epilog

1.9K 347 50
                                    

Soonyoung POV

Sesuai janjiku, aku akan menceritakan kisah ku dan dia. Iya dia. Inspektur kepolisian yang aku ceritakan sangat terobsesi dengan ku.

Pertemuan pertama kami beberapa bulan yang lalu. Saat aku dan Seungkwan menghabiskan waktu bermain game di tempatnya  noona.

Hari dimana noona hampir terbunuh.

Aku menemukan pembunuhnya bukan karena aku tau atau mengerti ini dan itu

Kebetulan saat itu aku memperhatikan seorang pria mencurigakan. Berulang kali ia bolak balik counter menghampiri noona dengan berbagai macam keluhan.

Saat kejadian bukan hanya dia yang pergi ke counter , tapi ada beberapa orang juga. Sehingga membuat polisi yang saat itu dipimpin oleh Seokmin kebingungan dengan siapa pelaku percobaan Pembunuhan ini.

Lalu aku muncul dan memecahkan kasus ini.

Dan sejak hari itulah ke-ter-obsesian Seokmin dimulai. Aku menyebutnya begitu.

Setelah menyelesaikan kasus di game centre noona , Seokmin memberiku sebungkus permen rasa strawberry.

Dia bilang, "anak manis, ini permen untuk mu supaya otak mu mendapat nutrisi yang baik dan bisa membantu ku lagi"

Ketahuilah! Dia mengatakan itu dengan ekspresi yang menyeramkan. Seperti seorang  pedophil.

Tapi dia baik.

Aku mengakui kebaikannya itu.

Pernah suatu hari , aku melihatnya memberi beberapa bungkus permen pada seorang anak kecil. Awalnya aku mengira ia akan menculik anak itu. Tapi ternyata ia sedang mencoba meredam tangis anak kecil yang ternyata kehilangan ibu nya. Aku terus mengamati interaksi keduanya sampai ibu si anak kecil datang.

Satu pertanyaan yang muncul dikepalaku.

Apa ia membawa satu pack permen dalam saku coat nya?

Kami bertemu untuk yang kedua kalinya di kedai ramen bibi Ahn. Bibi Ahn menelpon polisi karena ia menemukan seorang pria yang tidur di kedai nya. Bukan hanya tidur , pria itu sudah tak bernyawa.

Lagi-lagi Seokmin meminta ku untuk membantunya. Aku heran kenapa ia bisa jadi inspektur.

Dan lagi-lagi Seokmin memberiku sebungkus permen.
Bukan hanya itu.

Ia merebut paksa ponsel ku dan memasukkan nomornya disana.

Sejak hari itu, ia sering menghubungi ku. Menanyakan berbagai hal tentang kasus yang ditanganinya.

Aku pernah dikeluarkan dari kelas karena telponnya itu.

Seokmin membuat ku bingung.

Dia pernah bilang, "aku membutuhkanmu"

Dia Jauh-jauh datang kerumah ku, hanya untuk berbisik hal demikian. Wajah nya tampak kacau. Matanya bengkak. Ku pikir ia punya masalah yang tak bisa ia tangani sendiri.

Sekarang aku tau apa yang terjadi padanya saat itu, adiknya menghilang ditengah maraknya kasus pembunuhan berantai.

Satu rahasia yang tak aku sebutkan sebelumnya.

Ia sering menginap dirumah ku.

Dengan alasan yang sebenarnya tak bisa ku terima.

Pernah ia datang dengan alasan "lampu dikamar ku mati, aku tidur dirumah mu ya"

Atau,

"Aku bosan dengan sprei ku, menginap dirumah mu sepertinya tidak buruk"

Dan lainnya.

Ia menginap lalu pulang pagi buta, tak tau terimakasih sudah diberi tumpangan, aku curiga jika ia tak punya rumah.

Tapi,

Ia berhenti menginap saat tau aku dan Wonwoo membahas tentang kasus pembunuhan yang meresahknnya.

Dan lagi-lagi Seokmin membuat ku bingung.

Malam itu, malam dimana ditemukannya mayat baru didaerah rumah ku.

Dia datang sangat larut, memelukku sambil menangis .

"Ku mohon jangan terlibat lebih jauh. Aku sendiri yang akan mencari Jihoon, jangan lukai dirimu Soonyoung, aku tak mau kehilangan orang-orang yang aku sayangi"

Lalu pergi meninggalkanku yang bingung dengan ucapannya.

Dari gerak gerik tubuhnya, aku tau dia sedang berada di puncak kerisauannya.

Mungkin saja ia mencurigai sesuatu di kepolisian yang mana terkesan terlalu banyak menyembunyikan fakta.

Dan kenyataannya memang begitu.

Sejak Mingyu si pembunuh berantai itu ditemukan, aku dan Seokmin tak pernah bertemu. Ia sibuk dengan laporannya dan aku sibuk dengan kesaksian ku.

Hhh, aku ingin tertawa tatkala aku menyadari betapa banyak nya kesaksian yang harus aku berikan pada kepolisian.

Satu minggu enam kasus. Aku merasa seperti orang penting.

Kami bertemu setelah sidang vonis Mingyu.

Dia mengajakku ke taman , tempat ia menenangkan seorang anak kecil dulu.

Kami duduk disalah satu kursi.

"Ini untukmu" ujarnya sambil memberikan dua bungkus permen rasa vanilla.

"Permen?" tanya ku

Dia mengangguk, "sebagai rasa terimakasih"

Seperti biasa.

"Apa kau membawa banyak permen dalan saku mu?" tanya ku.

Ia tertawa, "akhir nya kau menanyakannya juga"

Aku diam.

"Mau tau alasannya?" tanya nya.

Aku mengangguk, karena sungguh aku penasaran.

"Permen ini rasanya manis, mengingatkan aku dengan seorang anak manis yang membantu pekerjaan ku hingga sekarang. Dulu aku hanya bawa satu bungkus. Sekarang satu pack" ia terkekeh.

Apa itu aku? Pikirku.

Itu adalah pertemuan terakhir kami. Ia menghilang tanpa pemberitaan. Nomornya pun tak dapat dihubungi lagi.

Bukan hanya itu, ia sudah tak lagi menjadi inspektur di kepolisian daerah ku.

Dia kemana?

Kenapa aku merasa begitu kehilangan ?




-end-

Karena aku lagi ngerjain dua ff on-going, jadi ga ada sekuel dalam waktu dekat'-'
Ga tau kenapa, aku pengen ngegantungin Seoksoon :")
Maap :')
Aku cuma suka aja DK jadi sok misterius gitu '-'

Terimakasih buat yang masih ngikutin cerita ini 😊😊😊

The Seventh CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang