Enam belas

2.6K 221 7
                                    

Menyakitkan memang jika kamu mencintai seseorang dan kamu hanya bisa diam memendam rasa itu sendiri. Tidak berani mengungkapkan karena takut, takut jika orang yang kamu sayang tidak punya rasa yang sama denganmu atau bahkan menjauhimu. Jadi, kamu hanya bisa bertahan. Bertahan untuk tidak mengungkapkan dan bertahan untuk tidak memiliki.

(Namakamu) merasakan rasa ini pada Iqbaal. Ia merasakan hal yang berbeda ketika sahabatnya itu menatapnya, berbicara lembut padanya dan ketika menggenggam tangannya erat. Entah apa yang (Namakamu) rasakan ini salah atau tidak—sebagai sahabat—karena dirinya tidak bisa membohongi perasaannya sendiri ketika perasaannya mengatakan bahwa ia mencintai Iqbaal.

Rasa tidak wajarnya ini datang saat waktu itu. Waktu di mana Iqbaal mengecup kelopak matanya dengan lembut. Sensasi berbeda langsung mengalir di sekujur tubuh (Namakamu) ketika mendapat perlakuan seperti itu. Tidak hanya itu, ketika Iqbaal menggenggam tangannya, membisikkan sesuatu padanya, memeluk tubuhnya erat, semua yang dilakukan Iqbaal padanya, tanpa Iqbaal ketahui sudah membuat jantung yang berada dalam rongga dada (Namakamu) memberontak dengan liar.

Memori (Namakamu) merekam jelas saat-saat terpedih dalam hidupnya yang baru ia rasakan dengan Iqbaal. Saat ia menemukan Iqbaal berlumuran darah di ruang kelasnya karena penyakit cluster headache yang diidapnya kumat, lalu Iqbaal membenturkan kepalanya berkali-kali ke tembok sembari meringis menahan sakit. Itu... itu membuat (Namakamu) tersiksa. Ada sebuah rasa dalam dada (Namakamu) yang menginginkan Iqbaal berhenti melakukan aksi menyakiti dirinya sendiri. Tapi ia tahu usahanya tidak akan berhasil. Belum lagi insiden saat Iqbaal dihajar habis-habisan dengan Bidi dan Difa. (Namakamu) masih ingat jelas bagaimana ekspresi Iqbaal saat itu. Sakit. Sangat sakit. Tapi Iqbaal mencoba mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja lewat tatapan matanya yang sayu. Dan sejak saat itu (Namakamu) tidak ingin melihat Iqbaal kesakitan lagi.

Seiring berjalannya waktu, dirinya yang dulu sempat menyukai Aldi kini rasa itu hilang begitu saja tanpa (Namakamu) sadari. Dulu (Namakamu) sangat terobsesi ingin dekat bahkan memiliki Aldi sampai dia rela berguling-guling di tangga demi melihat pria itu. Ah ia ingat sekali! Tapi, jika saat ini ia kembali mengulang saat itu, saat di mana ia mengejar-ngejar Aldi, ia merasa ilfeel sendiri. Mengejar-ngejar seseorang yang bahkan kamu tidak tahu apakah seseorang itu menyukaimu atau tidak. (Namakamu) bergidik geli ketika harus kembali mengingatnya.

Dan, perasaan itu beralih pada sahabatnya. Pada seorang pria yang selama ini selalu berada di sampingnya dan membuat dirinya tersenyum. Iqbaal Dhiafakhri. Mereka sudah bersahabat selama dua tahun lamanya dan mengapa rasa itu baru muncul? Benar memang, jika persahabatan yang diisi oleh lawan jenis maka kemungkinan kecil jika mereka tidak saling menyukai satu sama lain.

(Namakamu) memang menyukai Iqbaal, tapi apakah Iqbaal juga menyukainya?

(Namakamu) tidak ingin jika ia berhasil mendapatkan Iqbaal, persahabatannya hancur begitu saja. Ia menyayangi Iqbaal sebagai dan juga lebih dari sahabat. Ah! Tidak tahulah. Ia bingung dan benar-benar bingung dengan perasaannya sendiri.

Tapi, waktu empat hari terakhir sepertinya meyakinkan dirinya bahwa (Namakamu) memang mencintai Iqbaal.

Iqbaal memang bilang bahwa dirinya menyayangi (Namakamu). Tapi (Namakamu) sendiri masih bingung dan tidak yakin dengan kalimat Iqbaal tersebut. Sayang dalam hal apa? Bisa sajakan Iqbaal menyayangi (Namakamu) hanya sebagai sahabat. Dirinya tidak boleh berharap terlalu tinggi jika tidak ingin terhempas terlalu keras ke tanah.

Lalu apa alasan Iqbaal menyayangi (Namakamu)?

Karena (Namakamu) cantik? Okay, pendapat itu berasal dari opininya sendiri. Karena (Namakamu) baik, pintar, genius dan yang lain sebagainya? Entalah. (Namakamu) tidak bisa menerka-nerka pikiran Iqbaal seperti ini. Siapa pun tidak akan tahu jika tidak ada yang bertanya.

AFRAID - Novita AnassatiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang