Empat belas

2.1K 217 0
                                    

Empat hari kemudian...

"Haaaahhh akhirnya UN-nya selesai juga! Huaaa mulai saat ini gue bisa tidur sepuasnyaaa!" jerit seorang pria dengan rambutnya yang unik sesaat setelah dirinya keluar dari ruangan UN-nya. Tingkah dan suaranya yang melengking membuat beberapa murid yang melintas melemparkan pandangan aneh terhadapnya. Tapi, siswa ber-name tag 'Bastian Steel' ini tidak peduli. Ia hanya mengeluarkan uneg-unegnya yang membuatnya mual dalam pikirannya.

"Seneng banget lo jadi pusat perhatian orang!" Kawannya yang baru saja menghampirinya memberikan satu tinjuan kecil di bahu Bastian dan membuat ia terkekeh pelan.

"Namanya juga hidup, Baal. Kadang kita harus mencari perhatian orang lain. Bukan bermaksud caper atau kurang perhatian. Tapi, karena kita mau mereka menghargai kita. Mereka menganggap kita ada." Bastian menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Iqbaal di koridor sekolah ini.

"Haha bahasa lo! Aneh!" cibir Iqbaal tanpa menolehkan kepalanya untuk melihat ekspresi sahabatnya yang baru saja ia cibir.

Mereka berdua berjalan beriringan di koridor sekolah yang cukup ramai oleh siswa lain yang sedang bergerumbul atau sekedar menanyakan 'mau main kemana hari ini?' Main? Ya, ini adalah hari terakhir mereka Ujian Nasional dan mereka harus merayakannya seolah-olah UN adalah penjara baginya dan hari ini adalah waktu di mana narapidana itu keluar bebas dari penjara.

Beda halnya dengan Iqbaal. Pria ini bahkan tidak punya rencana atau pemikiran akan keluar rumah. Ia tidak menginginkan itu semua. Biasanya, ketika pulang sekolah dirinya, Bastian dan (Namakamu) akan mengobrol dulu di kantin untuk membahas apa pun yang cocok menjadi bahan pembicaraan. Mereka bahkan kadang mengobrol sampai sekolahan ini sepi. Sampai penjaga kantin sudah menutup kantinnya.

Tapi, sejak empat hari terakhir ini semua berbeda.

Tidak ada lagi (Namakamu). Tidak ada lagi canda tawa, senyuman dan suara milik (Namakamu). Bahkan Iqbaal tidak melihatnya sejak hari pertama UN dijalankan. Kemungkinan besar gadis itu melakukan Ujian Nasional di ranjang rumah sakitnya. Apa bisa? Bisa saja jika tante Ashiya datang ke sekolah dan memberikan alasan yang tepat pada guru di sekolah ini. (Namakamu) adalah gadis yang tidak mudah menyerah dalam hal pendidikan.

Itu berarti sudah empat hari ini dirinya tidak bertemu dan berkomunikasi dengan (Namakamu).

Empat hari terakhir ini sangat menyiksa Iqbaal. Dirinya tidak fokus belajar karena terus berpikiran tentang (Namakamu). Tidurnya menjadi tidak nyenyakkarena setiap malam dirinya selalu terbangun untuk mengecek ponselnya apakah ada pesan singkat dari tante Ashiya mengenai keadaan (Namakamu) atau tidak. Walau Iqbaal tahu tante Ashiya tidak akan memberitahunya tengah malam, tapi entah mengapa Iqbaal tetap melakukannya.

Iqbaal Dhiafakhri selalu mengirimkan pesan singkat atau menelpon tante Ashiya untuk mengetahui perkembangan kondisi (Namakamu). Dan tante Ashiya berkata bahwa gadis itu dalam keadaan baik-baik saja walau sering mimisan. Tapi, tante Ashiya berpesan pada Iqbaal untuk tidak perlu khawatir dan memikirkan kondisi (Namakamu), Iqbaal hanya perlu fokus pada Ujian Nasionalnya. Walau sudah diberi nasihat seperti itu oleh tante Ashiya, ntah mengapa Iqbaal juga tidak bisa berhenti memikirkan (Namakamu).

Sebenarnya Iqbaal bisa saja menanyakan kabar (Namakamu) terus-terusan pada tante Ashiya lewat pesan singkat. Tapi, mustahil sekali ia melakukan itu. Tante Ashiya pasti terganggu olehnya lagipula kerjaan tante Ashiya tidak hanya membalas pesan singkat dari Iqbaal.

Tadi pagi Iqbaal mendapat panggilan dari tante Ashiya yang mengabarkan bahwa ini adalah hari ke empat (Namakamu) berjuang dan gadis itu tetap hidup. Padahal dokter bilang jika (Namakamu) tidak dapat donor dalam waktu tiga hari maka kemungkinan hidupnya kecil. Tante Ashiya bilang jika ini semua adalah keajaiban. Tuhan masih memberikan (Namakamu) waktu untuk menikmati masa remajanya. Tante Ashiya menelpon dan bercerita pada Iqbaal dengan suara isakan yang bahagia. Iqbaal juga bahagia mendengarnya ketika (Namakamu) mampu bertahan sampai hari ini.

AFRAID - Novita AnassatiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang