11

1.7K 96 0
                                    




Sesuai niat ku, sekarang aku sedang menyusuri koridor sekolah menuju kelas latif di lantai 3. Dan orang itu sedang berjalan  berlawanan denganku.

"ka, kamu kemana aja? Aku tuh nyariin kamu. Gaada kabar 5 hari. Kamu tau cemas nya aku gimana?  Gak biasanya kamu bikin aku khawatir gini" omel ku sudah terluapkan kepada latif yang menatapku datar.

"maaf" katanya menatapku datar, tanpa rasa bersalah sedikitpun sudah membuatku khawatir setengah mati. "kita putus" lanjutnya.

Kata-kata itu membuat goncangan dahsyat hatiku, dada ku bergemuruh kencang dan hujan akan turun dimataku. Benar saja, kristal putih cair itu lolos dengan deras dan membuatku mematung dihadapan nya. Dia masih menatapku. Menyaksikan air mataku yang mengalir deras.

Saat aku sadar banyak mata menyaksikan nya. Langsung ku hapus air mataku dengan telapak tangan ku. Dan tanpa jawaban dan pamitku pada latif, aku segera pergi meninggalkannya. Lari dan membawa ribuan kecewa serta pahitnya kenyataan.

*******

Mata ku sembap, penampilanku jauh dari kata baik. Aku terlihat kusut dan sama sekali tak memakai bedak dan lipbalm, membuat wajahku nampak pucat. Sejak kejadian itu, aku tidak nafsu makan, sampai bang rahman membawakan makanan kedalam kamarku. Tidak ku sentuh sedikitpun. Rasanya mood ku selalu ingin menangis dan mendengarkan lagu-lagu mellow sekencang-kencangnya.

"mil, cepet kumpulin, nanti matcik ngomel lo" amel menyenggol lenganku dan melihat buku tulis ku yang masih kosong. "astaga, nih salin punya gue" sambungnya.

Aku benar-benar tidak konsen belajar aku hanya ingin melamun dan kadang mataku kembali mengeluarkan hujan-nya. Segera ku tenggelamkan wajahku ketumpuan meja dan lenganku yang melapisinya.

"mil, kantin yuk" suara amel terdengar, dan aku hanya menggelengkan kepala pertanda 'tidak' "mau nitip gak?" tanya nya dan masih mendapat respon yang sama dariku. "gue duluan ya" dia pamit dan aku mengangguk. Meskipun kepalaku masih betumpu pada lengan ku yang bertahan pada meja.

****

Aku sedang duduk dimeja belajarku sambil memandang fotoku dan kak latif. Gambar itu diambil saat latif dan team basketnya menang pertandingan dan mendapat hadiah Rp. 10.000.000,00 dan membawa harum nama SMA SAFITRI. Aku dan latif berfoto dan mama latif lah yang memotretnya. Dengan rambutku yang terurai dan seragam putih abu-abu ku, latif mengenakan seragam basketnya warna biru serta senyum kami yang sama-sama mengembang. Tanpa sadar aku tersenyum dan hujan dimataku kembali muncul.

Handphone ku berdenting pertanda line masuk. Kubuka ternyata dari selly.

membaca pesan itu, aku segera keluar kamarku. Buru-buru langkah ku kupercepat menuju taman. Dan saat aku sampai taman sudah tidak ada siapa-siapa. Taman sepi, aku pun balik kerumah dan bang rahman sudah ada disana.

"ngapain sih bang brantem segala?"  aku duduk disampingnya. Disofa ruang tv

"siapa yang berantem? Liat nih gue gak kenapa-kenapa" bang rahman memperlihatkan wajah dan tubuhnya.

Tidak ada luka, bahkan terlihat biasa saja." Kalo bang rahman gak kenapa-kenapa berarti. Kak latif " gumam ku dalam hati dan langkah ku pergi meninggalkan bang rahman

" mau kemana" suaranya terdengar meskipun kini aku sudah berada di depan gerbang.

Aku menyetop taksi yang lewat depan rumahku dan menuju rumah seseorang yang pernah membawaku kedalamnya. Rumah megah nan mewah yang hanya ditepati oleh beberapa orang.

"makasih pak" aku memberikan uang 50.000 an ke supir taksi tersebut dan setelah ia menerima nya lalu pergi.

MILLATIF [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang