13

2.9K 118 2
                                    




Sekarang aku, amel dan selly sedang memesan tiket bioskop. Kami bertiga ingin menonton film, sudah lama tidak menonton film bareng mereka. Kami memesan bangku A nomor 7,8,9 aku duduk ditengah diantara mereka. Kami memegang popcorn dan miuman masing-masing sambil menikmati film dilayar sana. Saat ditengah-tengah film. Aku mendapat telpon dari nomor yang tidak aku kenal. Dan tidak aku pedulikan sampai 3 kali panggilan, kuangkat.

"hallo"

"iya, aku mila"

"jangan bercanda" nada ku berubah sedikit panik

"tan, tante bercanda kan?" aku panik dan mendengar nada ku berubah. Amel dan selly melihatku menanyakan ada apa?

"iya tante aku on the way sekarang. Sms-in alamat RS nya tante" hujan dimataku turun. Tak mampu kubendung, Dan langsung ku ambil tas pergi keluar bioskop meskipun film belum selesai. Diikuti amel dan selly dibelakang ku yang masih terus bertanya kenapa. Namun aku tak menjawabnya. Fikiran ku kabut. Aku rasa frustasi, kecewa,sedih,dan benar-benar hal yang sama sekali tak pernah aku duga.

Kini aku berada didalam taksi namun sial. Jakarta memang selalu macet padahal 3 kilometer lagi, dan aku memutuskan untuk keluar taksi dan lari menuju rumah sakit itu, tanpa memperdulikan 2 sahabatku yang kebingungan melihat tingkahku.

Sampai dirumah sakit, penampilanku benar-benar acak-acakan. Menangis dan keringat yang bercucuran akibat lari tadi. Saat dilobby aku menanyakan dimana kamarnya dan diberitahu suster akupun segera meuju lift menekan angka 9 dan

Ting!

Sampai dilantai yang dituju dan saat didepan kamarnya, kaki ku benar-benar sangat lemas. Jangankan berjalan menghampiri, menahan tubuhku saja aku benar-benar tak sanggup. Sampai mama menghampiriku dan memelukku. Kami sama-sama menangis. Merasakan kehilangan. Sangat, dan aku masih tak percaya kenapa ini semua harus terjadi padaku. Belum ku dapat kejelasan sikafmu. Kamu malah pergi tanpa izin ku. Kenapa kamu sejahat itu?!

Mama mengajak ku, melihatnya. Meskipun tak kuasa tapi aku tetap melihatnya. Wajahnya tetap tenang, setenang air. Namun bola mata itu, kenapa kamu menyembunyikannya dipelupuk matamu. Aku masih ingin menikmatinya. Ayolah latif, bercanda mu tak lucu. Bilang pada dunia. Kamu baik-baik saja, dan kamu masih akan menampakkan bola matamu dan masih membiarkan aku menikmatinya. Ayolah latif.

Aku memeluk tubuhnya yang terbaring dan terus berkata "bercanda mu gak lucu latif ayo bangun. Ayo jelasin ke aku tentang sikaf kamu yang berubah. Aku tau kamu sayang aku dan aku sayang kamu latif, kamu gak boleh pergi gini latif. Kenapa kamu sejahat itu? Aku tak mengijinkan mu pergi. Latif,, ayo kita buat cerita kita lebih indah,lebih menarik. Ayo latif,, kamu bangun, hiks.." kataku memeluknya dan makin tersedu-sedu.

Amel dan selly yang baru datang kaget dan langsung menangis. Menenangkan ku yang benar-benar kalut ini. Tak lama rasanya semua berubah jadi hitam gelap. Dan aku tak sadarkan diri.

****

"latif,, jangan tinggalin aku, latif,," kataku masih dalam alam bawah sadar.

"bangun dek" mataku terbuka dan dihadapanku sudah ada bang rahman mengenakan koko hitam. Dan ini? Bukan rumah sakit.

"jadi aku benar mimpi kan kak?" kataku meyakinkan.

"ayo dek, bentar lagi pemakaman" bang rahman bangkit dari kursinya dan menuntun ku.

"nggak bang, ini tuh cuman mimpi. Latif gak mungkin meninggal, dia tuh sehat bang, dia kuat" kataku keyakinkan dengan mata sembab nafas tak beraturan "aku mau tidur lagi biar ku ganti mimpinya jadi indah" sambungku sambil tiduran disofa.

"sadar dek, kamu gaboleh gini! Latif meninggal, dan kamu harus menerimanya. Menerima takdir!" gentak bang rahman yang benar-benar membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya.

"benar mila, latif meninggal. Harusnya lo sadar" gumamku.

********

Selama pemakaman aku terus menangis, dan kulihat mama sama terpukulnya. Melihat anak sematawayangnya terkubur disana, ditempat peristirahatan terakhirnya. Meninggalkan keluarga, cinta, dan segalanya. Latif pergi meninggalkan cinta yang terus membekas dihati mila. Latif pergi meninggalkan team basket kebanggaannya. Latif pergi tanpa pamit, tanpa tanda, dia meninggalkan nya dengan cepat bahkan saat orang-orang disekitar belum siap. Latif pergi meninggalkan kenangan, menguburkan harapan-harapan dan menyisakan rasa perih sesak dari orang-orang terkasih.

*******

Kini aku berada didalam kamarnya, membantu mama membereskan barang-barangnya. Sampai tertuju pada 1 kotak besar. Ada fotoku dan latif disitu, dan ada buku dairy juga kado. Diatas kado sana bertuliskan

"Dear Mila safitri"

Karna penasaran, kubuka dan kudapati kalung leontin yang indah serta kartu ucapan. HAPPY ANNIVERSARY 3 MONTH astaga, dia menyiapkan ini saat anniv, air mataku tak tahan kubendung, dan jadilah hujan hujan yang turun dimataku. Lalu setelah itu kubuka buku dairy itu.

"maafkan aku mila, jika aku membuatmu khawatir. Pasti kamu mencariku. Apalagi ini hari jadi kita yang ke 3 kan sayang? Pasti kamu nunggu kejutan dari ku? Pasti kamu kecewa karna aku tidak ada. bahkan absen sekolah untuk beberapa hari. Aku pergi untuk menyembuhkan penyakitku ini. Semoga dokter bilang aku ada harapan ya, kamu jangan khawatirin aku terus aku nya jadi rindu sama kamu. " Air mata terus menetes hingga lembaran berikutnya

"mila, dokter bilang usia ku gak lama. Dokter bilang aku gak ada harapan. Maaf mila aku memutuskan mu tadi, kamu jangan nangis. Semakin kamu menangis, aku smakin merutuki diriku. Aku tidak kuat menahan air matamu, namun aku tak bisa berbuat banyak.
Mila, banyak pria diluar sana yang menunggu mu, yang lebih dariku. Aku hanya pria malang yang harus beristirahat diwaktu muda ini. Mila maaf kan aku, jangan menangis. Karna aku tak suka melihat kamu menangis,dan saat itu aku tak bisa menghapusnya" semakin jadi mila menangis tersedu-sedu, karna tau apa yang sebenarnya terjadi. Mila semakin benar-benar merasa kehilangan, tak terima oleh takdir yang baginya tidak adil. Di buka halaman berikutnya.

"kenapa kamu datang merawatku? Kenapa kamu masih memperdulikanku? Padahal aku sudah mengecewakanmu. Jangan begitu mila, jangan buat ku smakin sulit jauh darimu. Jangan buatku semakin sulit melepaskan mu. Jangan seperti itu mila, kenapa kamu selalu membuatku jatuh cinta setiap hari?" kata-kata ini seolah mengembalikan memory nya saat mila mengobati luka latif yang dihajar oleh bang rahman, dan dibalik kata-kata menyakitkan latif saat itu. Ternyata beda dengan hatinya. Kembali mila terisak.

Halaman terakhir.

"Mila, ku rasa aku harus pamit. Lenganku sudah tak mampu menulis, dan otot-ototku melemas. Mila, saat semua nya benar terjadi, kamu tidak boleh menangis, Aku tak bisa menghapusnya.
jangan buatku semakin sulit meninggalkan mu mila. Kamu harus tetap tersenyum, demi aku. Meski tanpaku.
Mila, terimakasih untuk masuk dalam bagian kisah hidupku. Terimakasih sudah membuatku mengenal cinta, mengizinkan untuk membahagiakan mu. Terimakasih mila sudah membuat mu menjadi yang terakhir meski tak bersanding.
Mila, maafkan aku yang belum tuntas membahagiakan mu, yang masih selalu sering membuatmu cemas, dan membuat kamu menitikan air mata. Maaf mila.
Sebenarnya saat ini aku ingin memelukmu, menenangkan mu. Tapi. Ah sudahlah, takdir berkata lain.
Terimakasih mila,sudah membuatku jatuh cinta setiap hari"

-Latif Yose Albani

Dan sukses membuat mila menumpahkan hujan deras dibola matanya, kepergian latif yang sangat cepat dan kenyataan yang masih sulit diterima.

Ending

MILLATIF [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang