Sekarang, aku sudah resmi menjadi pacar latif, dia sangat baik, bahkan selalu ada untukku. Aku dibuat jatuh cinta setiap harinya. Karna cara dia memperlakukan ku yang benar-benar sangat beda dengan pria-pria lainnya, bukan hal-hal romantis lebay tapi dia selalu membuat kejutan tak terduga.
Aku masih teringat saat itu kami sedang menghadiri dinner karna salah satu anggota team basket latif ada yang ulangtahun jadi latif mengajakku dinner bersamanya. Rasanya saat itu aku sedang berjalan dipinggir kolam renang, karna acara nya memang dihalaman belakang hotel yang menyorot kolam renang disampingnya. Aku rasa kepalaku saat itu pusing sekali dan tanpa kurasa semuanya gelap. Aku pinsan dan terjatuh kedalam kolam renang itu. Latif yang melihat aku jatuh, langsung menyelamatkan ku dan menggendongku, menyewa kamar hotel untuk malam ini. Tubuhnya basah namun dia tak berniat mengganti baju, malah dia menyuruh pelayan hotel wanita disitu untuk menggantikan pakaian ku yang basah, aku tidak bisa menggantinya sendiri karna posisiku disitu sedang tidak sadarkan diri. Bahkan dia sampai menyuruh pelayan itu untuk mengoleskan minyak kayu putih keseluruh tubuhku.
Dan saat ku sadar terasa panas sekitar perutku. "Mungkin pelayan tadi nuangin minyak nya kebanyakan". Begitulah kata latif saat aku sadar dan merasakan panas.
Dan kutanyakan, "kenapa bukan kamu aja yang ngolesin minyak nya?" dia senyum dan mengelus pelan kepalaku "belum muhrim, takut khilaf" begitu katanya dan aku hanya bisa tersenyum geli.
Tanpa terasa hubungan kami sudah hampir 3 bulan. Dan kurasa selama ini hubungan kami baik-baik saja. Selalu harmonis.
Aku menyusuri koridor kelas, jalan ini bukan menuju kelas ku. Melainkan kelas latif, lantai 3. Aku hanya ingin menemuinya dipagi ini. Meskipun tak ada hal penting yang akan dibicarakan tapi rasanya aku rindu dia.
"kak, ka latif udah dateng?" kataku bertanya pada ka farid, teman kelas latif yang kebetulan dia sedang berada diambang pintu kelas.
"belum la, kenapa?"
"oh gapapa, makasih ka" aku langsung berpamitan padanya. Karna memang orang yang dituju tidak ada dan tidak ada lagi yang harus aku bicarakan dengan ka farid.
****
Sampai bell pulang sekolah tiba, latif tidak kunjung kutemui. Biasanya dia selalu mengajakku pergi kekantin bareng tapi tadi, aku pergi bersama amel dan selly. Pesan-pesan di line yang kukirim untuk latif pun tak kunjung mendapat balasan, di lihat pun belum.
"belum pulang la?" tanya kak farid yang tak senghaja lewat dihadapan ku, aku menggelengkan kepala pertanda 'belum'. "kenapa? Nunggu latif? Dia gamasuk. Alfa" perjelasnya.
Aku menatapnya "kok bisa?"
Dia menggedik kan bahu "gatau, gue duluan ya" sambil memasangkan headset ditelinganya farid pun meninggalkan mila.
****
Saat sampai dirumah dan masuk kedalam kamar ku, aku menghempaskan tubuhku. Meregangkan otot-ototku yang lelah karna aktivitas hari ini ditambah rasa cemasku kepada latif. Rasanya aku sangat lelah, Aku memejamkan mata perlahan, sampai tak sadar aku sudah terlelap. Masih menggunakan seragam sekolah dan belum sempat melepaskan kaos kaki yang ku gunakan. Aku tidur dengan nyenyaknya.
Rahman yang tak senghaja melewati kamar adiknya dan kebetulan pintunya tidak tertutup, berniat menghampiri untuk menutup pintu kamarnya, namun. Melihat adiknya yang tertidur masih menggunakan kaos kaki. Rahman masuk kedalam kamar adiknya itu dan melepaskan kaos kaki yang digunakan mila, tanpa membuat mila terganggu sedikitpun. Dan mengelus kepala adik satu-satunya itu.
"kebiasaan kalo udah kecapean suka begini" gumamnya lalu pergi dari area kamar mila dan menutup pintu kamar adiknya rapat-rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLATIF [ COMPLETED ]
Short Story"kenapa?" "karna nyari yang pas itu susah, nyari yang bener-bener langsung dapet feeling itu susah. Jadi gue ngerasa dari awal gue udah dapet feeling sama lo. Gue tau, dapet yang terbaik emang sulit, tapi bakal gue kejar terus. Karna gue yakin lo te...