Dua belas

2K 206 2
                                    

"Itu bukan melati, Farren. Tapi, eceng gondok." Farrel tiba-tiba menimpali dengan wajah polosnya.

Farren yang sepertinya baru mendengar istilah yang Farrel sebutkan tadi. Farren memperhatikan bunga yang dipegangnya dengan seksama sampai anak ini hampir mencabut kelopak mawarnya yang membuat Iqbaal nyaris melemparkan kursi ruang tunggu ini ke arah Farren. "Melati ini gondokan? Farrel tau dari mana?"

Iqbaal yang mendengar percakapan singkat Farrel dan Farren hanya mampu memasang wajah cengonya. Apa? Melati gondokan?

"Melati gondokan? Itu penyakit baru, ya?" Kini Farrel ikut berdiri di samping Farren dan ikut memperhatikan bunga yang dipegang oleh Farren.

"Coba perhatiin deh. Melati, kan, warnanya putih. Bukan merah. Setahu Farren, kembang Melati itu nggak ada durinya. Eh, bukannya ada mie-mie gitu juga, ya?"

Sepertinya Iqbaal memang harus melemparkan kursi ruang tunggu di sini ke arah kedua anak aneh itu.

"Kembaliin mawarnyaa!!!" ucap Iqbaal dengan nada yang tertahan di tenggorokannya. Tidak mungkin ia berteriak di koridor yang sepi ini. Bisa-bisa nanti banyak suster maupun dokter akan menghampirinya dan menyangka kalau Iqbaal ini seorang pedophil!

"Eum, wait!" Farren kembali menyembunyikan mawar tersebut dibalik punggungnya. "Kaibal mau masuk jenguk kak (Namakamu), kan?"

"Ya."

"Farrel juga mau masuk mau liat kak (Namakamu)."

"Farren juga."

"Trus apa urusannya sama gue?!!!" Iqbaal mengepalkan kedua tangannya erat menahan gemas serta kesal pada kedua anak yang berdiri di hadapannya dengan wajah polosnya yang menggemaskan—atau lebih terkesan menyebalkan.

Tidak ada respon dari kedua anak tersebut sampai pada akhirnya Farren membisikkan sesuatu pada Farrel yang membuat saudara kembarnya itu mengangguk seolah-olah mengerti. Okay, saat ini mereka sedang membuat rencana yang pastinya akan merugikan Iqbaal. Kenapa ada anak semenyebalkan seperti mereka, sih?!

Suara dehaman Farren mendapat lirikan sinis dari Iqbaal. Anak itu kini mengeluarkan mawar dari balik punggungnya. "Gini, kita kelopekin kelopak melati gondoknya. Kalau ganjil, Farrel sama Farren yang masuk duluan. Tapi, kalau genap Kaibal yang masuk duluan trus tar Farrel sama Farren nyusul."

"Heleh ribet! Masuk bareng-bareng apa susahnya? Balikin mawar kakak sini!" Iqbaal menggerakkan tangannya di udara agar dapat meraih benda yang menjadi haknya tersebut. Tapi, dengan sigap Farren menjauhkannya dari Iqbaal dan kembali menyembunyikan di balik punggungnya.

"Ikutin rencana anak kecil apa susahnya, sih? Farrel Farren nggak bakal licik, kok. Paling Cuma curang." Farrel.

"Deal?" Farren melanjutkan perkataan Farrel yang sepertinya terlupakan tersebut.

Iqbaal terdiam memperhatikan kedua anak aneh secara bergantian. Sebenarnya Iqbaal deal-deal saja. Tapi, sayang di bunga mawarnya itu. Iqbaal sudah mencari mawar itu keliling Jakarta—mungkin—dan dengan mudahnya kedua anak itu ingin mengelopeki—itu yang Farren sebutkan tadi—kelopak mawarnya hanya untuk masalah sepele!

"Oke." Iqbaal menyerah. Ia tidak mau gila hanya karena menghadapi anak kembar aneh yang baru ditemuinya kali ini.

Raut wajah senang terpancar dari wajah keduanya. Farrel dan Farren berteriak kata "Nah!" lalu duduk menghimpit Iqbaal seperti semula. Farren menyuruh Iqbaal memegang tangkai mawarnya, sementara Farrel dan Farren yang akan mencabut serta menghitung kelopaknya secara bergantian. Iqbaal menurut saja daripada dia gila.

AFRAID - Novita AnassatiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang