Tiga belas

2.2K 216 1
                                    

"Huh..." Farren menarik diri dan mengusap pelipisnya menggunakan lengan bajunya. Dia bertingkah seperti orang dewasa yang lelah sehabis mengerjakan sesuatu yang berat. Padahal itu hanya akting. (Namakamu) sendiri yakin mawar itu berada di sekitar mulut Farrel. Tidak sampai tenggorokan.

"Mawarnya nggak keluar. Minum yang banyak coba. Kayaknya mawarnya udah masuk ke kerongkongan karena dia mengalami kudeta cinta yang bakal ngantar dia ke empedu yang akan berujung dengan kontroversi hati." ucap Farren asal dengan kata-katanya yang sama sekali tidak jelas dan (Namakamu) langsung menepuk keningnya sendiri, merasa sengsara karena sudah memiliki sepupu yang bahkan tingkat keanehannya sudah melebihi Aryanda(?)

Iqbaal yang mendengarnya hanya mampu membuka mulutnya dan memasang wajah cengo. Ia sama sekali tidak mengerti dengan Farren. Lagi pula bagaimana caranya mawar bisa masuk ke dalam mulut Farrel? Iqbaal tidak yakin (Namakamu) hidup tenang di rumahnya beberapa minggu terakhir ini. Pasti gadis itu mengalami banyak tekanan dari alien Pluto yang berubah menjadi anak kembar yang menggemaskan.

'Clek'

Tante Ashiya memunculkan sebagian wajahnya dari pintu. "(Namakamu), dokternya belum datang. Nanti dia datang sekitar jam 14:00. Farrel, Farren ke bawah, yuk? Kita beli es krim."

Jeritan histeris langsung terdengar di ruangan ini. Siapa lagi yang menjerit jika bukan anak kembar itu? Mereka berlari ke arah tante Ashiya dan melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Bahkan Farren melempar pinset itu begitu saja dan menyebabkan dentingan melengking di ruangan ini. Sedangkan Farrel seolah-olah lupa jika ada kelopak mawar yang akan mengancam tenggorokannya.

"Iqbaal, tante tinggal dulu, ya?" tante Ashiya tersenyum sembari menuntun kedua anak kembar itu keliar ruangan. Iqbaal mengangguk sembari tersenyum mengiyakan perkataan tante Ashiya.

Dan kini, di ruangan ini hanya ada mereka berdua. Entah mengapa sejak Farrel dan Farren pergi Iqbaal jadi lupa ingin bertanya apa pada (Namakamu).

Keheningan sempat terjadi sampai pada akhirnya (Namakamu) membuka topik pembahasan.

"Baal?"

"Ya?"

"Hm, kalau gue ngasih tantangan ke lo..., lo mau nerima nggak?" Iqbaal sempat diam beberapa detik karena bingung dengan pertanyaan (Namakamu).

"Gue suka tantangan."

"Gue punya tantangan buat lo. Kalau lo berhasil, lo dapat hadiah." Seulas senyum manis merekah di bibir (Namakamu) dan hal itu membuat Iqbaal ikut tersenyum.

"Apa?"

"Tapi, janji kalau lo bakal jalanin tantangan ini."

"Kalau gue nggak suka tantangannya gimana?"

"Ih, pokoknya harus! Tadi katanya suka tantangan."

Iqbaal tertawa melihat perubahan ekspresi (Namakamu) yang tiba-tiba menjadi cemberut itu. Sebenarnya ia hanya bercanda, ia hanya ingin membuat (Namakamu) terlihat kesal karena Iqbaal menyukai wajah (Namakamu) saat terlihat kesal *belibet

"Iya-iya apa?"

"Tapi janji, ya?" (Namakamu) menunjukan jari kelingking imutnya itu di hadapan Iqbaal. Dan tanpa berpikir panjang Iqbaal mengaitkan kelingkingnya di kelingking (Namakamu) lalu pria ini tertawa. Apa setelah diinfus (Namakamu) bersikap menjadi anak kecil?

Iqbaal menghela nafas panjang sebelum berkata, "Jadi, apa tantangannya?"

Lama sekali (Namakamu) tidak menjawab pertanyaan Iqbaal. Gadis itu hanya diam memandangi wajah Iqbaal dan memerhatikan setiap lekukan yang terbentuk dengan indahnya itu._. (Namakamu) tahu Iqbaal menatapnya aneh. Tapi ia tidak peduli. Untuk saat ini, untuk beberapa detik saja ia ingin melihat Iqbaal lebih lama.

AFRAID - Novita AnassatiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang