Tujuh

2.6K 229 9
                                    

      "Gimana keadaan Iqbaal sekarang?"

Bastian tersenyum tipis dan kembali meneguk es jeruk milik (Namakamu). "Dia baik-baik aja. Dia nggak kekurangan darah. Keningnya udah diobati. Sekarang dia lagi tidur."

Kepala (Namakamu) hanya bergerak naik turun dengan tempo lambat setelah mendengar kalimat Bastian. Ia masih mengumpulkan kesadarannya ketika mendengarkan penjelasan Bastian mengenai Iqbaal. Merasa aneh dan tidak percaya jika seseorang yang selama ini menemaninya, yang selama ini terlihat ceria bisa mengidap penyakit yang menyakitkan seperti itu.

***

"Kak?"

"Kak (Namakamu)?"

"Kakak~"

"Menurutku kak (Namakamu) mati deh."

"Atau jangan-jangan dia kena slip paralayse."

"Slip palalaise itu apa?"

"Semacam nggak bisa gerak gitu deh."

"Buta?"

"Nggak bisa gerak."

"Disleksia?"

"Ha? Disiksa?"

Suara itu...suara itu terdengar menyebalkan! Sangat menganggu tidur pulasnya yang tengah memimpikan Skandar Keynes menjadi kekasihnya, Greyson chance menjadi selingkuhannya dan Iqbaal Dhiafakhri menjadi suaminya.

Eh?

(Namakamu) mengenal suara ini. Sangat mengenalnya. Siapa lagi yang memiliki suara seperti ini selain dua anak aneh dari planet Mars itu?

Sebenarnya (Namakamu) sudah tahu jika Farrel dan Farren berada di kamarnya ini sekitar 10 menit yang lalu. Tapi ia tetap memejamkan matanya seolah-olah terlelap. Ia hanya ingin tahu apa saja yang mereka bahas di usianya yang menginjak 8 tahun. (Namakamu) tertegun sejenak mendengar kalimat asing Farrel dan Farren yang seharusnya tidak mereka tahu di usianya. Dari mana mereka mengetahuinya?

Anak dari Mars—(Namakamu) lebih suka memanggil mereka dengan sebutan itu—masuk ke dalam kamarnya dengan cara mengambil—atau tepatnya mencuri kunci cadangan kamarnya dari Mamahnya. Dan masuk dengan mengendap-ngendap layaknya seorang maling yang akan masuk ke dalam rumah mewah dan akan mengambil barang berharga. Mereka sempat melempar tubuhnya ke atas kasur dan bermain loncat-loncatan di sana. Membuat (Namakamu) ingin segera bangun dan melemparkan mereka berdua dari jendela kamarnya.

"(Namakamu)?" Tubuh (Namakamu) langsung mengejang saat mendengar suara itu. Itu..itu bukan suara Farrel maupun Farrel. Bukan juga suara Mamahnya. Papahnya? Sedang ada kerjaan di luar kota. Asisten rumah tangga? Eh? Sejak kapan bi Inah mempunyai suara berat seperti laki-laki?

'Tok..Tok..Tok'

"(Namakamu) mau berangkat sekolah nggak, sih? Gue tinggal nih, ya!" Suara itu membuat (Namakamu) dengan terpaksa memutar kembali kejadian kemarin. Kejadian di kelas yang membuat dadanya perih.

"Ada orang," bisik—entah Farrel atau Farren (Namakamu) tidak tahu—pada saudara kembarnya.

"Gue tahu lo udah bangun. Jawab pertanyaan gue, kek!" Seseorang di luar kamarnya kembali berseru dengan mengetukan pintu kamarnya tanpa henti.

(Namakamu) masih ragu dengan pikirannya yang tengah berusaha menebak siapa orang yang berada di luar kamarnya saat ini. Atau jangan-jangan itu memang suara Mamahnya? Terdengar seperti laki-laki karena (Namakamu) berhalusinasi karena merindukan Iqbaal?

Tidak mungkin jika Mamahnya mengatakan kata lo-gue dalam kosa katanya.

"Yaudah kalau nggak jawab," sambung seseorang di sana dan suara derap langkah kaki yang semakin jauh mulai terdengar.

AFRAID - Novita AnassatiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang