2023.9

760 133 33
                                    

"Kau tahu?"

Kaki mereka mengarah menuju sunset, yet Jimin masih bingung kemana mataharinya berada. 

Gumpalan gas bercahaya yang siap tidur ataukah wajah imut gadis yang ada dalam genggamannya.

Berdasarkan pengalamannya, fungsi Seulgi sebagai mataharinya lebih terasa di hidup pria itu.

"Apa?"

Seandainya Busan bulat, bukan masalah besar bagi wanita itu untuk terus berjalan.

Selama pria bernama Park Jimin itu terus menempel padanya.

"Bagaimana kalau kita lihat gedung yang akan kau rombak?" Jimin menatap wanita itu hati-hati, takut kalau opininya justru memberatkan. "Bagaimana?"

"Tentu!"

"Galeri Kang Seulgi, terdengar menakjubkan!"

"Aku 'kan cuma bagian renovasi," Seulgi tak mau kalah. "Lukisanmu yang akan mengisinya."

"Bukan semuanya lukisanku kok, separuhnya kurasa."

"Eh tapi, aku masih bingung kenapa kau mau membangunnya di Busan?" Tanya wanita itu ragu, "Maksudku, karyamu lebih dihargai di Seoul."

"Di Seoul, harga gedung mahal." Jimin mengangkat pundaknya, "Lagipula, galeri itu bekas rumah ayahku. Sekarang jadi milikku dan tak tahu harus kuapakan."

Seolah mendengar kata terlarang, Seulgi sedikit tertegun. "Maaf."

"Loh? Kenapa? Sudah 11 tahun berlalu, lagipula ayah dan ibuku sudah meninggal sejak lama. Kau tak perlu merasa buruk, Seulgi-ah.." 

Menghilangkan rasa cemas wanita itu, Jimin segera menarik Seulgi dalam pelukannya.

Meski sebenarnya Seulgi masih menyimpan rapat alasan yang membuatnya terpisah dari Jimin selama ini. 

Sekaligus, khawatir alasan yang sama akan menerpa kembali.

*****

"Bagaimana?"

Seulgi terlarut dalam pikirannya semenjak Jimin tak sengaja bicara tentang ayahnya.

Entah, rasa insecure itu menghantamnya terlalu kuat.

"Kurasa, ini bahkan terlalu kecil untuk jadi 1 galeri, Jimin-ah."

Jimin telah membicarakan apapun.

Betapa berantakannya rambut wanita itu saat ini, betapa summer itu membuat seluruh tubuhnya lengket, betapa kagetnya dia saat anjing menggonggongnya ketika mereka berjalan menuju rumah tua itu.

Tapi tetap saja wanita itu diam seribu bahasa selepas Jimin tak sadar dirinya menyebut ayah pria itu.

Dan seperti Hoseok bilang,

Seulgi adalah type yang takkan diam saja saat bekerja.

Alhasil, wanita itu segera berceloteh sesampainya di bangunan rapuh itu.

"Ini juga terlalu tua, lihatlah semua kayunya keropos!"

"Awas!"

Menjadi pekerja yang terlampau aktif, Seulgi layaknya anak ayam yang baru bisa berjalan pertama kali.

The Architect and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang