1st CASE

3.3K 430 66
                                    

     Soonyoung berbaring diranjangnya. Ia menatap ponselnya lamat-lamat ,menatap gambar pesan di puzzle yang ia terima tadi. Soonyoung memutar ponselnya . biasanya ia hanya akan mendapat surat berisi curahan hati orang-orang yang ingin meminta bantuannya. Tapi kini sebuah puzzle. Dengan pesan yang terlalu singkat. Tidak ada tanda pengirim atau petunjuk petunjuk yang memudahkan Soonyoung.

     Soonyoung berasumsi jika 'bisa saja' ia ingin menulis surat tapi tak bisa.

     Sebenarnya Soonyoung bukan detektif, ia hanya remaja sekolah menengah biasa yang kebetulan pernah membantu polisi sekitar untuk mengusut kasus percobaan pembunuhan terhadap noona yang menjaga game centre langgananan nya. Kebetulan ia menjadi saksi atas kejadian hari itu. Dan kebetulan seorang temannya bernama Boo Seungkwan juga ada di game centre itu dan menyebar berita yang di lebih-lebih kan.

     Kwon Soonyoung membuka jasa detektif. Cukup 1000 won untuk satu kasus. Dia lah yang menemukan pembunuh yang mencoba membunuh noona di game centre.

        Boo Seungkwan telah menjual dirinya.

       Yah meskipun uang hasil bermain detektif detektifan itu dibagi dua, tapi tetap saja mengganggu. Hampir setiap harinya orang-orang mendatanginya dikelas maupun di apartemennya. Setelah beberapa bulan , Soonyoung berhenti.

     Hey, ia hanya asal analisis yang kebetulan analisis asal-asalannya itu tepat sasaran.

      Sejak ia berhenti , hampir setiap hari nya surat-surat permintaan itu memenuhi kotak suratnya. Tapi baru kali ini ia mendapat pesan berupa barang.

      Ah masa bodohlah, mungkin hanya orang iseng. Salahkan si pengirim yang tak menyebutkan apa-apa selain kata 'tolong aku!'.

×××

Soonyoung POV

       Seperti biasa , sarapan ku hanya sekotak susu pisang yang diantarkan paman pengantar setiap hari. Aku tak terlalu memusingkan puzzle kemarin. Lagipula aku ingin bertindak adil. Surat-surat yang dikirim untuk ku, tak satupun dari mereka aku terima tawarannya. Bahkan ada yang menawarkan akan membayar ku 1juta won kalau aku berhasil menemukan selingkuhan suaminya. Yang benar saja.

       Aku mengunci pintu apartemenku lalu memasukkan kuncinya kedalam tas.
       Aku menyebutnya apartemen, tapi orang lain tidak. Mereka bilang tempat tinggal ku terlalu kumuh untuk disebut apartemen. Meski memang itu kenyataannya. Aku enggan menyebutnya flat , karena prinsip ku adalah rumah ku istanaku. Jadi seburuk apapun aku akan menyebutnya apartemen.

       Aku berjalan menyusuri jalan setapak yang biasa aku lewati. Biasanya akan ada sekelompok orang dari sekolah lain yang mencoba memalak ku. Tapi bukan Kwon Soonyoung namanya kalau aku tak bisa melumpuhkan orang-orang itu.

     Dari kejauhan aku dapat melihat seorang pemuda dengan seragam yang sama dengan ku. Aku menyipitkan mataku yang memang sudah sipit untuk melihat nya dengan jelas. Oh, Jeon Wonwoo , pemuda tak banyak omong di kelas. Tumben sekali dia lewat jalan ini. Bukan kah rumahnya diarah yang berbeda.

        "Hai jeon!" sapa ku.

        "Hm" jawabnya singkat. Astaga hemat sekali. Kami sekelas tapi aku jarang berbicara dengannya.

        Setelah sampai di gerbang sekolah, aku mengernyit kan dahi , bingung. Kenapa ada banyak mobil polisi?

        "Ada apa?" tanya Wonwoo.

The Seventh CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang