12

2K 90 0
                                    




Kuberanikan diri langkahku memasuki halaman rumahnya dan menekan bell. Tak lama muncul sosok wanita dari balik pintu.

"tante" sapa ku sambil menyiumi punggung tangannya "latif nya ada?" kataku memberanikan diri.

"nak mila, sini masuk. Ada, latif lagi di kamar, pulang-pulang babak belur" mama latif langsung bercerita dan membawaku masuk. "mau minum apa?" sambungnya

benar saja dugaan ku latif dihabisi oleh bang rahman."hm apa aja tante"

"yaudah, langsung kekamar latif aja. Sekalian nih obatin" mama latif memberikan kotak P3K serta kompresan sapu tangan dan air hangat didalam mangkuk.

Aku terima pemberian mama latif, dan ku beranikan diri memasuki kamarnya, kubuka pintu kamar latif dan mendapati pria itu sedang duduk dikasurnya, melihat pintu kamarnya terbuka dia menatapku dingin, sangat dingin membuatku benar-benar tidak enak dan merasa menghadapi orang asing. kututup pintu kamarnya dan pria itu mengeluarkan suara "mau ngapain kesini?" tanyanya dingin menatapku

"disuruh ngobatin sama mama" ucapku pelan, rasanya hatiku teriris melihat latif yang lain

"emang ada yang nyuruh lo kerumah gue?" kata kata itu. Membuat ku diam seribu bahasa, dan tak ku jawab pertanyaan yang menohok hatiku ini, kuberanikan diri melangkah mendekatnya.

Aku duduk dihadapannya, dengan menarik kursi belajarnya "siapa suruh lo duduk disitu?" ucapnya lagi. Dan tak mau aku jawab. Biar saja, aku hanya ingin mengobatinya, memastikan keadaannya. Biar saja dia menyakitiku, aku masih tetap menyukainya.

Ku buka kotak P3K itu dan perlahan aku membersihkan luka nya meskipun banyak penolakan-penolakan dan tetap saja lenganku masih ingin mengurus luka nya dan, selesai.

"gue cuman mau lo baik-baik aja, gue gak mau lo luka meskipun sama abang gue sendiri. Gue tau lo jago bela diri, kenapa gak lo bela diri lo saat lawan abang gue. Tolong baik-baik aja, bukan demi gue, demi mama biar dia gak khawatir" sengaja aku menggunakan kata gue-elo bukan aku-kamu. Karna aku tau diri aku bukan lagi pacarnya, setelah itu aku meninggalkan kamar latif dan berpamitan pada mama untuk pulang.

Sedikit lega melihat luka latif yang tidak terlalu parah dan kurasa, tadi aku mengobatinya dengan baik dan telaten. Meskipun banyak penolakan dan kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulutnya, gapapa aku trima. Meskipun aku tak tau mengapa dia bisa berubah secepat itu. Apa sebenarnya salahku?

*****

Setelah 5 hari kejadian itu, latif absen. kukira dia sakit karna serangan dari bang rahman waktu ditaman. Tapi kata kak fadli dia sempat masuk dihari pertama dan kedua. Luka nya pun sudah tidak terlihat namun 3 hari ini dia absen dan tidak lagi ada kabar. Sebenarnya aku khawatir. Mengapa ia suka sekali menghilang tanpa jejak bahkan hari ini ada pertandingan basket. Team nya kewalahan karna kaptennya tidak ada. mau tidak mau pertandingan akan tetap berjalan meskipun minus latif. Rasanya aku ingin menelpon nya tapi, ego ku menahannya. Aku harus tau diri. Siapa aku baginya? Dia saja dengan sangat mudah melupakan aku. Yang sampai sekarang aku tidak tahu alasannya mengapa dia bersikaf begitu. Mempermainkan hatiku seenaknya.

Aku memasangkan headset ditelingaku memutarkan lagu letto-permintaan hati

MILLATIF [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang