Tujuh belas.2

4.7K 294 12
                                    

Flashback off~

***

"Iqbaal kecelakaan sewaktu mau nemuin lo di rumah sakit. Dia ditabrak truk sewaktu ditikungan tajam dan tubuhnya kelempar beberapa meter dari tempat kejadian. Pas banget setelah itu, cluster headache-nya kumat. Sebenernya gue udah ngingetin Iqbaal untuk nggak ngendarain motor karena cluster headache-nya bisa kumat kapan aja. Tapi dia nggak dengerin gue. Gue coba ngejar dia dan neriakin ngingetin tentang penyakit dia, tapi Iqbaal nggak peduli atau dia emang nggak denger."

"Lo nggak tahu gimana ekspresi bahagia dia pas tau ada telpon masuk yang ternyata dari lo. Lo juga nggak tahu gimana bahagianya dia pas denger lo kangen sama dia, pas lo bilang kalau lo udah dapat donor jantung baru. Dia bener-bener seneng, bahkan gue baru liat Iqbaal seseneng itu. Gue baru liat Iqbaal jerit-jerit histeris kesenengan karena itu. Gue berharap, kesenengan itu nggak bakal pudar atau bahkan hilang sampai kapan pun."

"Tapi, ternyata gue salah. Beberapa menit kemudian, telpon rumah Iqbaal bunyi dan kebetulan gue yang ngangkat. Itu telpon dari rumah sakit yang bilang kalau Iqbaal Dhiafakhri mengalami kecelakaan parah."

"Sampai sekarang Iqbaal belum sadar. Dia ada di ruang ICU. Dokter bilang, ada pendarahan hebat di kepalanya. Gue ngeliat kondisi Iqbaal kemarin, dan bener-bener nggak tega ngeliatnya. Iqbaal yang terakhir gue liat itu ceria, penuh tawa dan kekonyolannya dan sekarang harus terbaring di ranjang ICU dengan alat-alat medis yang menempel di tubuhnya."

(Namakamu) Seravine hanya mampu diam di kursi rodanya saat mendengar Bastian bercerita mengenai keadaan Iqbaal. Membiarkan airmatanya itu melolos dengan bebasnya membasahi pipinya yang pucat. (Namakamu) tidak ingin bertanya lebih lanjut mengenai keadaan Iqbaal karena Bastian sudah menceritakannya dengan lengkap tanpa ada yang terlewat.

Bastian mengajak (Namakamu) ke taman yang berada di rumah sakit ini—tentu saja atas persetujuan dokter lebih dulu—dan berkata bahwa Bastian ingin membicarakan sesuatu pada (Namakamu). Dokter menyetujuinya karena dokter bilang kondisi (Namakamu) membaik dengan cepat. Jantung barunya bisa beradaptasi dengan cepat dengan organ tubuh lainnya dan tubuhnya itu tidak menolak jantung barunya. Jika seperti ini, (Namakamu) bisa hidup lebih lama lagi.

Pikiran (Namakamu) yang memikirkan jika Iqbaal tidak baik-baik saja ternyata benar. Iqbaal memang tidak baik-baik saja, pria itu saat ini berada di ruang ICU yang tengah berusaha untuk tetap berada di kehidupannya saat ini.

Semua ini di luar dugaan (Namakamu) sebelumnya. Rencana (Namakamu) adalah jika jantung barunya cocok dengannya, ia akan menceritakan semua pada Iqbaal. Menceritakan mengenai kebohongannya, menceritakan bagaimana dirinya empat hari tanpa Iqbaal, termasuk menceritakan perasaannya selama ini pada Iqbaal. Tapi apa yang terjadi saat ini sangat bertolak belakang dengan harapannya.

(Namakamu) pikir setelah ia mendapatkan jantung baru, tidak ada lagi rasa sakit yang harus ia rasakan.

Tapi ternyata ia salah. Mendengar Iqbaal tengah berjuang di antara hidup dan mati malah membuat (Namakamu) semakin sakit.

"Sebelum Iqbaal dapat telfon dari lo, sebelum Iqbaal pergi buat nemuin lo di rumah sakit, Iqbaal sempet cerita sama gue tentang perasannya ke lo."

(Namakamu) menolehkan kepalanya perlahan ke arah Bastian. Tangannya terangkat untuk menepis bulir airmata yang jatuh walau ia tahu itu sama sekali tidak membantu. Airmatanya itu tidak berhenti walau sudah (Namakamu) tepis beberapa kali.

Apa yang Bastian bilang? Perasaan Iqbaal padanya? Apa? Apa Iqbaal menyayanginya sebagai sahabat? Apa Iqbaal tidak suka mempunyai sahabat seperti (Namakamu)? Atau bahkan Iqbaal membenci (Namakamu)? Jika negatif, (Namakamu) tidak ingin mendengarnya.

AFRAID - Novita AnassatiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang