2023.8

713 139 4
                                    

"Seulgi, bangun. Kita sudah sampai."

Gadis itu mengerjap.

Sejak kapan pundak Jimin terasa sangat nyaman?

"Tidurmu pulas sekali."

Hal pertama yang dilihatnya adalah betapa manisnya senyum Park Jimin.

Seulgi tak bisa lebih bersyukur daripada ini.

"Ayo."

Seperti awal, dominan penumpang memang turun di Busan. Dan selalu saja Seulgi hampir menabrak orang. Lagi, pada saat momen nyaris itu, Seulgi percaya pada Jimin.

Berbeda pada saat berangkat tadi, Jimin membiarkan gadis itu menggandeng tangannya.

"Jadi, ini kita kemana dulu?"

Masih dalam kondisi ramai padat dalam stasiun, mereka terpaksa berdempetan di eskalator.

Untungnya mereka sudah mulai tidak secanggung kemarin.

"Rumah. Makan dulu, baru ke bangunan calon galeri."

Keduanya terkekeh.

Dan Seulgi semakin mengeratkan genggamannya pada pria itu.

*****

"Kau itu sudah berapa lama tinggal di Busan sih? Disini sudah banyak supermarket sejak kita kesini pertama kali."

Mereka memutuskan untuk berjalan kaki, seolah mengulang liburan mendadak di Busan 11 tahun lalu.

"Bisa dikatakan aku hanya menumpang lahir disini."

"Ah benar. Kita kesini 11 tahun lalu pada bulan Agustus juga 'kan?"

"Yup. Apa kau masih sering mengontak Wendy noona?"

"Tidak sih. Aku terakhir kali berkirim pesan dengannya saat semester 4."

"Ah.. Tapi menurutmu, apa dia akan cocok dengan Taehyung?"

"Kau lupa ya betapa seringnya mereka bertengkar saat kita kesini? Aku sampai kesal mengingatnya lagi."

"Benar, tapi sepertinya type Taehyung adalah gadis pucat dengan image anggun."

"Irene adalah wanita yang paling sempurna yang pernah kukenal, serius. Kuharap Taehyung jadi dewasa begitu menikahinya."

"Dia tentu sudah dewasa, berkat ancaman mengerikan Irene."

"Irene suka mengancam?"

"Kau tidak tahu soal cerita Irene benar-benar keluar mobil saat mereka bertengkar? Dia sungguhan menggelinding ke jalan."

"Jadi itu serius??"

"Anehnya, setelah kejadian itu, Taehyung langsung dapat izin untuk menikah dari orangtua Irene. Kata mereka, hanya Taehyung lelaki yang bisa membuat Irene melakukan hal-hal itu dan tetap menyayangi anak gadisnya itu."

"Woah."

"Oh iya Seul, kau mau belanja baju?"

Sore ini sudah terlampau menakjubkan baginya, dan Jimin masih menawarkan belanja?

"Boleh."

Kali ini, Jimin yang menggengam tangannya paling erat.

******

Memang benar sih Jimin adalah big boss-nya.

Mungkin sebagai big boss, dia tak seharusnya membayar semua baju itu.

Lebih tepatnya, Seulgi berharap dia belanja sendirian.

"Seleramu kok warna gelap sih?"

"Permisi, ini bisa diganti warna yang lebih muda?"

"Jangan jeans dong."

"Kamu gatau trennya sekarang kayak apa? Itu loh yang pundak terbuka kayak korden."

Hanya karena dia big bossnya, untuk sekian lama Seulgi membeli dress.

Tidak hanya sepotong, 4 macam.

"Jangan marah padaku, Kang Seulgi."

Gadis itu melemparkan padangan sebalnya, "Aku tak pernah pakai seperti ini."

"Well," Jimin menggaruk tengkuknya, "Kau terlihat paling cantik dengan dress putih."


The Architect and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang