2012.2

1.3K 209 4
                                    

"Ini kelas Seulgi sunbae, serius tidak?"

Seminggu berlalu dan rasanya Jimin berhutang berat pada sunbae yang menerima ham yang tidak disukainya itu.

"Serius. Aku tahu dari Yoongi sunbae."

Taehyung juga membuntutinya sampai di kelas 2-A itu, as expected, partner in crime.

"Wendy sunbae!" Seseorang terlihat familiar dan tahu-tahu saja Taehyung memanggilnya, "Seulgi sunbae disini 'kan? Bisa tolong panggilkan?" Wendy membalasnya dengan muka sebalnya, seperti biasa. Meski begitu, Taehyung tahu sebenarnya gadis itu tidak seburuk ekspresinya.

"Kalian kenapa?" Sunbae bermata sipit itu tahu-tahu muncul dibalik pintu, membuat jantung Jimin semakin berdebar bahkan mau copot rasanya, "Kau tidak makan ham lagi, huh?" Seulgi bertanya tanpa ekspresi dan Jimin tak bisa menahan rasa senangnya.

Senang rasanya gadis ini mengetahui kebiasaannya.

"Sunbae bilang, sunbae ingin--"

"Seulgi, namaku bukan sunbae." Ingin rasanya Taehyung mengejek betapa perhatiannya gadis itu pada sobat kecilnya.

"Seulgi sunbae bilang ingin aku buatkan sketsa wajahnya, jadi ini." Jimin membuka lipatan kertas gambar A4nya yang dari tadi dipeluknya itu, "Gambarku jelek tapi ini kubuat semaksimal mungkin."

Kedua gadis itu mendekat dan menilai gambar itu tanpa ekspresi yang dapat ditebak. Detik berikutnya, wajah cerah Wendy memberi harapan pada kedua bocah itu.

"Kau bisa saja tidak mengambil ham kalau tidak suka," Sebelum Wendy membuka mulut, Seulgi bersuara terlebih dahulu. 

"Karena kau sudah memberikan ini dan menurutku ini bagus, jadi mampirlah ke kelasku setiap menu cafetaria ada ham-nya." 

Seulgi memberinya senyum simpul, dan rasanya itu lebih dari harapan Jimin.

Bahkan makan siang bersama Sunbae yang menurutnya paling cantik adalah suatu impian besarnya.

*****

"Masuk."

Hari itu adalah Senin dan awal hari itu sudah terhitung buruk.

Guru basic dance-nya tiba-tiba memasuki kelas dengan wajah terlipat-lipat dan Jimin merasa hari ini akan jadi pembuka hari yang buruk.

"Jadi, kemarin aku datang kesini dan menemukan seorang murid menggunakan ruang latihan ini. Tanpa seijinku."

Wow, beraninya dia.

"Dan rupanya dia adalah siswi IPA kelas 2." Pria paruh baya itu mendengus sebal, "Cepatlah masuk, Kang Seulgi."

Jimin membulatkan matanya, "Seulgi? Sunbae yang wajahnya kubuat sketsa?" Tak mempercayai telinganya, Jimin bertanya pada Taehyung yang ada disisinya. Dan seolah membenarkan pernyataan mustahil itu, Taehyung membalasnya dengan senyum nakal khas dirinya.

"Nah, Kang Seulgi," Sosok ramping itu tahu-tahu saja sudah berdiri disamping guru itu, "Tunjukkan padaku apa yang kau latih kemarin, tanpa sepengetahuanku."

Jimin menatap gadis, wajahnya yang sedaritadi mengkerut malu sekarang justru berubah menjadi tanpa ekspresi dan bahkan sekarang dia berjalan menuju speaker yang ada di sudut ruangan. 

Gadis ini menyesal dan masih ingin mempertunjukkan tariannya, dia memang keren.

*******

"Sunbae!"

Kelas basic dance-nya akhirnya berakhir juga. Berbeda 180 derajat dengan harapannya di pagi hari tadi, Jimin tak pernah sekalipun membayangkan betapa cerah harinya saat Kang Seulgi--sunbae favoritnya--mengikuti kelas favoritnya juga.

"Oh, hai!" Gadis itu menengok, Jimin bersumpah Seulgi sunbae terlihat paling manis saat berkeringat seperti ini. "Menu hari ini ham, ya?"

"Tidak. Kau 'kan baru saja ikut kelasku!"

"Oh benarkah? Aku tidak melihatmu daritadi."

"Aku 'kan pendek, pantas saja sunbae tidak melihatku."

"Well," Seulgi memincingkan kepalanya, "Kau sendiri yang mengatakannya, bukan aku."

"Sunbae, kau 'kan anak IPA tapi dance-mu bagus sekali."

"Ah benarkah? Terima kasih." Baru kali ini Jimin melihat mata gadis itu membentuk bulan sabit sempurna. Sebagai tambahan, Jimin semakin tak bisa melihat jalan keluar untuk tidak jatuh cinta pada gadis ini.

"Sunbae mau makan?"

Tahu-tahu saja mereka sudah sampai di ujung koridor. Jimin tak tahu betapa cepatnya waktu berlalu ketika dia bersama Seulgi.

"Tidak. Aku harus ke ruang guru untuk menjelaskan kenapa aku bolos jam pertama." Tanpa berusaha untuk menutupinya, Jimin terlampau kecewa waktu kebersamaannya hanya cukup sampai disini. "Mampir saja ke kelasku, kau bocah yang menyenangkan." Dan lagi, Kang Seulgi membuat hari Jimin semakin cerah saja.

"Sampai ketemu nanti!"

Seulgi berjalan terlebih dahulu, meninggalkan Jimin yang masih menginginkan pemandangan indah bayangan gadis itu.

"Oh, aku masih belum tahu namamu. Siapa namamu?"

Seulgi membalikkan tubuhnya separuh, dan itu sudah cukup membuat jantung Jimin berhenti berdegup beberapa saat.

"Park Jimin!"

The Architect and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang