2012.4

744 130 6
                                    

"Sunbae! Selamat liburan!"

Liburan semester tahu-tahu saja sudah ada didepan mata, bahkan esok pagi Seulgi tak perlu repot-repot memikirkan tentang mandi sebab ini adalah hari terakhirnya masuk sekolah.

"Hey bocah. Kau liburan kemana?"

Mereka bertemu di halte, bersamaan dengan banyak murid yang tersenyum lebar.

Matahari, jalanan sepi dan masih pagi.

Alasan terbesar mereka tersenyum adalah bagaimana mereka bisa menghabiskan awal liburan ini dengan jalan-jalan.

Sementara bagi Seulgi dan Jimin, bertemu satu sama lain jadi alasannya.

"Aku? Aku ada perlu sih sebenarnya di kampung halaman.."

"Dimana?"

"Busan."

"Oh Haewoondae?? Bisakah aku ikut? Pleaseee??" Lagi, Seulgi mengeluarkan senjata terbaiknya.

Eye smile.

Dia tahu persis betapa Jimin lemah terhadapnya.

"Tapi aku kesana bukan untuk liburan, kau akan kesepian kalau aku pergi." Jimin benar-benar menyukai akan hadirnya Seulgi nanti, sekaligus khawatir betapa seringnya dia akan pergi sendirian mengingat dia harus tidak ditemani siapapun.

"Aku akan mengajak seseorang!"

****

"Is it REALLY necessary? Kang Seulgi?"

Well, sejak kapan Kim Taehyung dan Wendy Son jadi musuh bebuyutan?

Mungkin salah Wendy juga, setuju dengan Seulgi ikut ke Busan dengan berharap Jimin datang dengan Min Yoongi.

Dan sepertinya harapan Wendy benar-benar sudah terlalu tinggi, jadi begitu mendapati bukan Yoongi yang ada bersama Jimin, gadis pucat itu sebalnya bukan main.

Justru bocah lelaki itu bertemankan dengan Kim Taehyung.

Memang sih dia juga tampan, 

tapi 'kan Wendy benar-benar naksir Yoongi..

"Oh itu mereka! Taehyung, kau kesana dulu. Ibuku ingin bicara sebentar."

Jimin dan Taehyung mendapat tumpangan nyaman, terima kasih pada ibu Jimin. Stasiun yang padat tak membuat mereka kesulitan menemukan kedua gadis itu, untungnya mereka berdiri persis dibawah plat nama stasiun. Dan lagi, Taehyung yang tiba-tiba excited pada keramaian membuatnya harus segera menyelesaikan pembicaraannya dengan sang ibu yang belum tuntas tadi jadilah dia membiarkan Taehyung menghampiri kedua nona muda tersebut dulu.

"Taehyung bisa bela diri?"

"Sedikit? Aku berani mengajaknya sebab dia sedikit lebih besar dariku.."

Jimin tahu betapa cemasnya ibunya melepasnya kembali ke Busan, meski hanya sehari tapi rasanya bagai dia bakal mempertaruhkan nyawanya disana. "Sudahlah bu, aku sudah kuat dan besar sekarang."

"Kalau ke rumah nenek, jangan ajak kedua gadis itu ya. Ibu mohon."

"Aku bahkan tak mengajak mereka ke Busan, Bu." Wajah ibunya yang khawatir terlihat lucu sekarang. "Hanya Taehyung yang kuajak kalau kesana. Ibu tidak usah khawatir." Kali terakhir, Jimin memeluk wanita itu sebelum akhirnya berpamitan dan menghampiri teman-temannya.

*****

"Itu ibumu, Park Jimin?"

Sesampainya Jimin pada mereka, kedua gadis itu sontak membungkukkan punggungnya pada seorang wanita yang melambai pada mereka dari kejauhan.

"Yep." 

"Seulgi-ya, kau harus bersujud dihadapan calon ibu mertuamu."

"Kau ini apa-apaan sih." Bersamaan, mereka berempat tertawa. Tanpa terlihat mencurigakan, Seulgi mengecek reaksi Jimin. Dan tampaknya dia tak keberatan kalau ibunya disebut sebagai calon ibu mertua Seulgi.

"Kereta kita masih setengah jam lagi. Kau mau secangkir coklat panas, Wendy noona?"

Reaksi tak terduga Taehyung membuat Jimin dan Seulgi ber-ooh ria dalam hati.

Siapa sangka bocah hyperaktif itu bisa membuka hatinya untuk gadis dingin sejenis Wendy?

"Es, idiot. Lagi panasnya seperti ini, kau mau aku mati kepanasan?"

 Dan sepertinya hati Wendy Son memang hanya hangat untuk Min Yoongi saja.


The Architect and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang