

"Bye honey."

Ceritanya masih lanjut terus ya guys.

Dilarang mengcopy sebagian apalagi keseluruhan cerita ya. Karena ide dan cerita tiap part nya ditulis dengan penuh semangat dan kerja keras di sela sela kesibukan author bekerja sambil membesarkan dua anak yang masih kecil.

Maafkan andaikan ada typo salah tulis atau kata kata yang sulit dimengerti, artinya ketika menulis author sedang mengantuk berat, tetapi ribuan kata kata di kepala ini sudah tidak sabar untuk dituliskan disini.

Dan....,,,,
Jangan lupa kasih vote ya. Makasihhhh ☺️

The Billionaire and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang